Chapter 5 - Asing (Revisi)

25K 1.3K 15
                                    

Sudah lewat beberapa hari semenjak kejadian aku terjatuh di aspal, dan untung saja saat itu tak ada orang yang melihatku.

Dan semenjak hari itu juga, aku tak pernah bertemu dengan Rey. Sebenarnya, aku tidak terlalu risih kalo tidak bertemu dengannya, hanya saja yang aku takutkan, dia beneran marah soal aku menanyakan hal yang seharusnya tidak perlu aku ungkit-ungkit lagi.

Tapi,semua pemikiran itu hilang saat berselang beberapa hari, Rey secara tiba-tiba menunjukan batang hidungnya di depan gerbang sekolahku. Kehadirannya yang tiba-tiba sempat membuatku bingung, sampai akhirnya ia mengucapkan satu kata

"Sombong." ujarnya.

Seleretan ingatanku beberapa hari lalu seketika buyar, saat ia menjentikkan jarinya di depanku.

"Jangan suka ngayal," katanya sambil menatapku lurus.

Aku menggeleng "Engga, orang gue lagi .." ujarku mencari alasan "Ngeliatin nyamuk yang berterbangan di atas kepala lo."

"Heh?" Rey lalu mengadah ke atas.

Aku tertawa pendek "Ga deng, becanda."

Rey langsung memasang wajah datarnya, tapi setelahnya ia sempat menyelipkan senyum kecil pada wajahnya.

"Senin nanti, gue tanding lagi bareng sekolah, lo." ujarnya kembali membuka percakapan.

"Oh,bagus dong." jawabku sekenanya lalu kembali memfokuskan diriku pada permainan di ponsel. Tak ku dengar lagi suara dari Rey, sampai aku mengangkat kepalaku, mendapatinya sedang menopang dagu dan memerhatikan ku secara terang-terangan.

"K-kenapa?" tanyaku kikuk.

"Lo bakalan nonton, kan?" tanyanya dengan wajah serius, sambil mengubah posisi tangannya melipat ke atas meja.

Aku mengedikkan bahuku "Liat nanti, ya."

Rey menggeser pandangannya ke arah lain, melihat sesuatu dari arah belakangku. Aku ikut menoleh dan tak ada siapapun di belakang.

"Kenapa?" tanyaku begitu melihat perubahan wajah Rey yang seperti sedang memikirkan sesuatu.

"Gue ga bakal main kalo lo ga dateng." balasnya sambil menyadarkan tubuhnya ke kursi.

"Lah kok gitu?"

"Intinya, lo ga dateng. Gue ga main." ujar Rey bersikeras.

Aku mengernyit, setelahnya aku tidak bertanya lagi pada Rey, karena ponselku tiba-tiba berdering menampilkan nama Ayah.

"Halo, Yah!" seruku begitu mendapat telfon darinya.

"Halo, anak ayah yang cantik." sahutnya dari seberang telfon.

Aku melirik Rey, ia menundukkan wajahnya sambil memainkan ponselnya.

"Lagi dimana?" tanya Ayah.

"Lagi di tempat makan, bareng teman. Ayah kapan pulang?"

Kudengar tawa darinya "Waduh, langsung nanya pulang. Nanti pasti Ayah kabarin ya. Cuman kalo untuk sekarang, belum bisa Tere."

Bibirku memberengut "Yah, padahal udah ga pulang 4 hari loh." balasku lesu.

"Maafin Ayah ya, pokoknya janji deh bakal pulang  secepat mungkin." katanya. Aku bisa membayangkan wajahnya tersenyum.

Aku mengangguk "Ya udah, janji ya,Yah."

Kudengar helaan nafas tawa Ayah "Iya, kalo gitu Ayah kerja dulu ya. Makan yang banyak jangan lupa."

"Iya, pasti." Aku tanpa sadar mengangkat jempolku.

"Ya udah kalo gitu, telfonnya di tutup dulu. Salam sama teman kamu juga ya. Bye."

Flip FlopWhere stories live. Discover now