Bab 4

4.5K 596 68
                                    

BINTANG menghisap rokoknya dalam-dalam. Ia sekarang sedang berada di tempat clubbing. Suasana club yang ramai dan lampu disko yang gemerlapan sama sekali tidak memperbaiki suasana hati Bintang yang lagi buruk.

Bintang melirik HP-nya yang berdering. Ada panggilan masuk dari papa. Sudah tidak terhitung berapa kali ponsel itu berdering dan selama itu juga Bintang tidak pernah mengangkatnya.

Bintang meraih HP-nya. Awalnya ia ingin menolak panggilan itu, tapi tiba-tiba ia menyeringai. Diterimanya panggilan itu kemudian diletakkannya HP-nya di dekat DJ yang sedang memainkan musik. Telepon itu mati, kemudian berdering lagi. Bintang kembali menerima panggilan itu, tapi HP-nya tetap diletakkan di dekat DJ. Peristiwa itu terjadi sampai tiga kali berturut-turut hingga akhirnya telepon itu benar-benar berhenti.

Bintang tertawa. Ia kembali berjalan ke kursi asalnya. Kembali ia merokok. Begitu rokoknya habis, ia berjalan ke lantai dansa untuk bergabung dengan teman-temannya. Setelah kelelahan, Bintang kembali berjalan menuju kursinya. Ia memanggil Toto yang biasanya menyediakan minuman.

"To! Biasa," kata Bintang.

Toto mengangguk mengerti. Ia mengambil satu merek minuman beralkohol dan menuangkannya ke gelas di hadapan Bintang.

Saat minuman sudah disediakan, lagi-lagi ponsel Bintang berdering. Bintang berdecak kesal. Awalnya ia ingin menonaktifkan HP-nya langsung. Tapi begitu melihat nama Rangga tertera di layar HP-nya, segera saja ia mengangkatnya.

"Lo lagi di mana?" suara Rangga terdengar khawatir.

"Biasa," sahut Bintang santai, "lo tau lah di mana gue," lanjutnya.

"Lo belum mabuk, kan?" tanya Rangga.

"Ini gue baru mau minum. Kenapa? Lo mau juga?"

"Jangan diminum!" suara Rangga terdengar memerintah. "Gue ke sana dua puluh menit lagi," katanya, dan langsung menutup telepon.

Bintang berdecak dan memasukkan HP-nya ke saku celana.

Delapan belas menit kemudian, Rangga datang. Ia menghampiri Bintang yang sedang menelungkup di meja. Rangga berjalan mendekat dan menepuk pundak Bintang.

Bintang mendongak. "Eh, udah datang lo," kata Bintang dengan suara malas.

Rangga mendekatkan wajahnya ke arah Bintang, kemudian ia menatap Bintang dengan tajam. "Gue, kan, udah bilang ... jangan mabuk!"

Bintang menegakkan posisi duduknya. "Gue nggak mabuk, kok. Gue cuma ... minum dikit."

Rangga berdecak sambil geleng-geleng kepala. "Udah, kita pulang sekarang," katanya seraya membantu Bintang untuk berdiri.

"Eh! Datang lo, Ga," sapa Sam, ketua geng Dragons salah satu anggota geng jalanan di daerah mereka. Rangga hanya tersenyum singkat sambil tetap membantu Bintang untuk berdiri.

"Mau ke mana? Kok, buru-buru banget, sih?" kata Sam lagi, melihat Rangga yang ingin membawa Bintang pergi.

"Mau pulang," sahut Rangga, datar. Ia memang tidak terlalu dekat dengan Sam dan geng jalanannya.

"Nggak minum dulu? Santai aja, lagi."

"Nggak usah, deh. Makasih," sahut Rangga sambil tersenyum tipis.

Melihat Bintang yang sudah mulai mabuk, akhirnya Rangga memutuskan untuk memapahnya berjalan.

"Duluan, Bro," kata Bintang sempoyongan ke arah Sam. Setelahnya Rangga langsung membawanya keluar.

Begitu sudah di luar, Rangga melepaskan Bintang. "Sini kunci mobil lo, biar gue aja yang bawa."

Bintang merogoh kantong celananya dan menyerahkan kunci mobilnya pada Rangga.

Bulan untuk Bintang (Morning) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang