Bab 14

5.3K 491 66
                                    

BULAN berjalan sambil memegang erat keramik Bintangnya. Kali ini ia akan menghadapi pelajaran olahraga.
Sejak dulu Bulan sangat membenci pelajaran satu ini. Ia sering cidera jika sudah melakukan kegiatan olahraga. Dan ia sering gelisah jika berhadapan dengan pelajaran ini. Untuk itulah ia memerlukan keramik bintang untuk menenangkan perasaannya.

Sesampai di lapangan, dari kejauhan Bulan melihat anak kelas lain yang sedang asik bermain basket di lapangan sebelah. Bulan menyipitkan matanya dan ia baru tau kalau jadwal olahraganya memiliki jam yang sama dengan jam olahraga di kelas Stella yaitu kelas XII IPA-3.

Gawat, nih, gumam Bulan. Sebisa mungkin ia membaur diri dengan teman-temannya agar Stella tidak menyadari keberadaannya.

"Baiklah anak-anak," kata Pak Seto, guru pelajaran olahraga kelas sebelas. "Hari ini Bapak akan membagi kalian dalam dua bagian. Bagi siswa laki-laki, kalian bermain futsal, sedangkan perempuan bermain voli."

"Yah!" terdengar suara mengeluh dari kalangan cowok. Mereka maunya bergabung bersama cewek-cewek, tapi sayangnya mereka malah dipisah.

Bulan mendesah. Ia sama sekali tidak mengerti permainan voli. Kedua tangannya memegang keramik bintang semakin erat.

Begitu seluruh siswa cowok berjalan ke lapangan futsal, Pak Seto menugaskan siswa cewek untuk mengelilingi lapangan voli dua puluh kali untuk pemanasan. Setelah menugaskan itu, Pak Seto berjalan ke lapangan futsal untuk mengamati siswa cowok.

Bulan menghela napas. Ia meletakkan keramik bintangnya di bangku panjang dan mulai berlari mengikuti teman-temannya.

Bintang duduk di kursinya dengan posisi kedua kaki menyilang di atas meja sambil mendengarkan lagu Sheila on 7 di i-Podnya dengan headphone-nya

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Bintang duduk di kursinya dengan posisi kedua kaki menyilang di atas meja sambil mendengarkan lagu Sheila on 7 di i-Podnya dengan headphone-nya.

Tiba-tiba, Wahyu, si ketua kelas masuk. "Bu Siti nggak ada, katanya lagi ada urusan. Sebagai gantinya, kerjain tugas halaman empat puluh dari bagian satu sampai tiga," kata Wahyu di depan kelas.

Bintang menurunkan headphone-nya ke leher. Ia menoleh Rangga yang duduk di sebelahnya. "Ga, gue mau cabut. Mau ikut, nggak?" tawarnya.

"Nggak, deh. Gue mau ngerjain tugas," tolak Rangga.

Bintang memutar matanya kemudian menoleh Jojo di sebelah kanannya. "Jo, gue cabut."

Jojo mengangguk. "Sori, nggak bisa nemenin."

Bintang mengangkat kedua alis. "It's okay." Kemudian ia menatap Wahyu yang duduk sebangku dengan Jojo. "Wah! Gue izin dulu, ya?"

Wahyu mendesah. "Terserah lo! dilarang juga nggak ada gunanya."

Bintang tertawa. "Ga, salinin punya gue sekalian, ya?" pintanya.

"No problem." Rangga mengangguk.

Bintang menepuk bahu Rangga sebentar, kemudian ia beranjak pergi. Saat sudah di ambang pintu, diam-diam Bintang menarik gagang pintu kemudian ....

BRAK!!!

Bulan untuk Bintang (Morning) ✔️Donde viven las historias. Descúbrelo ahora