Bab 9

3.8K 447 33
                                    

PERISTIWA upacara tadi pagi langsung menjadi hot gossip di SMA BIMASAKTI. Semua anak-anak heboh membicarakan tentang bagaimana hebatnya Bintang. Bahkan kepala kepolisian sampai menawari Bintang untuk masuk dalam anggotanya nanti. Apa hubungannya coba?

Bintang seakan mau muntah saat mendengar dan melihat tatapan orang-orang yang tidak henti-hentinya membicarakannya dengan kagum.

"Sumpah! Gue speechless banget ngeliat lo tadi. Asli! Lo keren abis! Kayak bukan lo banget! Yang jelas, thanks, ya, udah nyelametin nyawa gue. Percaya nggak? Bu Ami sampai muji gue habis-habisan karena udah milih lo!" kata Wahyu berapi-api.

Bintang mendecak. "Lo udah ngomong ini hampir sepuluh kali! Kuping gue udah sakit ngedengernya. Bisa nggak sih lo biasa aja? Lagian, kan, gue udah bilang, yang tadi itu bukan gue. Orang pas upacara tadi gue ngerem sambil main PS di kuburan kok," kata Bintang dengan jengkel.

"Hah?" Wahyu melongo.

Bintang menepuk pundak Wahyu. "Tau Adolf Hitler, nggak? Nah tadi itu sebelum upacara, gue datang ke kuburan dia. Gue nawarin kerja sama. Kita berdua tukeran roh. Dia bisa hidup sementara pakai tubuh gue, tapi sebagai gantinya dia harus gantiin gue sebagai pemimpin upacara. Ngerti?"

"Jadi???"

"Yang jadi pemimpin upacara tadi itu hantu. Kalo lo mau muji, puji aja tuh si Hitler, jangan muji gue. Orang pas upacara tadi gue nggak ngapa-ngapain, kok. Suer!"

Wahyu memutar bola mata. Si Bintang satu ini memang sudah tidak waras.

"Terserah lo deh! Mau tuh pemimpin hantu kek, jin kek, Hitler kek, tetep aja gue mau muji. Dan siapa orang yang harus dipuji, jawabannya udah pasti elo, Bintang!"

Bintang mendesah. "Wah, gue udah bilang--"

"Bisa nggak sih, lo jangan manggil gue Wah?" potong Wahyu. "Nggak enak banget didengernya."

"Terus lo mau gue manggilnya apa? Yu gitu? Kalau gue manggil Yu ntar dikira gue manggil Ayu lagi." Tiba-tiba Bintang mendapat ide brilian. Ia yakin kali ini Wahyu pasti akan bungkam. "Oke, kalau lo mau gue manggil Yu, tapi sebagai gantinya gue manggil Ayu dengan sebutan Ay, gimana?"

Wajah Wahyu langsung memerah. Ayu adalah cewek yang sudah dikejar-kejarnya sejak kelas sepuluh dan baru bisa didapetin kelas dua belas. Bagi orang-orang yang tidak tahu menahu saat melihat Bintang memanggil Ayu dengan panggilan 'Ay', pasti akan mengira kalau itu adalah kependekan dari 'Ayang' bukannya Ayu. Membayangkan itu Wahyu langsung menggeleng kuat-kuat. "Nggak! Nggak! Enak aja lo! Cuma gue yang boleh manggil dia Ay."

Bintang tersenyum tipis. "Kalau gitu, mulai sekarang berhenti muji gue. Sekali lagi gue denger lo ngomong tentang upacara tadi, si Ayu bakal beneran gue panggil Ay mulai hari ini. Sebodo amat lo pacaran sama dia!" ancam Bintang.

Senjata Bintang berhasil. Wahyu langsung bungkam. Ia mendesah pelan. "Iya deh."

Kembali Bintang tersenyum. "Gitu dong," katanya sambil menepuk pundak Wahyu.

 "Gitu dong," katanya sambil menepuk pundak Wahyu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Bulan untuk Bintang (Morning) ✔️Where stories live. Discover now