Chapter 4

5.5K 335 3
                                    

Avery's POV

"Maaf ya, karena aku kau malah dikata-katai oleh Damian," ucapku.

"Kau tidak usah minta maaf, seharusnya ia yang meminta maaf." pikiran Aaron memang jauh lebih dewasa daripada si keparat itu.

"Oke, aku pulang dulu." Aku melambaikan tanganku ke arah Aaron.

• • •

Aku menatap pantulan diriku di cermin sembari menyisir rambut hitamku. Kemudian aku mengenakan lensa kontak berwarna bening. Well, aku cukup bangga dengan bola mata berwarna hitamku. Setelah aku bersiap-siap, aku pergi ke sekolah.

Baru aku berjalan ke toilet dan tiba-tiba wajah suram Damian muncul. Enggak sih, dia terlihat segar. Aku hanya tidak akan memberikan tanggapan positif jika itu semua berkaitan tentang Damian alias anak usil nan mesum.

"Selamat pagi, Avery. Kau terlihat cantik hari ini." ucapnya dengan senyum sumringah.

"I don't buy your bullshit anymore," dan aku segera menghilang dari hadapannya.

Aku, Lois dan Margo berkumpul seperti biasa di kantin. Cheeseburger ada di genggamanku dan aku menggigitnya. Tiba-tiba seseorang menggigit bagian kanan burgerku dan dengan mengunyah mengucapkan terima kasih. Iya, kalian gak salah lagi, itu Damian. Ia langsung ngacir ke meja temannya.

"Oke, I got a feeling kalo dia suka sama kamu." suara Lois tiba-tiba terngiang di telingaku. Aku tersedak dan Lois dengan cepat mengulurkan sebotol air minum. Aku meneguk air tersebut dan mengehela napas.

"Dia ga pernah ngusilin yang kayak gitu sebelumnya." tambah Margo. Pipiku terasa panas. Oke aku tahu aku tidak seharusnya tersipu-sipu sekarang. Aku memutuskan untuk memakan burgerku lagi supaya pikiranku tidak lari kemana-mana.

"Hey, kamu hari ini ada rencana?" Tanya Aaron mencoba menyamakan langkah kakinya sepertiku.

"Um, tidak. Kenapa?"

"Apa kau..mau jalan denganku?" Aku menatapnya bingung, is he asking me out...

"Maksudku, jalan-jalan seperti hang out, sebagai teman," jelasnya. Tidak ada salahnya untuk menyetujui hang out bareng Aaron.

"Oke."

Kami pergi makan sore (tentu saja setelah makan sore aku tidak makan malam), kemudian ada acara lomba tari hip hop. Aku dan Aaron memutuskan untuk berhenti sebentar dan menonton. Hingga kira-kira 2 jam kemudian lomba selesai.

"Aku lihat orang laki-laki baju hitam yang berpasangan dengan perempuan berbaju kuning itu tidak sebagus kita," ucap Aaron seraya menundukkan kepalanya untuk berbicara di dekat telingaku. Ugh, satu hal lagi yang tidak bisa kuterima dari Aaron. Cara dia mengomentari seolah-olah dia dancer terhebat di dunia ini membuatkh sangat ilfil padanya.

"Menurutku mereka bagus, mereka ada menggunakan poping yang aku sampai sekarang masih belajar." jawabku dengan suara lumayan lantang untuk mengimbangi kebisingan di mall. Setelah itu aku tidak mendengar apa-apa lagi dari Aaron.

• • •

Hari ini adalah hari yang aku tunggu! Guess what? Aku akan tampil sebentar lagi. Bukan, bukan karena aku akan tampil dengan Aaron. Yah walau Aaron sudah baik padaku akhir-akhir ini, sering mengajakku makan dan semacam itu, tapi ia tetap kuanggap sebagai teman. Lois dan Margo juga mengatakan bahwa Aaron itu sedang menggebet aku. Tapi sungguhan, aku tidak punya rasa lain selain teman terhadap Aaron. Pokoknya aku senang akan tampil hari ini karena ini pertama kalinya aku akan tampil di Seattle. Aula sekolahku terlihat seperti ballroom karena telah dihias habis-habisan oleh anak Year 11 dan 12. Sorot lampu yang lebih terang di bagian panggung yang bakalan membuatku menjadi pusat perhatian menambahkan tingkat kegugupanku. Sudah lama tidak tampil memang membuatku gugup dan senang di waktu yang sama.

Infuriating Smith حيث تعيش القصص. اكتشف الآن