Chapter 9

4.5K 274 0
                                    

(Di chapter ini, hampir semuanya tentang Damian dan Avery, i hope you find it funny and cute)

Avery's POV

Aku membuka pintu rumah dan aku tahu Damian mengikutiku di belakang.

"Satsuki," panggil mama saat aku masuk dan ia menatapku tidak senang. Setelah itu ia mengalihkan pandangannya pada Damian.

"Kenapa kau pulang cepat?" tanya mama. Dengan bahasa Inggris.

"Temanku sakit, dia tidak bisa pulang ke rumahnya." jelasku. Masuk akal.

"Kau tidak boleh sembarangan membawa orang, terutama laki-laki ke rumah, Satsuki. Budaya kita berbeda dengan mereka, kau mengerti?" kali ini mama berbicara dalam bahasa Jepang. Setidaknya supaya aku tidak malu di depan temanku karena baru saja didamprat oleh mama. Aku mengangguk pelan.

"Aku antar dia ke kamar tamu bentar ma,"

Tanpa menunggu jawaban dari mamaku, aku menggamit tangan Damian dan menariknya.

"Istirahat saja dulu, aku buatkan makanan." suruhku.

"Terima kasih dan maaf,"

"Apa?" aku sangat. Sangat tidak percaya Damian mengatakan Terima kasih dan maaf dalam 1 kalimat. Apakah dunia akan segera kiamat?

"Aku tidak akan mengulanginya." Damian memutar bola matanya malas dan membaringkan tubuhnya.

"Oke, aku mendengarmu, tapi untuk apa kau minta maaf?"

"Yah, merepotkanmu? Kurasa?" tebak Damian ragu-ragu. Aku lalu tertawa kecil.

"Aku tidak tahu kalau Damian," aku menekan saat mengucapkan Damian, "bisa sakit."

Aku terlekeh pelan lalu mendengarnya menjawab, "Ya, asal kau tahu saja, aku manusia," ia menyeringai.

"Baiklah, baiklah,"

Lihatlah sudah berapa kali aku tertawa (walaupun kecil) karenanya.

Sejak kapan aku menjadi akur dengan anak ini? Oh baru hari ini. Sejak ia sakit. Whoa, kurasa anak ini bisa lemah lembut juga kalau sedang sakit.

Aku keluar dan pergi menuju dapur. "Satsuki," panggil mamaku. Aku menoleh ke belakang.

"Ya, ma?"

"Mama dan papa akan menghadiri pernikahan Wina di Indonesia."

"Wina?!" tanyaku terkejut. Kakak sepupuku akan menikah, pada umur, 32 tahun. Bercanda. Maksudku 23.

"Hm, tapi kau tidak usah ikut. Mama khawatir nilaimu akan lebih menurun. Mama tahu kok nilaimu sudah pas-pasan saja." jelas mama lalu aku tertawa.

"Jam berapa, ma?"

"Nanti subuh jam 2 mama pergi dan papa." jawab mama lagi dan aku mengangguk.

Aku pergi menuju dapur dan membuatkan Damian bubur kemudian menambahkan abon di atasnya. Setelah itu aku mengantarkannya ke kamar Damian. Maksudku, kamar tamu.

"Apa kau keberatan untuk menyuapiku?" tanya Damian dengan polos dan enteng.

"Tentu saja aku keberatan, makan sendiri! Harus habis." ketusku. Aku keluar dan menuju ke kamarku. Aroma stroberi menyeruak masuk ke dalam hidungku dengan cepat. Aku sangat suka aroma ini.

Kusambar handukku dan segera masuk ke kamar mandi. Setelah itu kukenakan baju tidurku, celana pendek kain dan sweatshirt dan aku melesat ke kamar tamu untuk memeriksa Damian.

Infuriating Smith Where stories live. Discover now