Chapter 14

4.2K 240 4
                                    

Avery's POV

Aku tidak akan pernah melupakan malam itu. Sesuatu seperti sengatan listrik menjalar ke seluruh tubuhku ketika bibirnya menyentuh bibirku. God, aku ingat beberapa kali ia mengecup bibirku tanpa arti apapun dan kali ini ia melakukannya dengan lembut penuh arti. Kenapa aku sekarang menjadi melankolis?!

Sekarang aku malah terdengar seperti anak umur 14 tahun yang baru mendapat ciuman pertamanya. Kakiku melangkah cepat menuju kelas bahasa Inggris. Beberapa hari yang lalu Damian menenangkanku ketika aku panik lantaran kami belum selesai membuat kliping tugas bahasa Inggris. Ternyata ia sudah mengerjakannya, sudah selesai malah.

Aku duduk di kursi agak belakang, tidak mencoba duduk terlalu dekat dengan Damian. Hubunganku akhir-akhir ini tidak sekacau dulu dengannya, maksudku, aku sudah jarang mengumpatinya. Bukan saja karena ia memberitahuku tentang masa-masa kelamnya, tapi karena dia juga tidak mencari masalah padaku. Walau kejailannya masih ada, itu kebiasaan permanennya yang tidak hilang.

Damian, ia berkata padaku untuk tidak mengasihaninya. Ia sebenarnya bukan berkata kepadaku, lebih seperti memerintah. Aku tidak bisa membayangkan si kecil Damian disiksa oleh ayahnya. Hatiku seperti mencelos saat ia menjelaskannya padaku dengan suara parau, walau ia tidak menangis tapi tetap saja. Aku sungguh merasa prihatin padanya, hey aku manusia berperasaan yang bisa merasa empati.

Cukup. Ganti topik.

Besok adalah hari malam prom. Dan kau tahu apa? Kalau sekarang kau sedang menjawab bahwa aku akan memberitahumu sesuatu seperti "aku akan pergi ke prom night bersama Damian" haha, kau salah besar.

Aku akan mementaskan sebuah tari hiphop feat Matt dengan lagu Hold Tight milik Justin Bieber. Aku tahu apa yang kau pikirkan, tapi ini akan keren. Percayalah. Mungkin aku terlihat sedikit nakal nanti, tapi kan hanya TERLIHAT bukan MEMANG nakal.

"Sydney," aku mendengar suara Damian mengucapkan nama Sydney sontak membuatku menoleh ke arah mereka. Ya Tuhan, aku terlalu lama melamun hingga aku bahkan tidak sadar kalau Sydney masuk ke dalam kelasku.

"Hai, Damian. Kudengar kau menerima tawaran Mr. Pitter menjadi DJ untuk acara prom. Oh ya, kuharap kau akan berdansa denganku malam nanti," tukas Sydney panjang lebar yang membuatku hanya memutar bola mataku jenuh, aku meluruskan pandanganku ke depan.

Tunggu, tunggu. Seingatku, aku tidak pernah sekelas oleh Sydney (dan tidak ingin), apa maksudnya kesini? Ya aku tahu itu hak asasi manusia untuk memasukki kelas mana saya yang mereka mau tapi rules are rules!

"Hm. Entahlah, kupikirkan nanti." balas Damian acuh tak acuh, ia menatap Sydney dengan tatapan datar tapi tidak menunjukkan kesan malas.

Kenapa Damian tidak memberitahuku kalau dia akan menjadi DJ untuk acara sekolah ini? Aku kecewa, jujur saja. Aku kan sudah dekat dengannya. Gerutu gadis batinku. Aku ingin tuli beberapa menit saja ketimbang harus mendengarkan percakapan mereka.

• • •

"Avery, kau adalah gadis Asia tercantik di dunia!" pekik Margo seraya meremas lenganku. Matanya melebar memancarkan kegemasan yang ingin ia muntahkan padaku sekarang juga namun ia tahan dan berakhir menjadi meremas lenganku.

"Aku setuju, Margo. Lihatlah! Ayahnya seorang Brazil-Texas dan ibunya seorang Asia. Tapi ia malah mendapat gen sepenuhnya dari ibunya. Hanya hidung mancung dan matanya yang besar yang Mr. Thompson wariskan untuknya." ujar Lois tak kalah semangat. Aku tahu peluang untuk mendapat gen asia ketika suamimu bukan asia itu sangat kecil dan ya, kuakui, aku lumayan bangga pada diriku.

Infuriating Smith Kde žijí příběhy. Začni objevovat