Chapter 18

3.6K 213 4
                                    

Avery's POV

Aku berdiri di sebelah ranjang dimana Damian berbaring. Luka goresan di wajahnya nampak masih mengeluarkan titik-titik darah dan kepalanya terbentur dua kali. Aku sempat bertanya kepada dokter apakah ada kemungkinan ia akan kehilangan ingatannya tetapi dokter menjawab tidak. Saat itu aku menghela napas lega, aku tidak ingin Damian melupakanku. Aku tidak mau kehilangan Damian walau aku tahu kalau mencintai seseorang harus menanggung resiko untuk kehilangan orang itu kapan saja.

Damian masih belum bangun, kugenggam tangan kanan Damian. Aku sudah memberitahu Paul bahwa Damian mengalami kecelakaan dan sekarang ia sedang dalam perjalan ke sini. Sudah 4 jam setelah kejadian ini, teman-teman Damian--ralat, teman Damian--yaitu Greg sudah pulang 2 jam yang lalu.

Damian akan baik-baik saja. Gadis batinku menghibur. Ya, aku mencoba untuk menjadi gadis yang lebih dewasa daripada aku menangis guling-guling di lantai dengan histeris menangisi Damian yang jatuh. Sangat memalukan dan merusak reputasi. Semuanya akan baik-baik saja karena dokter sudah bilang seperti itu dan aku yakin Tuhan akan menyembuhkannya.

Beberapa saat kemudian, Paul datang membawa buah dan roti.

"Ini sudah jam 6, kau pasti belum pulang, kan? Sebelum pulang kau makan dulu, ya? Atau kau sudah makan?" cerocos Paul yang membuatku bingung harus menjawab apa, pertanyaannya terlalu banyak.

Oh, shit. Dia benar. Aku baru ingat aku belum makan.

"Baiklah, Paul, aku pulang dulu dan aku sudah makan." asal kau tahu aku paling anti dibayarin orang makan. Bukannya sombong, tapi beneran, aku tidak terbiasa karena aku selalu merasa tidak enak dengan orang.

"Benarkah? Baiklah. Tenang saja, aku akan menghubungimu langsung ketika dia sudah bangun, mengingat kau adalah pacarnya," ledek Paul seraya mengedipkan sebelah matanya. Senyumku mengembang tak tertahan karena yang ia katakan kali ini bukan bohongan.

• • •

Langkahku terhenti ketika mama memanggilku.

"Habis darimana?" tanyanya dengan bahasa Jepangnya yang fasih.

"Rumah sakit. Um, tadi Damian kecelakaan kecil." jawabku.

Mama bertanya-tanya seputar Damian yang ngomong-ngomong mama tidak tahu kalau dia, um, pacarku. Setelah itu aku masuk kamar, membasuh tubuhku dan berbaring di ranjang sambil menatap ponselku.

Damian, masa tidak lelah tidur terus?

Tak terasa mataku mulai menutup perlahan.

From: Paul
Damian baru bangun jam 2 subuh. Ia sudah membaik, tenang saja, pamannya yang sangat keren akan membuatnya sembuh dengan cepat \m/

Ya ampun, Paul memang paman yang paling gokil.

To: Paul
Baiklah, Paul. Aku akan ke rumah sakit besok sepulang sekolah. Ya, ya, kau memang paman yang keren.

Sent. Kuletakkan ponselku ke atas nakas. Aku segera beranjak dari kasur untuk mandi dan kemudian menyambar tank top, jins hitam dan sepatu adidas stan smithku. Kubiarkan rambut ku yang gelombang terurai dan sedikit berantakan lalu mengoleskan lipstik berwarna gelap serta maskara.

Ponselku bergetar lagi, tanda sebuah pesan masuk.

Kevin: Hari ini latihan pulang sekolah sampai jam 5. 👏🏻

Infuriating Smith Where stories live. Discover now