Chapter 17

1.5K 171 164
                                    

"Ca-cari Aimee

К сожалению, это изображение не соответствует нашим правилам. Чтобы продолжить публикацию, пожалуйста, удалите изображение или загрузите другое.

"Ca-cari Aimee. Juga ... Zayn."

Beth memijati kepalanya yang terasa pening setiap mengingat dua kalimat Liam yang diucapkannya pada Beth beberapa jam yang lalu. Beth tidak habis fikir, kenapa Liam sempat-sempatnya memikirkan Aimee dan Zayn di saat kondisinya pun buruk?

Kalau dia memikirkan Zayn wajar. Zayn sahabatnya. Tetapi Aimee? Beth berbatin sedih. Ia memejamkan matanya, berharap fikiran negatif yang kerap datang kepadanya segera lenyap. Aimee bukanlah siapapun baginya selain seorang fans! Tapi Zayn—

"Beth."

Beth tersentak mendengar suara Niall yang tiba-tiba. Ia mendongakkan kepalanya, dan mendapati lelaki dengan rambut blonde itu berlutut di hadapannya dengan senyuman tipis. Niall menyodorkannya sekaleng soft drink.

"Kau butuh minuman," Niall membuka kaleng tersebut sebelum memberikannya kepada Beth. "Minumlah."

Beth mengusap air matanya, kemudian menerima kaleng minuman tersebut dari tangan Niall dengan enggan. Namun sebelum Ia mengambil kaleng darinya, Beth merasakan setetes air menyentuh permukaan tangannya.

"Ni-Niall?" Beth memanggil nama pria di depannya dengan getir. Perasannya kian memburuk ketika mendapati orang itu ternyata menangis. "Niall, jangan—"

"Liam mati, Bethany."

Beth spontan menangis, lagi. Ia menunduk, menutupi wajahnya dengan kedua tangannya agar Niall tidak melihat raut wajahnya yang aneh ketika menangis. Namun tentu saja, selanjutnya Niall merasa bersalah karena membuat gadis itu terisak. Niall kini memeluk Beth erat.

"Maafkan aku," Niall terisak. Air matanya tumpah, entah untuk keberapa kalinya hari ini. Ia sangat merasa tertekan dan sedih karena tahu nasib Liam sekarang. "Maafkan aku, Beth."

Harry dan Greyson yang ada di sekitar Niall bungkam. Tidak ada niat menghibur Niall dan Beth karena nasib keduanya—bahkan Harry, tak jauh berbeda. Harry sesenggukan. Ia mencoba menahan air matanya, tetapi setiap Ia mengingat peristiwa dua jam yang lalu, Ia menangis lagi. Batinnya seakan terus menjerit sedih karena kehilangan sahabat terbaiknya.

"Tenanglah, Harry," Greyson mengusap pundak lelaki itu dengan desahan pasrah. "A-aku turut berduka cita."

Tak Greyson duga, tangisan Harry mengeras, bahkan menggema hingga ke ujung lorong Rumah Sakit—yang untungnya saja sepi. Tapi bukan berarti Greyson tidak merasa bersalah. Karena tidak tahu harus melakukan apa, Ia pun memeluk pria itu. Rasa canggung langsung menyelimutinya, terutama ketika Beth menatapinya.

"Dimana Louis?" tanya Greyson saat teringat orang satu itu. "Aku tidak melihatnya sedari tadi."

"Keluarga Mr.Payne?"

Seorang dokter bernama Kenny keluar dari ICU seraya membuka masker yang menutup mulutnya. Matanya melirik keempat pemuda yang kini berdiri di depannya dengan raut wajah penuh kekhawatiran. "Kalian saudara Liam?"

OBSESSIONМесто, где живут истории. Откройте их для себя