Chapter 43

1.6K 156 112
                                    

 "Jangan keluar sendiri," Harry mendengarkan ucapan Louis dalam diam

Ουπς! Αυτή η εικόνα δεν ακολουθεί τους κανόνες περιεχομένου. Για να συνεχίσεις με την δημοσίευση, παρακαλώ αφαίρεσε την ή ανέβασε διαφορετική εικόνα.

"Jangan keluar sendiri," Harry mendengarkan ucapan Louis dalam diam. Kemudian, Ia berkata lagi melalui telepon. "Harry, dengarkan aku tidak? Jangan keluar sendiri."

"Mood-ku sedang buruk. Aku tidak mau menunggumu menjemputku."

"Oh, ayolah. Hanya setengah jam lagi! Briana lama sekali berada di toilet!"

"Tinggalkan dia saja kalau begitu."

"Aku akan melakukannya jika di dalam perutnya tidak ada anakku."

Senyum geli Harry muncul di mulutnya. "Salahmu sendiri," Ia bangkit dari salah satu sofa yang Ia tempati di lobby tempat pusat terapi yang rutin Ia datangi setiap minggu. "Aku akan pulang menggunakan taksi. Kau antarkan saja Briana. Bye."

"Harry—"

Harry memasukkan ponselnya ke saku celana jeans. Ia mendorong pintu kaca dan melangkah keluar. Tidak ada paparazzi yang berkerumun seperti dugaannya. Jadi Harry berbelok, berjalan menyusuri trotoar di kota London. Ia berniat berjalan-jalan sebentar, menenangkan fikiran serta batinnya yang cukup tersiksa akibat pertemuannya dengan Jolene, terapisnya tadi.

Selama berjalan, Harry tidak memikirkan apapun. Tatapannya tertuju ke tanah, tangannya berada di saku mantel hitamnya. Ia nyaris melamun, sampai seorang gadis menabraknya secara tidak sengaja.

"Oh, astaga! Maafkan aku, Tuan. Aku sangat ceroboh."

Harry secara cekatan meraih sling bag yang tergeletak di depan kakinya, kemudian menegakkan punggungnya kembali dan memberikan tas tersebut kepada gadis di depannya. Ketika mata mereka bertemu, gadis ini membelalak, mulutnya tercengang, namun tidak mengucapkan apapun selama beberapa saat.

"Ha—Harry?" Ia menyebut namanya dengan terbata. "Maaf, a-aku menabrakmu."

"Kau tidak perlu meminta maaf, Angel," gadis itu tersenyum lebar ketika mendengar sebutan Harry untuknya. "Kau tidak terluka?"

"Tidak ..."

Harry menyaksikan gadis ini yang menggantungkan sling bag di atas pundaknya. Ia memerhatikan wajah si gadis yang mengingatkannya dengan seseorang di hari yang sebenarnya, sama sekali tak mau Ia bahas lagi.

"Aku pernah melihatmu di O2," kata Harry. "Kau yang datang bersama Beth ke atas panggung."

Si gadis membelalakkan matanya, lagi. Ia tersenyum gugup, "y—ya."

"Syahna."

Gadis itu tak khayal berusaha mengontrol jeritannya karena Harry mengingat namanya. "Ke—kenapa kau mengingat namaku?"

"Uhm," Harry tak mau mengatakan kalau Ia mengingat dengan detail semua peristiwa di hari itu. Sebenarnya Ia tak mau mengingatnya. Itu semua karena mimpi buruk yang datang setiap malam. "Kau mau pergi ke suatu tempat?"

OBSESSIONΌπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα