Bab 2

67K 6.1K 115
                                    

Kulalui banyak hal, berharap bisa

memudarkan bayanganmu...

Adrian berjalan menuruni tangga teras rumahnya. Saat itu juga ia siap memulai paginya dengan berolahraga. Seperti biasa, jika weekend tiba Adrian lebih memilih menghabiskan beberapa menit waktunya di pagi hari untuk berolahraga. Baik itu bersepeda ataupun sekedar lari beberapa putaran mengelilingi komplek tempat tinggalnya.

Ganindra is calling ...

Adrian menyipitkan kedua matanya melihat nama yang tercantum di layar ponselnya. Ia baru saja akan bersepeda dan siap untuk mengayuh sepeda miliknya ketika Ganindra menghubunginya. Sepagi ini? Pertanyaan tersebut melintas di pikiran Adrian karena tidak biasanya sahabatnya itu menghubunginya sepagi ini.

"Kenapa?" sepenggal kata tanya Adrian lontaran sebagai pembuka pembicaraan mereka.

"Strategi pemasaran yang lo minta kemarin udah gue kirim lewat email. Lo bisa cek, kalau menurut lo masih ada yang kurang bilang aja. Mumpung masih ada waktu sebelum besok, gue bisa perbaiki kalau memang masih ada yang kurang."

Adrian langsung menghela napas panjang mendengar kalimat panjang Ganindra, salah seorang sahabat sekaligus asistennya saat bekerja di kantor.

"Udah gue lihat setelah lo kirim jam 3 tadi. Dan seperti biasa, ide-ide lo selalu luar biasa." Karena pikiran yang berkecamuk di kepalanya, jadilah Adrian tidak bisa tidur sepanjang malam. Terjaga sepanjang malam sudah menjadi kebiasaan Adrian hampir setahun ini. Ia hanya bisa tidur 2-3 jam setelah itu ia terbangun dan terjaga sepanjang malam. Selalu seperti itu sampai akhirnya ia terbiasa, meskipun dampak yang timbul berakibat nyata pada tubuhnya. Lingkaran hitam di bawah mata misalnya. Namun dampak yang ditumbulkan sedikitpun tidak mempengaruhi paras seorang Adrian. Ia tetap tampan seperti biasa.

"Lo di mana sekarang?" Adrian menanyakan keberadaan Ganindra berniat mengajak lelaki itu untuk bersepeda bersama.

"Di rumah." Ganindra menjawabnya singkat, memperjelas sifat dinginnya yang terkadang sering membuat Adrian kesal ketika berbicara dengannya.

"Gue nantang lo buat ngalahin gue balap sepeda. Lo nggak mungkin nolak gitu aja tanpa adanya usaha, kan?" Adrian penuh percaya diri meskipun ia tahu Ganindra bukanlah lawan yang mudah. Mereka sering balap sepeda dan pemenangnya selalu berbeda. Kadang Adrian, dan tak jarang juga Ganindra yang menang.

Karena tidak ada jawaban dari seberang sana, Adrian mengambil kesimpulan bahwa Ganindra menyetujui tantangannya.

"Gue tunggu di tempat biasa." Dengan senyum mengembang disertai tekat kemenangan Adrian langsung mengayuh sepedanya keluar dari halaman rumah menuju tempat biasa ia dan Ganindra melakukan balapan.

***

Di tengah kecepatan yang Adrian kerahkan untuk memenangkan balap sepeda, di tengah-tengah perjalanan Adrian tiba-tiba mengerem mendadak sepeda yang ia kayuh disusul kemudian oleh Ganindra yang menghentikan sepeda tepat di sampingnya. Ganindra berhenti karena alasan yang sama dengan Adrian.

Di seberang jalan sana baru saja telah terjadi kecelakaan dan saat itu orang-orang bergerombol untuk membantu korban dan ada juga yang hanya sekedar melihat.

"Jadi nggak ada yang menang kali ini?" pertanyaan itu Ganindra lontarkan pada Adrian, yang sama sekali tidak mendapat tanggapan dari lelaki itu. Pandangan mata Adrian fokus melihat ke tempat kejadian. Sejenak ia dibuat terpaku di tempat. Darah yang keluar dari salah satu korban membuatnya tiba-tiba teringat kejadian semalam.

Melihat kondisi korban kecelakaan yang ada di depan matanya membuat Adrian tanpa sadar bertanya pada dirinya sendiri. Bagaimana keadaan perempuan itu?

Everlasting LoveWhere stories live. Discover now