Bab 12

47K 5.1K 484
                                    

Seperti kebiasaannya di pagi hari Adrian selalu mengawali rutinitasnya dengan secangkir kopi. Meskipun ia sedang terjebak dalam waktu yang memaksanya untuk terburu-buru namun Adrian selalu menyempatkan waktunya untuk menikmati secangkir kopi yang telah menjadi candu dalam hidupnya beberapa tahun terakhir.

"Hari ini nggak ke kantor mas?" Seorang wanita paruh baya yang bekerja sebagai salah satu staf dapur di rumah Adrian menghampirinya untuk sekedar bertanya. Wanita paruh baya itu bertanya karena penampilan Adrian tidak seperti biasanya di hari-hari kerja. Lelaki itu terlihat rapi dengan setelan santainya. Kaos hitam dengan karakter harimau yang hanya terlihat kepalanya menghiasi dada bidang lelaki itu, serta celana hitam selutut yang lebih menambah kesan santainya.

"Nggak Bi, saya ambil libur hari ini ada acara pribadi," jawab Adrian.

Adrian sengaja mengambil libur hari ini untuk menemani Aya bertemu dengan Luna. Setelah kemarin mencoba membujuk perempuan itu meskipun tidak mendapat jawaban apapun Adrian bertekat untuk tetap datang dan menemani Aya pergi menemui Luna.

"Oh ya Bi, kalau nanti Ganindra datang sewaktu saya udah pergi tolong ambilkan berkas yang ada di meja depan TV di kamar saya ya. Berikan langsung pada Ganindra." Sebenarnya Adrian memiliki jadwal bertemu dengan beberapa orang yang hendak menyepakati beberapa program kerjasama dengannya. Namun demi  Aya, Adrian mengorbankan pekerjaannya dan meminta Ganindra yang menduduki posisi sebagai asistennya di kantor untuk menggantikan.

"Baik mas."

***

"Tante ikut ya, mau nemenin Aya juga," ujar Marina ketika mengantar Aya masuk ke dalam mobil Adrian. Perempuan itu meskipun tidak memberikan jawaban namun ia tidak menolak ketika Adrian membujuknya untuk pergi bertemu Luna.

"Nggak usah tante, percayakan aja Aya sama saya. Lagi pula tante tadi bilang sebentar lagi ada acara penggalangan dana di yayasan. Biar saya saja, Aya aman kalau sama saya," jawab Adrian sambil memberikan senyumnya meyakinkan Marina untuk mempercayakan putrinya pada Adrian.

"Ya udah, tante titip Aya sama kamu ya. Dia masih sensitif bertemu dengan orang banyak. Sebisa mungkin tolong buat dia tenang. Tante percaya sama kamu, Yan." Marina menepuk lengan Adrian dengan salah satu tangannya, seolah benar-benar memperikan kepercayaan kepada Adrian.

"Kami berangkat dulu ya tante." Adrian langsung masuk ke dalam mobilnya bersiap untuk segera pergi, namun sebelum itu Adrian menyempatkan untuk memasangkan seatbelt sebagai perlindungan Aya sebelum benar-benar melaju pergi.

"Kok aku jadi deg-degan gini ya? Kamu gitu juga nggak sih?" tanya Adrian. Aya langsung menoleh  ke arahnya. Sebentar Adrian terpaku menatap mata perempuan itu, namun setelahnya ia kembali terfokus pada kemudinya.

"Semangat untuk hari ini, Aya," ujar Adrian antusias. Ia merentangkan tangan kirinya untuk mengelus rambut Aya sambil memberikan perempuan itu senyuman.

Tak sampai menghabiskan waktu 30 menit, mereka pun sampai di tempat tujuan. Adrian baru saja hendak keluar dan membukakan pintu untuk Aya ketika ia tidak sengaja melihat tangan Aya yang membuatnya kembali terpaku di tempat. Tangannya gemetar. Perempuan itu gelisah. Adrian berpikir itu karena lingkungan asing yang baru untuk Aya. Tanpa pikir panjang, Adrian langsung meraih kedua tangan Aya untuk digenggamnya.

"Jangan takut, di sini nggak ada orang yang berani nyakitin kamu. Percaya sama aku, oke?" Adrian mengusap rambut perempuan itu mencoba menenangkan. Adrian tetap dalam posisinya karena Aya masih tampak ketakutan.

Everlasting LoveWhere stories live. Discover now