Bab 17

45K 4.3K 539
                                    

"Lo udah siap-siap untuk keberangkatan besok pagi?" Ganindra melangkah menyajarkan langkahnya dengan Adrian yang baru saja memasuki gedung kantor. Adrian yang awalnya sibuk dengan ponsel miliknya tiba-tiba berhenti dan berbalik menghadap Ganindra.

"Berangkat?" Adrian bingung dengan maksud Ganindra. Berangkat ke mana?

"Jangan bilang lo belum baca update jadwal yang beberapa hari lalu gue kirim ke email lo?"

Adrian langsung membuka menu email di ponselnya dan melihat jadwal yang dimaksud Ganindra. Ia sama sekali belum melihat ataupun membaca isi email tersebut yang ternyata menjadwalkan keberangkatannya ke Palembang besok pagi dalam rangka bertemu dengan salah satu investor yang ada di sana selama dua hari.

"Jangan salahinn gue ya. Gue udah kirim email itu tiga hari yang lalu, malemnya gue kirim." Ganindra membela dirinya yang tidak salah karena paham sebentar lagi Adrian pasti akan menyalahkannya.

Tiga hari terakhir ini Adrian akui dirinya memang tidak fokus dengan pekerjaannya. Hal itu karena Aya. Dua hari yang lalu ia tidak masuk kantor karena pagi-pagi buta harus pergi mencari keberadaan Aya yang ternyata ada di makam mantan kekasihnya. Dan kemarin weekend harinya habis bersama Aya di rumah perempuan itu dan Adrian sama sekali tidak ingat dengan pekerjaannya.

"Lo udah pesenin gue tiket?"

"Udah, semua keperluan berkas-berkas dari kantor udah gue siapin. Tinggal kesiapan lo berangkat aja," jawab Ganindra tanpa melepas pandangan dari iPadnya.

"Gue sore ini mau nganter Aya ketemu sama Luna nggak ada waktu buat packing. Lo suruh orang rumah buat nyiapin keperluan gue." Adrian langsung mempercepat langkahnya meninggalkan Ganindra lalu masuk ke dalam lift.

Sampai di depan ruangannya Adrian tiba-tiba menghentikan langkahnya karena terkejut dengan kehadiran seseorang.

"Selamat pagi pak. Ibu Raynelle sedang menunggu anda," ucap Ainun, sekretarisnya memberitahukan kehadiran sosok perempuan yang sedang menunggu Adrian di sofa depan ruangan Adrian.

Begitu sadar dengan kehadiran Adrian, perempuan yang bernama Raynelle tersebut langsung bangkit dan memeluk Adrian erat-erat.

"Finally Ryan ..." ujarnya dengan nada riang. Merasa tidak nyaman dengan perlakuan perempuan tersebut, Adrian melepas paksa pelukan tersebut.

"What's wrong Yan? Kamu tidak merindukanku?" tanya perempuan tersebut sambil kembali berusaha memeluk Adrian namun Adrian mundur menolak.

"Kenapa kamu bisa ada di sini Ray?" Kini giliran Adrian yang bertanya. Pagi-pagi baru tiba di kantor, niatnya ingin fokus bekerja namun Adrian dikejutkan dengan kehadiran Raynelle, sosok perempuan yang tidak pernah ia bayangkan akan ia temui di Negara ini.

"Aku ke Jakarta untuk ketemu kamu. Aku nyari kamu beberapa hari ini, tapi ternyata sulit menemukanmu dengan nama Ryan Kyle. Kamu nggak bilang kalau nama asli kamu Adrian Winatama," jawab perempuan berkulit putih tersebut. "Syukurnya aku ketemu Rangga di club, aku tanya mengenai Ryan Kyle tapi dia bilang tidak kenal dengan seseorang yang memiliki nama itu. Lalu aku perlihatkan fotomu, dan dia langsung mengenalimu dengan nama yang berbeda dari yang aku sebutkan tadi."

Adrian muak mendengar basa-basi tersebut. Ia merasa tidak nyaman dengan kehadiran Raynelle. Kenapa perempuan itu harus muncul di saat yang tidak tepat?

"Tempatmu bukan di sini Ray," kata Adrian hampir putus asa karena tidak yakin apa yang harus ia ucapkan pada perempuan itu.

"Ya aku tau. Gaya hidup orang-orang di sini sangat berbeda dengan tempat kita di Sydney." Perempuan berambut pirang tersebut terdengar menekankan kata 'kita' dalam kalimatnya.

Everlasting LoveWhere stories live. Discover now