Bab 6

48.8K 4.5K 210
                                    

Adrian berdiri menghadap ke luar jendela. Tanpa sadar ia sudah berdiri di tempat yang sama sejak 45 menit yang lalu. Lelaki itu bahkan melewatkan makan siangnya hanya berdiri dengan pikiran yang terus bergejolak di kepalanya.

Entah sudah berapa batang rokok yang ia habiskan sejak tadi namun Adrian belum bisa menemukan titik terang dalam dirinya. Lelaki itu merasa sangat kacau sejak pertemuannya dengan Aya kemarin malam. Ia tidak menyesali keputusannya untuk menjalin sebuah hubungan dengan Aya, sama sekali Adrian tidak menyesal. Ia hanya tidak habis pikir dengan perempuan itu, apakah dia sengaja menyebut nama lelaki lain untuk menyakiti perasaannya?

Drrrttt ...

Pintu ruangannya terbuka, membuat Adrian spontan menoleh.

"Maaf pak, ada Mba Jani ingin bertemu dengan anda." Ainun memberitahukan kedatangan sepepu perempuan lelaki itu.

Adrian langsung merasakan ada sesuatu yang aneh. Tidak biasanya perempuan itu datang mengunjunginya secara langsung ke kantor. Bisa dibilang selama beberapa tahun terakhir, ini adalah kunjungan pertamanya di kantor Adrian.

Adrian belum sempat mengucapkan apapun, perempuan yang bernama Anjani langsung masuk ke ruangannya. Seperti ciri khas perempuan itu, ia tersenyum namun terkesan sangat dingin bagi siapa pun yang melihatnya.

Dia masih menggunakan topengnya. Adrian seolah mendengar sisi terdalam dirinya membisikkan sesuatu yang hanya bisa didengar dirinya sendiri.

"Apa yang membawamu datang ke mari?" Adrian berpindah dari posisinya berjalan mendekati Anjani.

"Mercedes-Benz koleksi terbaru papa."

Adrian mencibir mendengarnya. Ia merasa sangat bodoh mengajukan pertanyaan seperti itu pada sepepu perempuanya.

"Maksudku, apa ada sesuatu yang penting sampai kamu harus repot-repot mengunjungi kantorku?" Adrian mengulang pertanyaan yang berbeda.

Bukannya menjawab pertanyaan Adrian yang kini berdiri di hadapannya, perempuan itu justru melewatinya lalu duduk di salah satu sudut sofa.

"Aku mengunjungimu setelah mendengar cerita dari Rangga," ucapnya menoleh ke belakang tempat Adrian berdiri.

Apa yang diceritakan Rangga pada perempuan itu sampai membuatnya datang langsung menemui Adrian. Ya Adrian baru ingat, sahabatnya itu pasti menceritakan tentang apa yang mereka bicarakan beberapa hari yang lalu di ruang biliard. Adrian tidak bisa membayangkan apa yang Jani pikirkan ketika mendengar cerita dari Rangga.

"Boleh aku tahu cerita tentang apa itu?" Meskipun awalnya Adrian berpikir Jani mengetahui tentang apa yang ia bicarakan pada Rangga beberapa hari lalu, namun ia mencoba berpikir lebih luas mengenai maksud kedatangan Anjani saat ini.

Perempuan itu tampak tersenyum meremehkannya. Adrian benci melihat Anjani seperti itu. Namun Adrian tidak bisa melakukan apa-apa karena tahu apa yang dilakukan Anjani adalah bentuk perlindungan. Perempuan itu melindungi dirinya sendiri melalui topeng yang tidak pernah ia buka sejak lima tahun yang lalu.

"Cerita tentang seorang pangeran yang jatuh cinta dengan perempuan gila." Adrian mengepalkan tangannya. Jadi benar, Anjani sudah mengetahuinya.

"Aku lebih senang mendengarmu mengatakan sakit jiwa di akhir kalimatmu tadi." Adrian mencoba menenangkan dirinya, ia mendekat dan duduk di sofa yang berbeda.

"Aku pikir aku tidak perlu mengulang kata-kata yang memiliki arti sama," ucapnya dingin.

"Sebagai seorang General Manager hotel berbintang apakah kamu memiliki banyak waktu untuk datang hanya sekedar membahas hal seperti itu?" Aneh rasanya bagi Adrian jika Anjani datang hanya karena masalah apa yang Rangga ceritakan padanya.

Everlasting LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang