Bab 15

47K 3.9K 285
                                    

Pada akhirnya aku menyadari
ada sesuatu yang tidak bisa aku miliki
sampai kapanpun. Yaitu kamu.

***

Adrian langsung menuju alamat yang Raka kirimkan melalui sms. Jaraknya cukup jauh dari rumahnya dan itu membuat Adrian harus berkendara dengan cepat. Takut-takut terlambat dan terburu terjadi sesuatu yang tidak diinginkan terhadap Aya mengingat kondisi perempuan itu.

Sebenarnya Adrian ragu dengan kemungkinan Aya berada di makam Arman, mantan kekasihnya. Bagaimana perempuan itu sampai di sana? Tapi Adrian lebih memilih untuk mendatangi tempat itu langsung untuk memastikannya.

Begitu sampai di lokasi, buru-buru Adrian keluar dari mobil dan mulai mengedarkan pandangannya mencari sosok Aya. Ia tidak mau gegabah langsung masuk ke dalam TPU dan memutuskan untuk mencari Aya dari luar pagar . Ia kesulitan menemukan perempuan itu dan sempat membuatnya putus asa. Keadaan di sana masih sepi karena masih pagi. Tak ada seorang pun yang bisa Adrian tanyai mengenai keberadaan Aya di tempat itu.

Karena putus asa tak kunjung menemukan perempuan itu, Adrian memutuskan untuk pergi. Namun ketika ia hendak berbalik tak sengaja matanya menangkap seseorang sedang bersimpuh di salah satu makam. Kehadiran orang itu tertutup oleh pohon bunga kamboja, yang terlihat hanya posisi lulutnya yang sedang bersimpuh.

Adrian merasa ragu kalau itu adalah Aya perempuan yang ia cari. Keraguannya hilang begitu ia berjalan mendekat dan mendengar suara Aya sedang menangis. Adrian tidak melanjutkan langkahnya, ia membisu di tempat.

"Arman ..." berulang kali disela tangisan Aya, Adrian mendengar nama itu disebut.

Adrian tidak tega melihat Aya seperti itu jadi ia memutuskan untuk menghampiri, namun langkahnya tertahan begitu mendengar perempuan itu kembali bersuara.
"Kamu sudah lama pergi, tapi kenapa aku belum bisa mengikhlaskanmu?"

Kesedihan Aya langsung terasa di hati Adrian. Kenapa sangat mudah turut merasakannya dan sangat sulit untukku memahami?

"Sulit sekali rasanya. Orang-orang mengatakan akulah penyebab kematianmu, aku menyesal."

Adrian meremas jemari tangannya kuat-kuat mendengar kalimat putus asa tersebut.
"Apa itu sebagian caramu memintaku untuk pergi bersamamu?"

"Arman ..."

"Sudah kucoba berbagai cara untuk mati demi menebus semua penyesalanku tapi orang-orang selalu berhasil menggagalkannya. Kenapa memilih mati sesulit itu?"

"Orang-orang bilang aku gila karena usahaku untuk menemuimu. Aku benci kata-kata itu. Kenapa kamu meninggalkanku dengan cara seperti ini? Aku masih belum bisa menerimanya."

Perasaan Adrian hancur berkali-kali mendengar tangisan Aya dan juga kalimat-kalimat yang terucap oleh perempuan itu. Langkahnya terbata-bata mendekati Aya. Adrian merasa Aya benar-benar tidak menganggap kehadirannya selama ini setelah mendengar kalimat perempuan itu. Adrian selalu berada di samping Aya dan berjuang untuk membantu kesembuhannya namun pada akhirnya Aya kembali terjatuh dan tetap mengingat masa lalunya.

"Aya ..." panggil Adrian lirih. Namun sepertinya perempuan itu tidak mendengar namanya disebut karena terlalu fokus bertatapan dengan batu nisan yang bertuliskan Arman Wicaksana. Adrian membenci kenyataan, kenapa namanya terdengar hampir sama dengan lelaki itu.

"AYA ..." Adrian membentak karena tidak tahan lagi. Saat itu juga Aya menoleh ke arahnya. Matahari belum sempurna memancarkan sinarnya kala itu, masih remang-remang namun Adrian jelas bisa melihat air mata yang mengalir di wajah Aya begitu mata mereka bertemu.

Dia menangis untuk lelaki lain, sementara aku terus berjuang untuknya.

"Siapa kamu?" Itu kata-kata pertama perempuan itu yang ditujukan untuk Adrian setelah sekian lama. Dan pertanyaan itu seolah menyentak Adrian dari kenyataan bahwa selama ini ia tidak dikenal. Kehadirannya tidak berarti apa-apa. Rasanya luar biasa bagi Adrian.

Everlasting LoveOnde histórias criam vida. Descubra agora