Bab 4

56.5K 5.1K 164
                                    

Namanya Anaya ...

Lagi-Kalimat itu kembali terngiang dalam ingatannya. Jika seseorang memintanya untuk mendeskripsikan tentang perempuan itu, maka Adrian menyerah. Ia tidak mampu. Adrian hanya terus mengingatnya. Yang sangat membekas bagi Adrian adalah tatapan perempuan itu. Kosong, namun Adrian sangat memahaminya.

Sejenak, karenanya dunia Adrian teralihkan dari kelamnya masa lalu. Aya perempuan pertama yang berhasil menggantikan Reya di ingatan Adrian yang selama enam tahun bertahta di pikiran lelaki itu. Terlalu lama sampai sangat sulit untuk melupakannya. Namun sekarang, ada Aya yang berhasil mengalihkannya. Bisa Adrian berharap banyak dengan itu?
Begitu Adrian turun dari mobil, seorang lelaki yang bekerja sebagai satpam di rumahnya datang menghampiri. "Ada Mas Rangga dengan Mas Ganindra sedang menunggu di ruang billiard," ucapnya memberitahukan.

"Sudah lama?"

"Kurang lebih sejak 30 menit yang lalu mas."

Pandangan mata Adrian langsung mengarah pada mobil yang terparkir tak jauh dari tempatnya berdiri saat ini. Sepertinya Rangga datang membawa koleksi mobil sport terbarunya.

Samar-samar umpatan kasar Rangga terdengar di telinga Adrian ketika ia baru saja melangkahkan kaki masuk ke dalam rumahnya. Adrian yakin bola lelaki itu meleset dalam permainannya sampai sumpah serapah keluar dari mulutnya.

"Kapan lo sampai Jakarta?" Adrian langsung mengambil posisi duduk di kursi bar yang berhadapan dengan meja billiard tempat Rangga sedang bermain seorang diri.

"Tanya Indra aja!" Adrian melirik Ganindra. Ia terkekeh melihat apa yang dilakukan lelaki itu-beruang kutub sedang asyik memainkan game onlinenya. Jika Adrian tidak mengenalnya bisa jadi ia selalu berpikir bahwa Ganindra adalah sosok yang dingin tanpa tahu betapa lucunya ekspresi lelaki itu jika sedang fokus dengan game di ponselnya.

Adrian mengurungkan niatnya bertanya pada Ganindra karena ia tahu tidak akan ada jawaban jika sahabatnya itu sedang sibuk dengan ponselnya. Tak ingin terpaku tanpa kegiatan, Adrian lantas mengambil rokok sepaket dengan korek gas di kantongnya kemudian mulai menikmatinya.

Di hadapannya Rangga tampak beberapa kali melirik ke arahnya. Ada beban yang tidak bisa Adrian sembunyikan di raut wajahnya. Dan seperti biasa, Rangga selalu tahu.

"Lo nggak dari rumah Reya kan?" Rangga mendekat menatap curiga ke arah Adrian
Lelaki itu mengambil posisi duduk di depan Adrian seraya menuangkan wine ke dalam gelas.

Adrian yang tidak menjawab pertanyaannya membuat Rangga semakin ingin tahu. "Kacau. Lo kacau man. Lo masih nguntit perempuan itu?"

Merasa lelah dengan pertanyaan-pertanyaan Rangga yang membuatnya penat, Adrian langsung memberikan jawaban. "Gue dari rumah sakit."

"Ngapain?" tanya Rangga antusias.

Ganindra yang mendengar kata rumah sakit seketika menoleh namun akhirnya kembali fokus dengan game di ponselnya. Ganindra memastikan untuk mempertajam pendengarannya saat itu juga.

"Jenguk Aya."

"Who is  Aya?"

Adrian menghela napas disertai gumpalan asap yang keluar dari rongga bibirnya.

"Adiknya Azka."

"Lo nggak lagi ngemodusin istrinya Azka dengan cara jenguk adik dia di rumah sakit, kan?" Semakin ke sini pertanyaan Rangga membuat Adrian kesal, namun ia tidak menanggapinya.

"Yan ..." Rangga memanggil namanya karena ia benar-benar perlu kepastian dari Adrian.

"Konyol nggak sih, kalau gue suka sama dia? Padahal kita baru ketemu dua kali."

Everlasting LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang