0 ▪ P r o l o g

16.8K 955 119
                                    

"Nol adalah awal dari segala kemungkinan."
-Shinichi Kudo-

▪▪▪

"Bu, susu kotak nggak ada?"

"Kosong, nduk. Langganan juga kosong. Botolan aja."

"Oh, oke nggak masalah. Berapa, Bu?"

"Tiga setengah."

"Ini, Bu. Makasih ya. Dadah."

Cewek bersuara sedikit serak itu berlalu dari salah satu kios langganannya di kantin sekolah. Seekor kucing liar mendadak melompat di tong sampah depan kios, membuat cewek itu bergidik dan mempercepat langkahnya. Cewek ini biarpun sangar, sangat takut pada kucing.

"Udah belinya?" tanya cewek lainnya yang baru keluar dari kamar mandi dekat aula.

"Udah," dengusnya, "Nggak ada susu kotak."

"Iyalah. Susu kan bunder, Can," Si Teman mengernyitkan dahinya. Berlagak polos.

Cewek yang dipanggil 'Can' menggelengkan kepalanya, "Baru pertama muncul udah mikir jorok nih anak. Ngerusak cerita banget."

Inilah risiko punya teman yang hobi baca FF NC, pikirannya agak 'dewasa', batinnya kemudian.

"Can!" Si Teman tiba-tiba menyikut pinggang Si Can. Membuat Si Can mengangkat kepalanya dan melihat sosok besar mirip brokoli berdiri di depannya.

Kepet, maki Si Can dalam hati.

*

"Ratna Anatari, Candra Agni," sebut sebuah suara berkarakter tegas, "Pelajaran siapa sekarang?"

Si Teman, yang ternyata bernama Ratna, nyengir dan menundukkan kepala. Si Can alias Candra tetap meminum susu botolnya, berusaha terlihat kalem. Sedangkan sosok brokoli yang tadi mendadak tumbuh di depan mereka adalah Bu Rus, guru ekonomi kelas sepuluh sekaligus kesiswaan.

Bu Rus kerap kali disebut-sebut sebagai brokoli sebab dua alasan: Pertama, rambut beliau kribo mekar dan badannya sedikit melebar seperti batang brokoli, apalagi beliau suka memakai batik hijau cerah dipadu celana kain warna hijau emerald. Kedua, rupanya Bu Rus gemar sekali memakan brokoli krispi.

Saat ini mereka bertiga berdiri di depan ruang piket.

"Jam siapa ini?" ulangnya.

"Jamnya Bu Rus," jawab Candra santai.

"Terus?"

"Terus saya barusan balik dari kantin, beli susu," Candra mengangkat botol susu stroberi yang isinya tinggal setengah, lalu menambahkan, "Susu botol, Bu."

"Saya ke toilet, Bu," Ratna menunduk.

"Siapa suruh keluar-keluar di jam saya?!" pekik Bu Rus tidak peduli alasan kedua cewek itu.

"Suara hati saya, Bu," jawab Candra lagi.

"Candra! Berapa kali kamu keluar kelas di jam saya? Saya sudah bilang, kalau saya tinggal, kerjakan tugas yang saya berikan!" Bu Rus menarik napas panjang. Candra menarik sudut bibirnya.

Apapun yang terjadi, senyumin aja, pikirnya menghibur diri.

"Alasanmu itu lho, dari dulu nggak pernah berubah! Suara hati saya, Bu. Suara hati saya, Bu," kata Bu Rus menirukan gaya Candra versi dilebih-lebihkan.

Arka Candra [Sudah Terbit]Where stories live. Discover now