15

3.9K 405 27
                                    

Samudra Adika

*

"Kamu nggak tau apa-apa soal kasus ini, Ka. Aku lebih tau dari kamu," ketus Raka.

"Kamu juga nggak tau apa-apa soal Candra, Ka. Aku lebih tau dia daripada kamu," balasku. "Meskipun aku bukan kakak kandungnya."

Percakapan ini jadi aneh sejak kami saling memanggil dengan suku kata terakhir nama panggilan kami. Pengarang namaku bukanlah mama ataupun papa. Karena itu, siapapun yang menciptakan namaku, pastilah dia bukan orang yang kreatif. Bagaimana bisa dia menciptakan nama tokoh yang terlalu mirip dengan dua cowok lainnya di kisah ini? Apalagi suku kata akhirannya sama-sama "Ka".

Arka-Dika-Raka.

Maunya apa?

Tapi, lupakan soal itu. Aku sedang jengkel pada Raka dan sengaja menghilangkan embel-embel "Mas" yang biasa kugunakan saat bercakap dengannya.

"Aku nggak bisa kalo Candra ikut-ikutan. Kamu tau sendiri, dia gampang emosi. Kamu sendiri yang lihat dia sebrutal itu ke Dendi. Kalo dia kenapa-napa, aku harus bilang apa ke mama? Terutama, papa," kata Raka.

"Kamu nggak mau Candra kenapa-napa karena takut sama mama-papa kamu?" aku mengerutkan dahi. "Kalo kamu memang kakak, yang harusnya kamu takutin itu Candra kenapa-napa dan kamu kehilangan adik! Bukan marahnya orangtua kamu! Sorry, nggak berarti aku nyepelekan orangtua."

Raka menghela napas. "Mendingan aku ngelarang dia ikutan, daripada dia ikut terus malah kena bahaya."

"Iya emang bener gitu." Aku tidak bermaksud menyalahkan niatnya, serius. "Yang bikin aku jengkel, kamu baru kali ini ketemu sama adikmu setelah sekian lama, tapi kamu malah ngusir pakai gaya sengak gitu. Kamu sama Candra itu sama-sama sok jual mahal. Hilangin dong sifat kayak gitu. Jual mahal itu pada waktunya aja."

Raka mengangkat sebelah alis, mengangkat bahu, dan masuk ke kamar mandi. Tinggal aku saja berdua dengan ayah Arka. Om Danu kelihatan lelah.

Jelas saja. Pasalnya, ini tugas para intel atau polisi dan sekawannya. Tapi malah dirumitkan oleh anak-anak remaja sok pahlawan.

Iya, aku mengaku kok kalau aku sok pahlawan.

"Om, maaf jadi gini," kataku sembari menganggukkan kepala sebagai bentuk hormat.

"Nggak masalah," Om Danu balas mengangguk. "Tapi, saya masih butuh bantuan Candra untuk nyari Wildan."

Tadinya, Arka bilang akan mengajak Candra makan siang. Coba biar kuhubungi cewek itu.

Tapi, teleponku tidak dapat terhubung. Candra sedang menelepon (atau ditelepon) orang lain.

Siapa?

***

Candra Agni

*

Group chat: SOS2 PRAMUDYA WELEH-WELEH

Dirgan: candra, kon mang nandi? aku dewean le ndek kelas gak onok konco sak bangku (candra, kamu tadi kemana? aku sendirian di kelas nggak ada temen sebangku)

Ri-an: bolosan
Ri-an: bolosan
Ri-an: bolosan

Sekar: ada pr can. lks geo kerjain sampe yang halaman 34. presentasi penjas juga.

Arka Candra [Sudah Terbit]Where stories live. Discover now