18

4.7K 429 87
                                    

Note:

Akan muncul sudut pandang lainnya. Karena cerita ini sangat complicated, aku bikin karakter lain bicara. Hoho.

Happy reading^^

***

Ratna Anatari

*

"Di rumah lah," mendadak Dika muncul sambil melambai-lambaikan amplop putih yang kuduga berisi surat sakit milik Candra. "Badannya babak belur gitu, mau kamu suruh masuk emangnya?"

Arka mematung. Aku menghampiri mereka dan mengambil suratnya. "Lucky, nih ya suratnya Candra."

Sekretaris kelasku, Lucky, menerima suratnya. "Opo'o arek iku? (Kenapa anak itu?)" tanya Dirgan, memalingkan pandangan dari hpnya.

"Jatuh," jawabku singkat.

Dirgan spontan ngakak. "Arek iku ancen lawak. Iso tibo, cuk! (Anak itu emang konyol. Bisa jatuh, cuk!)" katanya.

"Ya bisa lah, awakmu ae yo tau kok (kamu aja ya pernah kok)," sahut Ajeng. "Apanya yang kena, mas?"

"Tangan, muka... Kakinya bengkak," Dika menjelaskan. Matanya diarahkan ke Arka kemudian. "Tenang aja, pacarmu nggak bakal hilang kok." Lantas dia berbalik, hendak menuju kelasnya di lantai dua.

Arka masih mematung.

"Aku nanya dia dimana karena dia nggak bisa dihubungi," kata Arka.

"Oh ya?" responku seraya menyambar hpku yang mendadak sudah diutak-atik Dirgan. "Off mungkin."

Arka terdiam sejenak, kemudian mengacak rambutnya. "Kamu pernah bolos nggak, Na?"

Aku melongo. Jeda beberapa detik, seisi kelas tertawa.

"Ka, kon tau krungu gosip e 10 IIS 2 ngelimput sak kelas a? Yo jelas e Ratna tau pisan, (Ka, kamu pernah denger gosipnya 10 IIS 2 bolos sekelas? Ya jelasnya Ratna pernah juga)," celoteh Dirgan.

"Oke," Arka menarik napas. "Kalo gitu, Na, aku mau bolos."

Wow, ini baru berita.

"Tapi, gimana?" tanyanya culun.

Dirgan ngakak. "Kon polos utawa goblok seh? (Kamu polos atau goblok sih?)"

"Gampang aja," aku mengangguk senang. "Tinggal keluar lewat gerbang depan."

Arka lagi-lagi mematung. "Gerbang depan... Serius, Na?"

Wah, anak IPA sungguh tidak tahu ilmu bolos-membolos rupanya. "Ka, kalo kamu nggak sadar, biar kukasih tau. Gerbang belakang itu sering dijadikan sasaran pintu bolos oleh pelajar iblis sejenis cecunguk-cecunguk IIS 2 ini. Tapi, itu dulu. Gara-gara banyak siswa bolos lewat sana, penjagaan disana lebih ketat. Jadi, gerbang depan malah kurang pengawasan. Dulu, aku bolos tinggal jalan santai lewat gerbang depan. Kamu ngesot pun satpam yang jaga juga nggak peduli. Orangnya hobi banget nonton TV. Masih baru jam pertama begini sih, palingan nonton apaan gitu di Global TV," aku sungguhan dibikin ngoceh kali ini.

Erika menimpali, "Mermaid in Love iku jam piro seh? Jarene seh wong iku seneng ndelok sinetron kuwi. (Mermaid in Love itu jam berapa seh? Katanya seh orang itu suka lihat sinetron itu.)"

"Yo sek engkok tah (Ya masih nanti lah)," jawab Hanif.

Abaikan mereka. Aku menepuk bahu Arka pelan, "Intinya, kalem bro. Bolos bukanlah hal sulit. Hukum Membolos lebih mudah daripada Hukum Buys Ballot, catat itu, ini yang kupelajari selama duduk di 10 IPS 2."

Arka Candra [Sudah Terbit]Where stories live. Discover now