16

4.5K 396 51
                                    

Arka Dhananjaya

*

"Creambath sama bundanya," jawab Candra sekenanya. Firasatku mengatakan dia berbohong, tapi sudahlah.

Teman-temannya mengangguk paham dan kemudian Hanif menyahut santai, "Sesekali nyoba creambath juga dong, Can. Kamu tuh nggak pernah perawatan."

Candra kelihatan berpikir sejenak. Lalu menatapku lama. "Kenapa?" tanyaku.

"Car, anterin aku creambath ya kapan-kapan. Nggak boleh nolak. Makasih," lalu Candra meneguk teh hangatnya.

Aku melongo. "Car?"

Candra mengerutkan dahi. "Pacar. Kamu kan pacarku?"

Car? Dari sekian panggilan sayang, kenapa harus 'car'?

Yeah, aku tidak keberatan sih. Aku juga tidak masalah kalau dia memanggilku hanya 'Ka' seperti biasa. Karena, memang aku tidak sedang menjalani hubungan pacaran sungguhan dengan cewek ini. Lagipula, cewek ini kan Candra. Maksudku, dia Candra. Mau pacaran atau tidak, aku yakin aku tidak akan mencegahnya memanggilku dengan panggilan aneh-aneh. Kalau pun aku menegurnya hey-kok-manggil-aku-gitu, kemungkinan besar dia hanya menyahut: "Kamu siapa mau ngatur aku?". Lalu seandainya aku sungguhan pacarnya, aku akan menyahut balik, "Pacarmu." Dan berikutnya, dia akan kembali menyahut: "Oh. Kamu biayain hidupku? Nggak kan? Ya udah, suka-suka aku dong mau manggil kamu apa."

Intinya, dia ini Candra.

Kembali ke Mie Ayam Tata Boga. "Oh oke. Kamu biasa nyalon dimana emang?"

Cewek itu menggaruk kepalanya sebentar, membuat karet ungunya sedikit longgar, dan beberapa helai rambut terlepas dari ikatan. "Chibby."

Oh, Chibby. Salon itu memang terkenal apik di daerah Lawang. Selain pelayanannya yang sip, hasil potongan rambut dan perawatannya juga memuaskan.

Omong-omong, mengenai penampilan Candra hari ini. Biarpun dari ujung rambut hingga ujung kakinya warna-warni, aku tidak merasa cewek ini norak.

"Tapi aku biasa potong rambut aja. Aku belum pernah nyoba creambath. Keramas sama pake conditioner, cukup lah," lanjutnya.

Aku mengangguk. Yah, rambut Candra tanpa perawatan sudah bagus kok menurutku.

Lagipula, dia kan ke sekolah naik motor sendiri. Aku yakin, sering memakai helm adalah salah satu alasan cewek ini tidak berniat memberi rambutnya perawatan. Karena, kan sayang duitnya untuk dipakai perawatan kalau akhirnya bolak-balik kena helm.

Selanjutnya, teman-teman kelas Candra sibuk bercanda sendiri, membiarkan aku dan Candra makan dengan tenang.

Ah, aku teringat sesuatu.

"Can, pinjam hpmu boleh?"

Kukira dia akan menolak atau bagaimana, tapi dia meraih hpnya dari tas kecil dengan tampang datar, dan menyodorkannya padaku. "Nggak ada passwordnya."

Oh, oke.

Mataku mengerjap begitu menggeser kunci dan menemukan wallpapernya berupa fotonya saat tidur dengan setelan piyama bergambar gajah, rambut acak-acakan, dan sambil memeluk boneka gajah.

Arka Candra [Sudah Terbit]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora