9

4.1K 440 12
                                    

Candra Agni

*

"Iya, saya Candra. Masnya siapa ya?" aku balik bertanya.

"Ah, haha." Cowok kurus itu tertawa kecil, "Kamu sama sekali nggak berubah."

Melihatku yang cuma melongo bingung, dia menambahkan sambil mengelus tengkuknya, "Air. Laut. Pantulan bulan paling bagus kalo di lihat di situ."

Oh. Sepertinya aku familiar dengan kata-kata ini.

Siapa?

"Samudra!" aku berseru dan meninju lengan cowok itu, "Ini kamu?"

"Haha. Iya. Aku pindah lagi kesini ngikut tugas ayah. Bali bagus, tapi disini juga enak. Ke Pramudya juga sekolahnya."

"Woo-hoo! Kabarmu baik kan?" Siapa sangka aku bakal sesenang ini?

"Baik," dia terlihat menimbang sebelum melanjutkan, "Tapi, Can. Aku denger dari ayah. Sesuatu terjadi sama Mas-"

"Pssttt... Tolong jangan dibahas disini, Ka."

*

Berjalan beriringan ke parkiran, aku terus menerus mengamati cowok kurus itu.

Samudra Adika, salah seorang teman kecilku. Juga tetanggaku sejak aku masih di kandungan mama. Dia duduk di kelas sebelas karena memang lebih tua setahun dariku.

Masa kecilku habis dengannya. Main, makan, hujan-hujanan, 'princess-princess'an, masak-masakan, petak umpet, memanjat pohon, nonton ChalkZone, nonton Dora, bertanya pada kulit kerang ajaib, minum cokelat panas, bermain tic-tac-toe...

Jangan tanya kenapa dia mau main 'princess-princess'an denganku, karena aku juga tidak tahu alasannya.

Pertemuan kemarin, aku sempat cerita banyak hal. Berkat nasihat darinya, aku memutuskan untuk menjelaskan apa yang terjadi kepada Ratna.

Aku sendiri tidak mengerti kenapa aku harus menjelaskan pada Ratna. Tapi kata Dika, "Harus ada temen deketmu yang tau. Jadi kalo kamu perlu bolos buat nyari kakak, dia bisa bikin alasan."

Masuk akal meski sulit dipahami.

Maksudku, gitu deh.

Sepulang sekolah tadi, kami bertiga memang sudah janji akan berkumpul. Ratna cepat akrab dengan orang. Begitu pun Dika. Meski tidak banyak omong, perhatian penuh yang dilimpahkan Dika pada lawan bicara selalu sukses membuat orang nyaman bicara dengannya. Dari dia lah aku belajar untuk menjadi pendengar yang baik.

Dibantu Dika, aku menceritakan semua tentang kakak. Beserta kalau hilangnya kakakku berhubungan dengan pasien rehabilitasi yang mana kakak Arka terlibat pula di dalamnya. Awalnya Ratna tidak percaya, "Apaan nih kok tiba-tiba ngomong beginian?"

Tapi setelah menjelaskan ini-itu, dia paham.

Ngomong-ngomong. Apa ada yang bertanya-tanya kenapa Adika tahu perkara kakakku?

Jadi begini, dialah anak dari intel yang menyelidiki kasus hilangnya mahasiswa terduga kurir narkoba. Aku tahu kalau ayahnya intel, tapi aku baru tahu kalau beliau ikut andil dalam kasus ini. Hari ini Dika berjanji akan membawaku ke salah satu keluarga pasien rehabilitasi.

Arka Candra [Sudah Terbit]Where stories live. Discover now