17

4.6K 418 71
                                    

Samudra Adika

*

"Diinget-inget. Kalo iklim Koppen itu berdasarkan suhu dan curah hujan. Iklim Junghuhn berdasarkan suhu, ketinggian, plus tanaman yang tumbuh di daerah tersebut. Schmidt-Fergusson? Curah hujan tiap bulan. Oldeman, dibagi bulan basah sama bulan kering," Candra menstabilo kalimat di lks Naya. "Tuh. Geografi nggak susah, Nay. Cuma emang hafalannya yang agak greget. Ngehitungnya bisa kan?"

Saat ini, Candra belajar bersama adik angkatku di rumah. Naya mempersiapkan diri untuk ujian, dan Candra menawari untuk belajar bersama. Omong-omong, Naya sudah tidak lagi memanggil Candra dengan sebutan 'kak'. Beberapa hari yang lalu, Candra mengomeli Naya karena merasa dirinya tua jika Naya terus-terusan memanggilnya 'kak'.

"Aku masih persiapan ini juga sih... Hitung-hitungannya ekonomi," dengus Naya. "Pindah jurusan dari IPA ke IPS itu agak berat ya. Apalagi pertengahan semester."

"Kamu sih, kenapa nggak minta tetep di jurusan IPA aja?" tanya Candra.

Naya nyengir. "Di Prapanca, anak baru nggak bisa masuk IPA. Kelasnya udah full. Cuma sisa di Bahasa sama IPS."

"Kenapa nggak masuk Pramudya kalo gitu?" Candra meraih biskuit cokelat buatan Naya yang baru dibuat kemarin malam, dan menggigitnya rakus.

"Aku tertarik ekskul paduan suaranya Prapanca. Sebelum pindah kesini, aku sering nonton Prapanca ikutan lomba paduan suara internasional di Kuta. Dan mereka keren banget!" Naya bersorak girang.

Candra mengangguk paham, "Jadi sekarang kamu ikut ekskul padusnya Prapanca?"

"Nggak," Naya nyengir lagi. "Aku nggak begitu bisa nyanyi. Jadi aku masuk ekskul jurnalistik, dan sesekali ditugasin ngeliput anak padus."

"Heh? HA. HA." Candra memasang wajah datar, tertawa terpaksa.

Hp Candra berdering beberapa detik kemudian. Mengernyit melihat layar hpnya, dia menggeser tombol hijau.

"Apaan?" katanya malas.

"..."

"Jangan mentang-mentang pacaran bohongan, kamu jadi ngajakin makan bareng terus! Duitnya tolong dikondisikan ya!"

Oh, ternyata Arka.

"Nggak jadi makan? Nemenin belanja buku? Ogah!" Candra menggeram. "Sana sama Safira aja!"

Kemudian, telepon diputuskan secara sepihak oleh Candra. Mulutnya masih komat-kamit mengeluhkan pacarnya.

Dengan santai, Candra kembali menggarap soal bersama Naya. Sesekali mereka memberi jeda dengan membahas hal-hal remeh; seperti jarangnya Lee Min Ho terlihat jalan bersama Suzy Miss A yang notabene adalah pacarnya, mengapa Kaichou wa Maid-sama tidak dibuat live actionnya, betapa Candra tidak sabar akan rilisnya live action Shigatsu wa Kimi no Uso, betapa Naya tidak suka kalau Seolhyun AOA dibandingkan dengan Suzy Miss A, dan lainnya. Beberapa kali aku mendengar mereka memekik kegirangan cuma karena memandangi foto laki-laki berambut putih yang matanya menghitam dengan pupil merah. Aku sempat menonton animenya. Tokyo Ghoul. Kalau ingatanku tidak keliru, cowok berambut putih itu bernama Kaneki.

Namun tiba-tiba, Candra berdiri dan memakai jaket. "Buku punyaku aku titip sini dulu ya. Aku mau cusss ke Gramedia."

"Bukannya kamu nggak mau nemenin Arka?" tanyaku sambil bersandar di sofa. Naya cuma nyengir geleng-geleng dan membereskan bukunya.

Arka Candra [Sudah Terbit]Where stories live. Discover now