4. Magic is here

83.3K 6.2K 325
                                    

4.

'It's so dark right now, I can't see any light around me.

That's because the light is coming from you. You can't see it but everyone else can'

Lang Leav on Love & Misadventure

"Kulonuwun ..." aku membuka pintu rumah yang tidak terkunci. Seperti biasa keadaan rumah ini sepi. Pakdhe pasti masih berkutat dengan laptopnya, menulis beberapa jurnal ilmiah hasil penelitiannya, atau hanya sekadar menuangkan pikiran untuk dikirim ke kolom surat kabar nasional. Budhe kalau jam segini pasti sedang sibuk berkebun di taman kecil yang letaknya di dekat dapur. Maka aku melangkahkan kaki dengan gontai setelah melepas sepatuku dan menaruhnya di rak.

Sudah dua tahun aku tinggal di rumah Pakdhe dan Budhe. Ayah dan Ibu menitipkanku pada mereka karena aku menolak ikut Ayah pergi menjalankan tugas diplomatnya ke Rusia. Moscow is hard, apa-apa susah di sana, nggak ada McDelivery, nggak ada layanan pesan antar, duh males deh. Lebih baik aku tinggal dan melanjutkan sekolah di Jakarta aja.

"Udah pulang, nduk?" Budhe keluar dari ruang belakang di mana dapur dan taman kecil berada. Aku mengangguk dan mencium tangan Budhe.

"Kok nggak kedengeran suara mobilnya?" Budhe bertanya lagi setelah aku selesai dengan acara salim-menyalim.

"Ban mobilku bocor, depan satu belakang satu, jadi aku pulang naik bus terus mobilnya ditinggal di sekolah," aku bicara sambil berjalan ke kamar dan Budhe membuntuti di belakang.

Kulepas kaos kakiku dan kutaruh asal di keranjang rotan tempat pakaian kotor yang terletak di sudut kamar. Perlahan kulucuti seragam sekolahku dan menggantinya dengan kaos oblong dan celana kain yang adem dipakai. Budhe masih di dalam kamar menantikan kelanjutan ceritaku.

"Enaknya diapain ya itu mobil, Budhe? Ban serep di mobilku cuma ada satu. Berarti harus copot satu dulu terus dibawa ke bengkel. Ribet banget," aku selesai dengan kegiatan berganti baju dan berjalan keluar dari kamar menuju kamar mandi. Budhe masih membuntuti di belakang sambil membawa keranjang rotan dari kamarku yang sudah lumayan penuh berisi baju kotor.

Budhe tidak mengikutiku ke kamar mandi tapi berjalan lurus menuju tempat mesin cuci berada. Sayup aku bisa mendengar suara Budhe bicara, "Bilang sama Pakdhe sana biar dicarikan orang yang bisa dandanin ban mobil kamu besok pagi. Jadi besok sore pulang ke rumah udah bisa pakai mobil."

"Oke..." aku berbicara agak keras dari dalam kamar mandi.

Selesai mencuci kaki dan tangan, aku mencari Pakdhe di ruang kerjanya. Pakdhe tidak pernah lepas dari laptopnya kalau tidak diingatkan Budhe. Tipe-tipe workaholic yang sepertinya turunan karena adik Pakdhe, which is ayahku juga workaholic, dan anak Pakdhe, which is sepupuku – Mbak Omega juga super workaholic. Aku tidak ingin jadi seperti mereka sejujurnya.

"Kulonuwun," aku mengetuk pintu kerja Pakdhe yang sebetulnya terbuka hanya untuk menyadarkan Pakdhe dari keseriusannya berkutat dengan laptop.

Pakdhe mengubah fokusnya dan menoleh ke arahku yang sudah menghampirinya. "Udah pulang, Nadhi?" tanyanya sambil memberikan tangan kanan kepadaku.

Aku mencium tangan Pakdhe baru mulai bercerita, "Ban mobilku bocor, Pakdhe. Dua lagi! Yang depan satu sama belakang satu. Jadinya itu mobil aku tinggal di sekolah, aku pulangnya naik bus."

Pakdhe melepas kacamata plusnya supaya bisa lebih jelas kalau melihatku, "Nanti Pakdhe teleponin Mas Irwan yang biasa ngurusin mobil jimny Pakdhe. Mas Irwan bisalah urus-urus ban begitu paling besok sore pulang sekolah mobilnya udah bisa kamu pakai lagi,"

[SUDAH TERBIT] PetjahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang