Kepingan yang Terisa: Bagian Spesial (Petjah)

7.2K 796 149
                                    

KEPINGAN YANG TERSISA

Bagian spesial

Petjah


#1

Angin bertiup menyanyikan sekeping rindu
Mengaduh pada lautan gemuruhkan deburan rasa ingin berdekatan
Betapa tidak ada yang memahami tentang jarak dan waktu
Rotasi bumi yang sama dalam dimensi yang berbeda
Orang-orang sibuk dengan dunianya
Sehingga lupa menengok barangkali ada yang tak sengaja diabaikan
Inikah kehidupan?
Untuk terus menerus meneriakkan kenangan?
Sampai kemudian angin kembali membawa air yang sudah membumbung tinggi

Lalu jatuh air itu,
Ketika kelabu bertemu sapuan hangat senyuman
Jadilah hujan, yang menghidupkan kehidupan.
    

Gemuruh tepuk tangan terdengar usai Nadhira selesai membacakan barisan sajak buatannya. Senyum kikuk terpasanya di wajahnya yang sedari tadi berselimut sendu. Dari sudut ruangan, seorang laki-laki menatapnya penuh tanda tanya. Berkali-kali lelaki itu datang setiap malam minggu untuk menyaksikan Nadhira membaca puisi di sebuah kedai di tengah kota Jakarta. Berkali-kali pula lelaki itu selalu merasa puisi Nadhira tidak pernah menyiratkan nuansa bahagia.

Malam ini, karena sudah terlanjur penasaran dengan penyair yang satu ini, pria itu memberanikan diri datang ke meja Nadhira yang hanya berjarak beberapa langkah dari mejanya. "Malam," begitu caranya dengan sedikit ragu menyapa Nadhira.

Mata hitam Nadhira menatapnya dalam penuh kebingungan. "Malam," dia membalas sapaan sosok tak dikenalnya ini. Demi sopan santun, Nadhira memasang senyumnya. "Ada yang bisa saya bantu?"

Bukannya membalas Nadhira, Pria tak dikenal itu justru mengambil tempat duduk yang kosong di hadapannya. "Saya pertama dengar kamu baca puisi enam bulan lalu, kalau nggak salah. Waktu itu saya lagi iseng datang ke sini bareng teman kerja saya. Sejak itu setiap malam minggu saya selalu ke sini dengan atau tanpa teman. Saya selalu penasaran dengan puisi kamu."

Nadhira tertawa pelan. "Kenapa emangnya sama puisi saya? By the way, saya harus panggil Mas siapa?"

"Oh!" lelaki itu akhirnya sadar bahwa dia belum memperkenalkan dirinya. "Saya Dustin Tambunan, biasa dipanggil Dustin. Kalau saya panggil kamu Amira, apa kamu keberatan?"

"Kenapa Amira?" Nadhira memiringkan kepalanya.

Dustin terdiam sejenak. "Nadhira identik dengan kesan ceria, bahagia, riang, tapi puisi kamu nggak berbau seperti itu sama sekali."

***

ps:

Hola barisan #SIAPPETJAH tidak terasa sudah hampir setahun Petjah resmi beredar dalam bentuk novel di Indonesia. Nah, untuk memeringati #SETAHUNPETJAH, aku dan penerbit Elex Media mengeluarkan versi baru Petjah yaitu "Petjah Extended Version". Kalian tahu dong di film-film sering keluar versi extended version yang biasanya isi director cut atau extra dari film yang belum beredar sebelumnya. Nah, "Petjah Extended Version" ini adalah bentuk buku dari yang seperti itu. 

Apa yang kalian baca di atas tadi adalah  nukilan dari part tambahan yang ada di novel "Petjah Extended Version" versi yang aku kirim ke editor. Selama tiga hari ke depan, aku akan bagikan nukilan-nukilan lain secara sporadik / random dari spesial part ini ke wattpad untuk kalian jadikan bahan bacaan kangen-kangenan sama trio Petjah. 

Akhir kata, terima kasih banyak untuk dukungannya selama setahun ini buat Petjah, saya, dan trio Petjah. Sayang selalu sama kalian. 

Love, 


Mongs

[SUDAH TERBIT] PetjahWhere stories live. Discover now