Danger.

2.8K 184 10
                                    

"Lari bodoh!" Seru Vernon dengan nafas yang tak beraturan. Sahabatnya itu hanya tertawa pelan lalu berhenti mengikat tali sepatunya.

Benar-benar bodoh. Disituasi seperti ini dia masih saja memikirkan untuk mengikat tali sepatunya?

Segerombolan anak-anak SMU dengan seragamnya yang tak asing di mata Scoups kini berlari kencang membawa bebatuan menuju ke arah mereka.

Lelaki itu tersenyum miring lalu berlari mengikuti Vernon yang menunggunya.

Demi apapun ini perkelahian maut! Dan hanya jiwa-jiwa seperti Scoups dan sahabat-sahabatnya saja yang menyukai perkelahian antar sekolah seperti itu. Atau singkatnya bisa dibilang tawuran.

Sana's High School. Sekolah dimana Scoups memulai kehidupan berandalnya. Mulai dari minuman keras, tawuran, judi dan terjerumus narkoba. Hei, tapi anak itu tidak sampai menyentuh hal berbahaya berjenis narkoba.

Tapi mungkin seluruh kehidupan berandalnya tak bernilai dimata para gadis-gadis SMU Sana's High School.

Wajah tampan Scoups terlalu mengalihkan dan mengaburkan pandangan mereja tentang sifat lelaki itu yang berandal. Dan teman-teman sekumpulan Scoups juga mengakui hal itu.

Scoups mungkin memang terlahir beruntung diantara orang-orang kaya. Ayahnya pemilik saham terbesar di Seoul. Dan karena kesuksesan itu, ia mengabaikan anak semata wayangnya.

Sana's High School adalah sekolah yang cukup ternama. Walau sering sekali terjadi tawuran dan permasalahan sekolah. Dan membuat nama sekolah itu turun drastis.

Ayah Scoups ingin sekali memindahkan anak semata wayangnya itu untuk pindah ke International School yang kebih ternama di Korea. Sayangnya, membujuk anak itu saja butuh waktu yang lama dan akhirnya ia dibiarkan disana.

Scoups terlahir di keluarga kaya namun lepas dari kasih sayang orangtuanya.

"Apa yang sedang kau pikirkan?" Tanya Vernon sambil meneguk minumannya.

Oh, mereka berhasil lolos dari sekumpulan orang bodoh yang terpancing itu. Dan sekarang mereka duduk di kedai makanan kecil atau tempat biasa mereka meminum soju.

"Tidak ada." Jawabnya singkat sambil meneguk air mineralnya. Nafasnya masih tak beraturan dan baju basah karena berlari tadi.

"Kau mau tteobokki, tidak?" Tanya Mingyuk. Scoups menggeleng kepalanya.

"Tidak sekarang, bodoh," jawabnya. Mingyuk beralih pada Ahjumma si pelayan, kedai itu.

"Setelah ini kau ingin kemana, Scoups?" Tanya Joshua. Scoups menggeleng.

"Mungkin seperti biasa. Pulang dengan wajah babak belur dan tidur diranjang yang empuk." Jawabnya santai. Hidupnya selalu begitu. Pelayan yang memanjakannya, kehidupan yang mewah, selalu terlayani dan tak jauh dari kata-kata harta.

Itulah kehidupannya. Dan itu yang dihadapinya. Datar dan tak berwarna. Selalu dilengkapi. Tetapi ditinggalkan.

Benarkah sesempurna itu dirinya?

Scoups selalu mencari cara berbahaya untuk mencari perhatian ayahnya. Tapi semua itu sia-sia dan berakhir dengan dia yang terjebak disana.

"Sehun Hyung mengajak kita nanti malam," ujar Joshua.

"Club lagi?" Tanya Vernon. Lelaki itu mengangguk. Vernon menghela nafas panjang.

"Aku masih mencintai Dahyun," ujarnya. Scoups tertawa pelan.

"Bagaimana denganmu Scoups?" Tanya Joshua. Scoups menggeleng.

"Aku muak ke tempat seperti itu. Dan lebih tepatnya, aku benci gadis-gadis bodoh yang ada disana," ujarnya.

"Lalu hanya kami yang kesana?" Tanya Joshua lagi. Scoups menggedikkan bahunya lalu meranselkan tasnya.

"Terserah kalian saja. Aku mau pulang," ujarnya. Mereka menghela nafas kasar lalu memaki Scoups yang keluar dari kedai itu.

"Dasar keparat!" Ujar Vernon sambil tertawa. Scoups meninggalkan beberapa ribu won di meja kedai itu.

Hari ini ia yang traktir.

Teman-temannya bersorak sorai lalu mengabaikan Scoups yang melangkah pergi dari sana.

Scoups menghela nafas lalu berkali-kali menendang sesuatu dihadapannya.

Disinilah ia memulai kehidupan berbahayanya.

♧♣♧

Jangan lupa vomentsnya yaw! Gomawo^^

Between UsWhere stories live. Discover now