Crying Cuz Me?

1.2K 151 2
                                    

Demi apapun. Seung Cheol membawa gadis itu ke rumahnya. Tidak mungkin rasanya membiarkan gadis ini tanpa alasan menangis dan memulangkannya ke rumah.

Dan ini pertama kalinya ia mengajak seseorang untuk ke rumahnya. Selain Vernon.

Dan Seung Cheol tidak berbuat macam-macam, bahkan ia menghubungi ibunya Nayeon bahwa gadis itu akan menginap dirumahnya. Dan Seung Cheol menjelaskan bahwa tidak hanya mereka berdua dirumah itu. Dan ibunya mengizinkannya.

Dan gadis itu masih menangis. Untungnya besok adalah hari minggu. Nayeon masih menangis. Tanpa sebab.

"Ya, kau kenapa?!!" Tanya Seung Cheol frustasi. Gadis itu terisak. Ia mengusap wajahnya kasar.

"Ini semua karena aku..."

"Mianhae Scoups...karena aku kau terluka seperti itu..." ujarnya masih disela-sela isakannya.

Seung Cheol mengerutkan keningnya. Apa maksudnya?

"Maksudmu aku bertengkar dengannya karena kau?" Gadis itu mengangguk. Seung Cheol tertawa. Bahkan air matanya sampai keluar karena alasan gadis iu yang terlalu lucu.

"Itu tidak lucu.." ucap Nayeon. Seung Cheol menghentikan tawanya. Lalu duduk dihadapan gadis itu. Ia mengusap air mata Nayeon yang jatuh.

"Kau tak perlu takut. Kau hanya perlu mencoba," ujarnya sambil menampakkan deretan giginya. Nayeon mengusap pipinya.

"Tapi lihat. Karena mengajakku kau terluka seperti itu!" Marahnya. Seung Cheol terdiam sejenak.

Gadis ini peduli padanya? Peduli untuk apa?

"Padahal kau mengajakku ke taman bermain. Dan membelikanku bando ini..dan aku hanya membuat masalah.." ujarnya. Seung Cheol tersenyum kecil.

"Kenapa tertawa sih? Lebih baik kau obati dulu wajahmu itu!" Kenapa gadis ini jadi cerewet?

"Ah, sudahlah, ini sudah biasa," tolaknya. Nayeon mengeluarkan obat merah dan kapas beserta plester. Seung Cheol terkejut melihatnya.

"Apa kau suka mengoleksi obat merah dan obat-obatan seperti itu?" Nayeon menggeleng.

"Aku sering dibully, jadi berjaga-jaga jika ada yang terluka," jawabnya.

"Bagaimana rasanya dibully?" Gadis itu meneteskan obat merah itu ke kapasnya.

"Kau ada air tidak?" Seung Cheol menunjuk ke arah baskom yang berisi air dan kompres. Dam Nayeon mengambilnya dengan wajah heran.

"Kenapa bisa langsung disini?" Tanyanya. Seung Cheol tertawa kecil.

"Setiap pulang biasanya ahjumma selalu meletakkannya disini. Karena setiap pulang wajahku babak belur," Nayeon berdecak kesal.

"Kau ini.." ia memeras kompres dibaskom itu lalu membersihkan wajah Seung Cheol.

"Suka sekali berkelahi ya?" Tanyanya. Nayeon tak sadar wajahnya dekat dengan Seung Cheol.

"Semacam hobi mungkin?" Gumamnya. Nayeon mendengus. Ia meletakkan kapas yang ditetesi obat merah lalu meletakkannya diwajah Seung Cheol.

"Perih," ujarnya. Nayeon hanya tertawa kecil.

"Sudah selesai. Yang lainnya obati sendiri ya," Seung Cheol tersenyum lalu mengangguk.

"Aku pulang ya Scoups, sudah terlalu malam," ujarnya. Seung Cheol menggeleng.

"Aku sudah bilang pada ibumu kalau kau menginap disini," ujarnya. Nayeon membelakkan matanya.

"Aniyo ani!!! Aku mau pulang!!" Tolaknya histeris. Seung Cheol menghela nafas.

"Nanti kau dikira gadis aneh kalau pulang jam segini,"

"Tapi nanti ibuku berpikir macam-macam!" Seung Cheol tertawa.

"Jadi kau tetap ingin pulang?" Tanyanya. Gadis itu mengangguk.

"Nanti eomma khawatir," ujarnya. Seung Cheol tersenyum miris.

"Enak sekali ya dikhawatirkan," gumamnya. Gadis itu memiringkan kepalanya.

"Apanya yang enak?" Tanyanya. Seung Cheol menggelengkan kepalanya.

"Ayo biar aku antar kau pulang," ajaknya. Ia mengambil jaket yang tergeletak dimeja. Nayeon mengikutinya.

Selama diperjalanan, Seung Cheol hanya diam dan tak bersuara. Dan itu menbuat Nayeon khawatir.

"Kau marah padaku ya?" Tanya Nayeon saat sudah sampai di apartementnya. Seung Cheol menggeleng lalu tersenyum.

"Tidurlah. Sudah larut malam," ujarnya. Nayeon tak bergeming. Ia masih memerhatikan wajah Seung Cheol yang sedih.

"Jangan seperti itu," ujarnya tiba-tiba. Seung Cheol menoleh ke arahnya.

"Jangan berekspresi kau sedang baik-baik saja. Padahal tidak," ucapnya. Seung Cheol merasakan detak jantungnya.

"Sesekali percayakan orang. Jangan bersikap seolah-olah kau menyukai hidupmu, padahal kau membencinya," kata-kata itu. Kenapa membuatnya ingin menangis?

"Karena belum tentu orang melakukan itu karena dia suka," ujarnya. Nayeon menyipitkan matanya.

"Kau ini bicara apa sih? Sudah sana!" Usirnya. Nayeon merasakan pipinya memerah.

"Ah, mian, lagipula tadi kulihat wajahmu sedih. Mungkin firasatku saja,"

"Wajahku ceria begini kau bilang sedih?" Seung Cheol tertawa. Tertawa dibuat-dibuat.

"Mianhae, kalau begitu aku masuk ya," pamitnya.

"Ya, misi kita belum selesai," Nayeon menghentikan langkahnya.

"Misi? Misi apa?" Tanyanya. Seung Cheol menjentikkan jarinya.

"Yang pasti kau akan berhutang padaku nanti." Seung Cheol menstater motornya.

"Tidur sana! Sampai jumpa disekolah!"

Nayeon memiringkan kepalanya. Kenapa rasanya ia bisa melihat kesedihan lelaki itu dari jauh?

♣♧

Between UsWo Geschichten leben. Entdecke jetzt