Epilog.

1.5K 156 24
                                    

10 tahun berlalu, kau menghilang tanpa kabar. Meninggalkan bekas tersembunyi yang pedih. Meninggalkan perasaan yang seharusnya yang muncul disini. Dan bodohnya aku masih menunggu. Apa kau disana? Bagaimana? Baik-baik saja?

Kau tahu betapa sakitnya hatiku saat kau pergi tanpa mengucapkan perpisahan? Kau jauh saat aku mulai menyayangimu. Kau seperti menjatuhkanku saat aku ingin bangkit. Cinta, kenapa ini menyakitkan?

♣♧

Nayeon memainkan jarinya dirintik hujan. Seulas senyum mengembang diwajahnya. Ia memandang langit gelap yang ditaburi bintang-bintang kerlap-kerlip.
 
   Melangkah menerjang hujan sambil bermain air. Seperti anak kecil disaat umurnya sudah sedewasa ini.

Ia menenteng beberapa belanjaan yang dibelinya tadi.

"Appa, eomma, Narim! Aku bawa sesuatu untuk kalian!" Ujarnya sumringah senang.

"Eonni bawa apa??!" Seru adiknya itu. Nayeon mengeluarkan sesuatu dari tas kotak nya.

"Omo! Sepatu!" Narim langsung merampas sepatu sport polkadot berwarna hijau tosca dengan hitam.

"Nayeon kau sudah pulang saja," ujar aboejinya yang sudah semakin tua. Begitupun eommanya.

"Ini untuk kalian. Aku yang membuatnya," ujarnya senang. Ia mengeluarkan beberapa baju desain-nya yang menarik.

"Gomawo jagiya," ujarnya ibunya, begitupun ayahnya.

Sekarang Nayeon sudah menjadi desainer yang terkenal. Bahkan terkenal hingga keluar negri. Dan penghasilannya sekarang lebih banyak.

    Ia keluar dari apartment nya lalu pergi menuju taman kecil yang disana. Memandang bintang sambil mengucap doa kecil.

    Dimana kau? Aku merindukanmu disini..

"Nayeonnie.." panggil ibunya. Gadis itu menyahut.

"Ne, eommanie?" Ujarnya. Ibunya mengelus rambutnya pelan. Lalu datang ke arahnya

"Kenapa melamun?" Tanyanya. Nayeon mengedikkan bahunya.

"Tidak apa-apa," jawab Nayeon pelan.

"Kau istirahat ya? Nanti kelelahan," ia mengangguk lalu berjalan menuju apartmentnya.

Nayeon masuk kekamarnya sambil mencari kotak pita kecil yang berisi kertas-kertas. Ia membuka kotak yang berisi kertas-kertas itu.

Too Lim Nayeon.

Ia mengulum senyum melihat kertas itu.

Nayeonnie, bersiapkah kau untuk menunggu kembali? Jika..aku masih didunia ini?

Senyumnya memudar.

"Aku sudah menunggumu,"

"Sudah sepuluh tahun, Seung Cheol."

"Kemana kau? Kenapa pergi disaat aku mencintaimu?" Gumamnya. Ia menahan tangisnya. Walau sebenarnya air matanya tak bisa dibendung lagi.

   "Jangan bilang bahwa kau sudah tak disini lagi.." ucapnya.

    "Karena sampai kapanpun itu aku menutup hatiku. Dan.. aku akan terus menunggumu."

    "Kapanpun itu."

♣♧

"Nayeonnie, kau mau kemana?" Tanya Jungyeon. Gadis itu menggeleng pelan.

"Jalan-jalan saja. Aku duluan ya, Jungyeon~ah," pamitnya. Jungyeon mengangguk membiarkan gadis itu pergi.

Nayeon duduk dihalte. Halte dimana ia bertemu dengan Seung Cheol. Mengingat itu rasanya ingin kembali ke masa lalu.

Ia memasang earphone-nya. Memutar lagu kesukaannya, tears falling. Termenung diwaktu seperti ini. Menutup matanya.

Tiba-tiba dirasakannya satu earphone-nya dicabut.

De ja vu.

Gadis itu menoleh ke sebelahnya. Menatap dengan tak percaya apa yang ada disampingnya.

"Lagu ini membosankan.." ujar lelaki itu. Nayeon mengedipkan matanya berkali-kali. Apa itu benar-benar Seung Cheol?

"Scoups?" Gumamnya. Lelaki itu tersenyum menatapnya.

"Kau benar-benar menungguku ya?" Ucapnya. Nayeon masih bersikeras tak percaya.

"Kau..benarkah?" Tiba-tiba dirasakannya tubuhnya dipeluk erat.

    "Terima kasih karena sudah menunggu.."

    "Bagaimanapun keadaannya, bagaimanapun kau tak suka dengan ini. Sungguh Lim Nayeon." Ia mengeratkan pelukannya.

    "Aku tak bisa jatuh cinta pada siapapun kecuali denganmu."

    "Gadis yang mengobati lukaku selain ibu," ucapnya.

    "Diam disana. Jangan bergerak. Aku hanya melampiaskan rasa rinduku padamu," ujarnya. Kata-kata itu. Membuat hatinya yang membeku bertahun-tahun, luluh dalam sekejap. Ia merasakan kenyaman disana. Kenyamanan saat bersama Seung Cheol.

   "Benar-benar.. bodoh." Gumam Nayeon.
 
    "Kenapa pergi...kenapa kembali.." ia menangis dipelukan pria itu. Dan Seung Cheol menerima pelampiasan Nayeon.

    "Maafkan aku.." ucapnya.

    "Kenapa dengan mudah membuatku jatuh? Kenapa dengan mudah pergi? Itu sakit..." Seung Cheol tak bisa menahan air matanya. Melihat gadis dipelukannya itu menangis. Seperti melihat ibunya menangis dulu.

   Apa Nayeon adalah bidadari yang sebagai pengganti ibu?

    "Terima kasih sudah menjadi wanita kedua yang menyayangiku.."

Penantiannya tak sia-sia. Dan berjuangannya bertahan lama.

♣♧

    Nayeon tersenyum sumringah. Melihat dirinya dihadapan cermin sengan gaun panjang putih biru muda pengantin yang membaluti badannya yang indah. Rambutnya yang ditata sedemikian rupa. Wajahnya yang dipolesi make up yang menampilkan wajah dewasanya.

    Senang sekali rasanya berjalan digandeng oleh ayahnya menuju ke tempatnya untuk menyebutkan sumpah cintanya. Tangis haru didalam hatinya.

Bahagia sekali rasanya menikah dengan orang yang dicintainya. Sangat lama ditunggunya.

Seung Cheol dengan gagahnya mengucapkan sumpahnya. Ia dengan Nayeon tersenyum senang. Seluruhnya mereka hadapi bersama. Bahkan dimasa sulitpun mereka bersama.

Seung Cheol mengecup bibir gadis itu.

Ciuman pertama mereka yang mereka tunggu daridulu. Kisah cinta mereka yang mereka berjuangkan kini berakhir dengan bahagia.

Sekarang. Dan selamanya.

The end.

♣♧♣

Yuhuuuu!!!! Dahdah abizz. Acem ceritanya? Sornya kelen? Wkwkwkwk makasih buat semua vote and comment nya yaaa guys!!!

LOVE UUUUUUUU♥♥

Between UsWhere stories live. Discover now