First Steps.

1.2K 145 2
                                    

Seung Cheol meneguk sojunya. Ia mabuk lagi. Dan itu sudah biasa baginya. Dan tidak ada yang bisa melarangnya. Siapapun itu. Kecuali ayahnya.

Jika ada, mungkinpun itu orang yang disayanginya. Mendiang ibunya mungkin? Seung Cheol tertawa tak sadar diri.

"Eomma diatas sanakan?" Gumamnya. Airmata keluar dari sudut matanya. Menampakkan betapa rindunya ia pada ibunya.

"Seung Cheol kalau sudah besar mau punya kekasih seperti apa?"

"Aku hanya mau eomma, eomma saja yang memilih kekasihku nanti," ujarnya polos. Ibunya tersenyum manis.

"Kau harus cari yang lebih dari eomma, wajahmu kan tampan, pasti banyak yang suka padamu," ujar ibunya.

"Aku kalau sudah besar pasti mencari gadis seperti eomma," ibunya tertawa kecil.

"Hanya eomma, appa yang boleh memanggilku Seung Cheol dan kekasihku nanti," ucapnya.

"Eomma, nan bogosipo.." Seung Cheol sudah mulai merancau. Kali ini ia terduduk di lantai luar rumahnya di atas.

"Eomma, bogosipo.." gumamnya. Tiba-tiba ponselnya bergetar.

Gadis aneh.

"Yeoboseyo..." gumamnya.

"Scoups, kacamataku bagaimana? Lalu bagaimana jika mereka heran melihat penampilanku? Itu tidak lucu," omel sang penelpon. Seung Cheol tersenyum sambil merebahkan tubuhnya ke lantai.

"Eomma apa kabar?" Ia merancau. Lelaki ini gila jika mabuk.

"Eomma? Ya! Ini aku! Lim Nayeon!" Marah gadis itu. Seung Cheol sedikit tersadar.

"Besok lakukan apa yang kusuruh dan jangan membantah lagi," Ia menutup sambungannya lalu meletakkan ponselnya.

"Aku akan mencari gadis yang seperti eomma..." ia tersenyum sekilas.

"Gadis itu sepertinya sudah kutemukan.."

♣♧

Nayeon menggerai rambutnya. Dan satu kata untuk itu. Risih. Tapi si keparat itu menyuruhnya. Alasannya,

"Ini adalah langkah pertama agar kau tak dibully,"

Yah. Ia memang tak ingin dibully lagi seperti dulu. Sudah cukup dan kali ini ia harus mencoba. Bagaimana hasilnya ia sudah berusaha.

"Eomma, appa, aku berangkat ya!" Pamitnya. Ayahnya mengecup kening gadisnya itu.

"Hati-hati dijalan!" Ujar ayahnya. Ia melangkah pergi keluar dari apartement.

"Kau tak lihat Nayeon sedikut berubah?" Tanya sang ayah. Istrinya mengedikkan bahu.

"Akhir-akhir ini kulihat ia sering pulang terlambat. Dan kemarin temannya menelponku. Sepertinya seorang lelaki," ayahnya tersenyum.

"Kuharap ia tak ditindas lagi,"

♧♣

Nayeon mengigit bibirnya. Hari ini ia pertama datang. Sengaja. Agar tak dibully lagi. Hari ini ia harus mencoba menjadi lebih berani dari sebelumnya.

"Anyeong World!!!" Nayeon tersentak lalu mengulum senyum saat Dahyun memasuki kelasnya.
"Kau...murid baru ya?" Tanyanya. Nayeon menggeleng.

"Bukan, masa kau lupa aku, Lim Nayeon," Dahyun sukses terkejut dibuatnya.

"Jinjja?! LIM NAYEON KENAPA KAU CANTIK SEKALI!!!" Teriaknya histeris. Astaga. Bukan ini yang ia ingin kan.

"Selama aku pergi kau berubah drastis begini?" Tanyanya. Oh. Sungguh. Mungkin hanya Dahyun seorang yang tak pernah membullynya. Bahkan membela nya.

"Pasti gadis-gadis aneh yang sering membully-mu itu iri jika melihatmu seperti ini," ujarnya. Nayeon memberikan senyuman manisnya.

Tak lama ia berbicara seperti itu, Tzuyu dan teman-temannya datang.

"Nugunde?" Gumamnya saat duduk dibelakang gadis itu.

"Im Nayeon, bahkan dia lebih cantik daripada kau, Tzuyu~ya," jawab Dahyun. Tzuyu membelakkan matanya.

"Lim Nayeon?" Ia mengerjapkan matanya.

"Si keledai?" Gumam Sana. Nayeon dikelilingi gadis-gadis yang membully nya itu.

"Ah, ayo kita keluar dari sini," Dahyun menarik gadis itu keluar dari kelas.

"Paling Saem datang terlambat nanti," ujarnya. Nayeon menggigit bibirnya.

"Kau pakai lensa ya?" Tanyanya. Nayeon mengangguk kecil.

"Serasi dengan matamu. Kau memang cocok dengan coklat," pujinya. Nayeon merasa senang saat Dahyun ada didekatnya.

"Kau pasti dibully saat aku ke Jepang kemarin," tebaknya. Nayeon mengulum senyum.

"Aku tidak tahu bagaimana caranya untuk berteman," ujarnya. Dahyun merangkulnya.

"Kau tak punya teman?" Tanya Dahyun. Gadis itu menggeleng.

"Lalu siapa yang mengubahmu menjadi seperti ini? Pasti seorang teman.." Nayeon berpikir sejenak.

"Choi Seung Cheol. Scoups," Dahyun membelakkan matanya.

"Si berandal itu?!? Bukannya dia benci gadis ya?" Kagetnya. Nayeon mengedikkan bahunya.

"Kau berhasil membuatnya suka pada gadis," Nayeon menggeleng.

"Aniyo ani! Manamungkin gadis sepertiku bisa membuatnya suka pada seorang gadis,"

"Ya, kau kan cantik, lagipula sebenarnya kau ini baik," ujar Dahyun. Nayeon menggeleng.

Rasanya mana mungkin Seung Cheol menyukainya kan?

Nayeon melihat seseorang berjalan dengan wajah datar berselisihan dengannya.

Seung Cheol. Saat Nayeon ingin menegurnya lelaki itu hanya melewatinya tanpa mengucapkan sepatah kata.

"Ya, bukannya itu Scoups?" Nayeon mengangguk. Ada apa dengannya?

♣♧

Between UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang