Keep Distance.

1.2K 150 0
                                    

   Dahyun melirik Nayeon yang melamun sepanjang hari. Dan akhir-akhir ini, ia menjauh bahkan tak bertegur sapa dengan Seung Cheol.

    "Kau ada masalah?" Tanyanya. Nayeon menggeleng lemah. Yang jelas ia sedang tak ingin diganggu. Bahkan saat Kim Saem menjelaskan ia melamun dan tak mengerjakan tugas.

    Sudah berbulan-bulan ia seperti itu. Dan membuat Dahyun khawatir.

    "Nanti sepulang sekolah temani aku ketempat Vernon ya," Nayeon hanya mengangguk kecil lalu menangkup wajahnya.

♣♧

   Sedih. Itu pikiran yang muncul dikepala Seung Cheol. Gadis itu menjauh. Menjaga jarak. Dan tak ingin bertatap dengannya. Mungkin karena Tzuyu gadis bodoh itu.

    Tapi apapun katanya, Seung Cheol tak bisa bertahan berbulan-bulan dijauhi seperti ini. Apalagi, hatinya teriris saat gadis itu tak melihatnya.

   "Kau bisa gila jika termenung seperti ini terus.." ujar Vernon menyadarkannya.

   "Aku gila karena gadis itu," ucapnya. Vernon melambaikan tangannya ke arah mata Seung Cheol.

    "Sebenarnya kau ini kenapa sih? Suka padanya?" Tanya Vernon. Seung Cheol mengedikkan bahunya.

    "Ntahlah. Ntah suka, ntah benci, atau malah aku menyayanginya? Melihatnya menjauh membuat jantungku sakit." Ujarnya. Vernon tertawa lalu memukul lengan sahabatnya itu pelan.

    "Santai sajalah, kurasa ia juga merasakan hal yang sama," ujarnya. Seung Cheol menggeleng lalu melempar pulpennya.

    "Tidak. Jika dia punya rasa yang sama kenapa menyuruhku menjauh hingga 2 bukan seperti ini? Aku tersiksa," ucapnya. Vernon lagi-lagi tertawa.

    "Ya, Hansol, belakangan ini aku sering sesak nafas, pengaruh alkohol mungkin?" Ujarnya. Vernon menoleh.

    "Sesak nafas? Seperti nyeri begitu?" Seung Cheol mengangguk.

    "Bronchitis?" Tebak Vernon. Seung Cheol menoleh dibuatnya.

    "Jangan bilang bahwa itu gejalanya." Gumam Seung Cheol. Vernon mengedikkan bahunya.

    "Setahuku, ayahku pernah mengidap menyakit itu," ujarnya. Seung Cheol memukul pelan dadanya.

Tidak apa-apa. Itu hanya Penyakit kecil.

♣♧

    Nayeon duduk dibangku taman. Berkali-kali menghela nafas. Memikirkan bahwa apa yang dilakukannya tidak salah.

   "Tidak. Aku tidak merindukan lelaki itu," gumamnya. Hati dan pikirannya seperti berperang.

    "Aku lelah begini.."

    "Choi Seung Cheol apa kabar?" Gumamnya. Ia menggigit bibirnya.

    "Nan..bogosipo..jeongmal bogosipo*" gumamnya. Ia menundukkan kepalanya. Melihat rerumputan dibawah.

     "Bagaimana setelah menjauhiku?" Tanya seseorang. Nayeon menoleh ke sumber suara. Dilihatnya Seung Cheol duduk disebelahnya.

     Seperti ingin memeluk lelaki disebelahnya. Namun rasanya tak sanggup. Perih. Ntahlah. Seperti sakit merindukannya.

    "Kau senang menjauhiku?" Nayeon menggigit bibirnya. Ingin sekali rasanya mengatakan ya.

    "Kau lebih jahat dari yang kukira," ujarnya. Nayeon menoleh.

    "Kau datang seakan-akan menghapus lukaku, lalu saat kau terluka kau tak mau mengobatinya melaluiku." Ucapnya. Nayeon menunduk tanpa bisa berkata-kata.

     "Kau masih ada hutang denganku," ucapnya. Nayeon mendongak.

     "Hutang apa?" Tanyanya. Seung Cheol menatap dalam mata gadis itu.

      "Hutang karena kau telah berhasil menjatuhkanku untuk mencintaimu," Nayeon menggigit bibirnya. Kata-kata itu. Tulus dari bibir Seung Cheol.

     Tiba-tiba Seung Cheol merasakan tubuhnya dipeluk oleh gadis itu.

     "Bogosipo...jeongmal bogosipo.." ucapnya. Seung Cheol menghapus air matanya.

     "Aku lebih merindukanmu. Lebih dari apa yang kau kira." Ia menghela nafas pelan lalu mengeratkan dekapannya ke gadis itu.

  Seperti ingin menangis. Namun tak sanggup.

Nayeon, bersediakah kau menungguku?

♣♧

    Seung Cheol mengutak-atik ponselnya. Memutar kembali kenangan yang pernah ada dahulu. Saat gadis itu tersenyum cerah dengan bando kelincinya. Ia tertawa kecil melihatnya.

     "Bagaimana barang-barangmu?" Tanya ayahnya. Seung Cheol bangkit dari posisinya. Ia berhasil menghindari alkohol dan rokok yang disukainya dulu.

    "Sudah selesai." Jawabnya. Ayahnya mengelus kepalanya dengan sayang.

    "Appa, ini takkan menyakitkan bukan? Dadaku masih terasa sesak rasanya." Ujarnya. Ayahnya tersenyum.

    "Ini hanya penyakit kecil. Kita akan berangkat ke Canada, kau siap?"

     "Siap untuk apa? Operasi?" Tanyanya. Ayahnya memeluknya.

     "Aku takkan pernah siap untuk itu. Aku masih ingin melihat Nayeon ke depannya," ucapnya disambut dengan airmata yang jatuh dari matanya.

     "Tidak. Operasi ini takkan sakit. Percayalah padaku," ujar ayahnya menenangkan.

     Seung Cheol berjalan kecil menuju apartement Nayeon. Mengucapkan kata-kata perpisahan bukanlah kemauannya.

     "Anyeong Ahjussi," sapanya sambil membungkuk 90 derajat. Ayah Nayeon tersenyum lalu mengajaknya masuk.

     "Tidak ahjussi, aku hanya akan menitip ini pada Nayeon," ia memberi sebuah surat kecil berpita merah muda. 

     "Kenapa? Nayeon sedang di super market, sebentar lagi juga akan pulang," ujar Ayah Nayeon. Seung Cheol menggeleng.

     "Hari ini aku akan operasi di Canada. Aku harap Ahjussi bisa menyampaikan pesan singkat ini padanya," ia berpamitan lalu pergi dari apartment gadis itu.

    Saat Nayeon datang, Seung Cheol sudah pergi dari sana.

    "Appa! Tadi appa minta jus kan?" Tanyanya saat masuk ke rumahnya.

    "Nayeonnie! Ini titipan dari Scoups, tadi baru saja anak itu pergi," Nayeon tersentak kaget. Ada apa? Pikirnya.

Ia membuka surat itu.

    Nayeonnie, bersiapkah kau untuk menunggu kembali? Jika..aku masih didunia ini?

  Nayeon menutup mulutnya dengan telapak tangannya.

     "Appa, dimana dia sekarang?" Tanyanya. Ayahnya menghela nafas.

      "Hari ini ia akan berangkat, operasi di Canada, aku tak tahu lebih jelas, tapi ia hanya mengatakan itu lalu langsung pergi," jelas ayahnya.

    Nayeon seperti ingin menangis. Namun tak ada artinya lagi.

     Sampai kapan aku akan menunggumu, Scoups? Dan..akankah kau benar-benar kembali?

♣♧

Tinggal 1 part lagi! See u yay! Makasih buat comment n votenya!

Between UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang