Truth.

1.1K 144 2
                                    

"Kau lama sekali datangnya," keluh SeungKwan saat Seung Cheol datang ke kedai soju.

"Ahjumma! Sojunya satu lagi!" Pinta SeungKwan. Seung Cheol duduk disebelah lelaki itu.

"Ya, kemarin kau ke club bersama siapa?" Tanya Vernon saat Seung Cheol mencomot makanan temannya.

"Darimana kau tahu?" Tanya Seung Cheol. Vernon menghela nafas.

"Ku dengar kau membawa seorang gadis dan kau memukul Chanyeol hyung, apa itu benar?" Tanyanya. Seung Cheol mengangguk santai.

"Siapa gadis yang kau bawa itu? Dari club?" Tanyanya. Seung Cheol hampir saja emosi saat Vernon berkata seperti itu.

"Jaga ucapanmu!" Bentaknya. Membuat teman-teman terkejut. Ada apa dengannya?

"Aku hanya bertanya Scoups, santai saja," ujar Vernon. Seung Cheol mendengus kesal.

"Sejak kapan kau suka seorang gadis?" Tanya Woozi. Seung Cheol meliriknya tajam. Kenapa telinga terlalu sensitif sekali rasanya jika mendengar 'seorang gadis'?

"Dia temanku," jawabnya singkat. Ia meneguk sojunya dengan frustasi. Teman-temannya melihat itu. Kenapa ia sensitif seperti ini?

"Sejak kapan kau punya teman wanita?" Seung Cheol rasanya ingin sekali melempar mereka dengam botol soju. Kenapa bertanya terus sih?

"Kalian kenal Lim Nayeon?" Tanyanya. Vernon mengerutkan keningnya. Siapa itu?

"Gadis yang berambut panjang, sering dikucir, kacamata besar, wajahnya bulat, dan penakut, kenal tidak?" Tanyanya lagi. Vernon mengingat-ingat dan memutar memorinya.

Ah! Gadis itu! Gadis yang pernah diganggunya sampai menangis karena tak bisa melihat itu! Vernon tertawa seketika dan membuat teman-temannya keheranan.

"Kau tahu gadis itu?" Tanya SeungKwan. Vernon mengangguk lalu memukul meja.

"Kalian ingat gadis yang kacamatanya yang kita patahkan tidak? Tasnya kita lempar dan kita ambil uang sakunya?" Ujar Vernon. Seung Cheol menoleh ke arah Vernon. Apa maksudnya?

Mereka semua tertawa dan meninggalkan Seung Cheol yang masih bertanya-tanya.

"Kau sedang membicarakan gadis culun itu? Gadis yang sering dijadikan bahan bullyan itu?"

Tunggu. Apa mereka?

"Eomma..kacamataku patah lagi.."

"Eomma...aku benci sekolah..."

"Jangan katakan kalian membully gadis itu?" Ucap Seung Cheol. Vernon tertawa.

"Ya jelaslah kami membullynya. Waktu itu kau sedang sakit, jadi kami membuly gadis itu,"

BRAKK!!!

Seung Cheol mendorong meja itu hingga botol-botol soju berjatuhan.

"Dasar keparat bodoh!" Ia menggeram lalu meninggalkan teman-temannya yang masih terdiam ditempat.

"Aish!!! Ottokhe!" Ia mengendarai motornya dengan frustasi menuju apartemen gadis itu.

Kenapa gadis itu tidak pernah bilang kalau dia dibully teman-temannya? Kenapa gadis itu masih saja memerhatikannya disaat teman-temannya sudah membullynya begitu parah? Kenapa?!

Ia mengeluarkan ponselnya saat sudah didepan apartement Nayeon.

"Turun, aku dibawah," ujarnya dan langsung memutuskan sambungan teleponnya tanpa menunggu gadis itu menjawab.

Ia melihat seorang gadis yang sangat dikenalnya keluar dari lift.

"Anyeong Scoups! Ada hal penting apa?" Tanyanya. Seung Cheol menatapnya tepat dimanik dan membuat gadis itu bingung.

"Aku berbuat salah ya?" Tanyanya. Seung Cheol menggeram lalu memberi helm pada gadis itu.

"Kau hanya perlu ikuti aku," ujarnya. Nayeon masih tidak mengerti.

"Kau sudah bilang pada ibumu?" Gadis itu mengangguk mengikuti kemana Seung Cheol menuju motor besarnya.

"Selama perjalanan lepas kacamata bodohmu itu, kau jelek jika memakainya," Nayeon menurut lalu melepaskan kacamatanya.

Seung Cheol mengencangkan laju sepeda motornya dan membuat Nayeon takut tapi gadis itu tetap diam.

"Turun disini?" Tanya Nayeon. Seung Cheol turun dan mengabaikan pertanyaan gadis itu. Kenapa kerumahnya lagi?

"Aku butuh penjelasanmu," ujarnya. Nayeon memakai kacamatanya.

"Sudah kubilang jangan dipakai,"

"Tapi aku tak bisa melihat," keluhnya.

"Baiklah, pakai selagi aku bertanya padamu nanti," Seung Cheol menarik gadis itu masuk ke rumahnya. Lebih tepatnya ruangan video gamenya.

"Kenapa buru-buru sekali?" Tanya Nayeon. Seung Cheol duduk dihadapan gadis itu.

"Apa kau bisa menjelaskan bagaimana teman-temanku membully mu?" Tanyanya langsung. Tanpa basa basi.

"Kau..belum tahu?" Tanya Nayeon. Seung Cheol memijit hidungnya frustasi.

"Kau ini! Kenapa sih?! Kenapa memerhatikanku kalau teman-temanku sudah memperlakukanmu seperti itu?" Marahnya. Nayeon hanya diam ditempat tanpa harus berkata apa. Kenapa ia marah?

"Kenapa kau masih mau berteman denganku saat teman-temanku sudah membuatmu seperti itu!?" Ujarnya. Nayeon masih diam sampai akhirnya lelaki itu menghela nafas frustasi.

"Karena kau tidak patut disalahkan. Yang memperlakukanku seperti itu kan mereka, bukan kau," jawabnya. Seung Cheol mendongakkan kepalanya melihat gadis itu tersenyum.

"Seharusnya kau membenciku, Lim Nayeon." Ujarnya. Nayeon menggeleng.

"Kau juga sudah baik padaku. Untuk apa membencimu?" Balasnya.

"Kenapa kau masih memikirkan hal positif padahal perlakuanku sekasar itu padamu?" Nayeon mengedikkan bahunya.

"Aku tahu kau bukan orang yang kasar pada seorang gadis,"

"Darimana kau bisa mengatakan aku seperti itu?"

"Buktinya sampai sekarang aku baik-baik saja," Seung Cheol mengerang. Kenapa gadis ini selalu berpikir bahwa ia akan baik-baik saja dengan Seung Cheol?

"Kau ingin aku menjauh padamu ya? Kau terganggu?"

Bukan seperti itu. Kenapa gadis ini malah mengkhawatirkannya?
Seharusnya ia yang khawatir. Astaga.

"Bukan seperti itu.." ujarnya. Gadis itu memiringkan kepalanya.

"Sekarang, aku akan mengubah sikapmu agar kau tak dibully lagi," ucapnya. Gadis itu mengerutkan keningnya.

"Ikuti aku sekarang," ujarnya.

♣♧

Gomawo readers! vomentsnya janlupa ye!
Happy reading!^^

Between UsМесто, где живут истории. Откройте их для себя