Who's?

1.1K 158 2
                                    

Seung Cheol memerhatikan gadis yang sedang membolak-balikkan bukunya. Ia tersenyum sekilas. Astaga. Gadis ini rajin sekali.

Oh iya. Sejak kejadian itu, Nayeon menjauhinya. Benar-benar menjauhinya. Tak meliriknya saat pulang, mengabaikannya saat dia menyapa, menghindar saat bertemu. Demi apapun. Itu membuat Seung Cheol frustasi.

"Ya, sedang apa kau disini?" Tanya Vernon. Seung Cheol mengisyaratkan anak itu untuk diam.

"Ada apa?" Tanyanya lagi. Seung Cheol mengepal tangannya.

"Aku mengikuti gadis itu.." bisiknya pelan. Vernon hanya mengangguk mengerti.

"Kau sedang apa disini?" Tanya Seung Cheol. Vernon tersenyum senang.

"Dahyun. Aku minta Dahyun untuk mengajariku matematika bodoh ini di cafe. Aku senang sekali..."ujarnya girang.

Vernon enak sekali. Dahyun si cerewet itu bisa mengajarinya. Sekaligus Vernon sangat suka padanya. Itu kesempatannya. Beruntung sekali si keparat itu.

"Aku duluan Scoups," Seung Cheol mengangguk lalu menutup wajahnya dengan buku saat Nayeon meletakkan buku sains itu ke raknya. Ia pergi dari sana.

Seung Cheol benar-benar tersiksa. Baru kali ini ia menyukai seorang gadis. Dan sekarang ia dijauhi.

Padahal ia sudah melepaskan alkohol demi gadis itu, rokok dan jarang bermain di club lagi.

Tapi hanya karena kecupan kecil yang mendarat dipipi gadis itu, ia menghindari Seung Cheol seribu langkah sesudahnya.

Seung Cheol mengerang kesal. Kenapa gadis ini menghindar terus sih? Membuat kesal saja.

Tiba-tiba ponseknya bergetar.

"Ne, ada apa ahjumma?" Tanyanya.

"Tuan besar akan pulang hari ini, tuan. Tapi hari ini, ia akan ada meeting besar dan memungkinkan pulang ke rumah dimalam hari," jelas sang ahjumma. Raut wajah Seung Cheol berubah.

"Kau kira aku peduli? Dia saja tidak peduli padaku, untuk apa peduli padanya? Sudahlah, lupakan." Ia menutup sambungannya. Hatinya kesal. Berkacamuk.

Ia berjalan menuju kedai soju. Ia butuh soju untuk saat ini.

♣♧

"Vernon, bilang padanya aku akan memaafkannya jika ia mau berubah," ujar Nayeon dari telpon. Vernon tertawa kecil lalu tersenyum.

"Ne, arraseoyo, nanti akan kusampaikan," balasnya. Nayeon tersenyum senang.

"Ne, gomawoyo Vernon~ssi!" Ujarnya. Ia memutuskan sambungan telfonnya.

"Vernon bicara apa? Ada tentangku tidak?" Nayeon mengerutkan keningnya.

"Tidak ada," jawabnya. Gadis dihadapannya itu mengerucutkan bibirnya.

"Kau suka padanya ya?" Tebak Nayeon. Dahyun membelakkan matanya.

"Ani! Ani! Jeomal anieyo!" Elaknya. Nayeon tersenyum jahil.

"Kau berbohong.." Nayeom tertawa melihat ekspresi gadis itu.

"Ah, sudahlah. Nayeon, sepertinya aku harus pulang sekarang," ujarnya sambil menatap ponselnya.

"Wae guerae?" Dahyun menunjukkan ponselnya.

"Eomma minta dijemput dibandara,"

"Hari ini aku yang traktir," ucapnya. Nayeon tertawa pelan.

"Anyeong Nayeonnie!" Gadia itu membalas lambaian tangan sahabatnya. Senang rasanya punya sahabat walau hanya dia yang bisa mengerti. Dan.. Seung Cheol.

Nayeon menyeruput kopinya. Nikmat sekali rasanya. Tiba-tiba seorang pria paruh baya dengan baju formal berjas, berkelas dan ntahlah. Nayeon hampir tersedak melihat pria itu duduk dihadapannya.

"Jusungeyo, aku hanya akan disini sebentar saja." Ujar pria itu. Nayeon mengangguk kecil.

"Tidak apa-apa tuan." Dilihatnya beberapa pria tegap berkeliaran diluar. Astaga. Apa itu bodyguard?

"Ne gamsahamnida." Ucapnya berterima kasih. Gadis itu lagi-lagi mengangguk. Pria itu melihat simbol seragam Nayeon.

"Kau bersekolah di Sana's High School?" Tanyanya. Nayeon mengangguk. Tiba-tiba pria itu tiba-tiba tertarik untuk berbicara dengan Nayeon.

"Namamu siapa?" Tanyanya.

"Lim Nayeon tuan," jawabnya sopan. Pria itu tersenyum.

"Pasti temanmu banyak, wajahmu juga cantik,"

"Tidak tuan," jawabnya. Nayeob mengulum senyum.

"Temanku hanya dua. Dan itupun karena mereka baik padaku," ujarnya. Pria itu memberi senyum manis.

"Dia antara mereka siapa yang paling dekat denganmu?" Tanyanya. Nayeon tersenyum.

"Dia seorang lelaki. Wajahnya tampan, berandal, pembuat onar dan tidak baik," ujarnya. Pria itu menatapnya seksama. Terdengar seperti Seung Cheol.. pikirnya.

"Kenapa kau mau berteman dengan orang seperti dia," Nayeon menggigit bibirnya.

"Dia rapuh tuan." Ujarnya.

"Ibunya sudah meninggal dan ayahnya sibuk dengan pekerjaan," ucapnya. Nayeon hampir menangis.

"Dia tertutup dan berandal disekolah hanya untuk mencari perhatian ayahnya. Tapi ayahnya sama sekali tidak mememperdulikannya." Jelasnya panjang lebar. Pria itu masih menatapnya seksama.

Apa itu benar-benar Seung Cheol? Anaknya?

"Dia sakit. Sakit karena tidak dipedulikan, sakit karena tidak dikhawatirkan. Dan saat itu aku datang. Aku datang disaat ia mengalami sakit itu."

"Hari itu kulihat ia memeluk sebuah foto ibunya," ntah kenapa. Itu secara refleks. Air mata Nayeon jatuh.

"Dihari itu ia menangis karena ibunya.."

"Dia bilang padaku bahwa dia ingin. Sekali saja..hanya sekali saja untuk dikhawatirkan.." ntah kenapa jantung pria itu berdegup kencang.

"Ah, aku jadi menangis begini dihadapan ahjussi," ia menghapus air matanya.

"Tidak apa-apa," ujarnya.

"Boleh aku tahu nama temanmu itu," Nayeon meneguk kopinya.

"Choi Seung Cheol. Namanya. Scoups panggilannya,"

Deg.

Ponsel pria itu berbunyi.

"Batalkan meeting itu." Ucapnya langsung membuat Nayeon terkejut.

"Tapi jika kau bisa menjawabnya saham kita akan naik.." ujar si penelpon.

"Aku selalu bisa membagi waktu untuk saham-saham itu."

"Tapi aku tak pernah bisa membagi waktuku pada anakku," ucapnya. Nayeon terkejut bukan main.

Pria itu memutuskan sambungannya lalu beralih pada Nayeon.

"Nayeon? Namamu Nayeon kan? Aku berhutang padamu karena sudah menjaga Seung Cheol ku," ucapnya. Pria itu menghela nafasnya.

"Mungkin jika aku tak bertemu denganmu aku takkan tahu bagaimana sakitnya anak itu kehilangan ibunya." Ujarnya. Ia menitikkan air matanya.

"Sekali lagi terima kasih," ia pergi meninggalkan Nayeon yang masih bertanya-tanya.

♧♣♧

Gomawo readers! Dah mau baca cerita ini!! Muach muach♥♥♥

Between UsWhere stories live. Discover now