Part 2

34K 2.7K 150
                                    

Violeta berdiri di depan pintu ruangan itu. Ia memastikan kembali penampilan dan menyiapkan suaranya agar tidak hilang karena tegang. Bagaimana tidak tegang? Ini pertama kalinya ia bekerja sebagai sekretaris, apalagi di sebuah perusahaan besar. Viona menarik napas panjang untuk menenangkan debaran jantungnya.

Tok ... tok ... tok....

"Permisi, Pak," ucap Violeta setelah membuka pintu ruangan atasannya.

Pria yang bernama Dillian itu hanya melirik Violeta sekilas lalu kembali fokus pada laptop-nya. Violeta melangkah mendekat dan berdiri di depan meja Dillian.

"Ini beberapa file yang perlu Anda tanda tangani," ucap Violeta sambil meletakkan beberapa map di atas meja Dillian.

Dillian tetap tidak menggubrisnya dan menatap laptop-nya. Violeta yang awalnya berencana memberitahu jadwal atasannya itu menjadi bingung. Bagaimana ia dapat menjelaskan jika Dillian sendiri seolah sibuk dengan pekerjaannya saat ini? Akhirnya ia memutuskan untuk keluar dan kembali lagi nanti.

"Apa kamu masih tidak mengerti tugasmu sebagai sekretaris?"

Suara itu langsung menghentikan langkah Violeta. Violeta langsung kembali berdiri di depan meja atasannya. Dia tidak berani menatap wajah Dillian karena kini pria itu menatapnya tajam.

"Maaf, Pak. Saya melihat An-"

"Saya tidak ingin mendengar omong kosongmu. Jangan membuang waktu saya. Sebutkan saja jadwal saya hari ini!" Pria itu memotong ucapan Violeta dengan dingin.

Seketika semangat Violeta langsung menurun. Di hari pertamanya bekerja, ia sudah memberikan nilai buruk di mata atasannya. Apalagi kini ia baru tahu kalau atasannya itu bukan orang yang mau mendengarkan alasan.

"Pukul sepuluh nanti akan ada presentasi dari team marketing di ruang meeting. Pukul dua belas Anda akan ada lunch meeting dengan Mr. Sakamoto. Pukul dua Anda akan mengunjungi pabrik di Tangerang dan Pukul enam akan ada dinner meeting dengan direktur utama Demitrio Company."

Setelah selesai menjelaskan jadwal atasannya, Violeta memberanikan menatap atasannya. Violeta merasa lega saat melihat atasannya kini tidak menatap dirinya lagi melainkan menatap file-file yang ada di atas mejanya. Violeta masih tetap berdiri sambil menunggu atasannya itu selesai membaca dan menandatangani file tersebut. Ia tidak mau melakukan kesalahan lagi untuk yang kedua kalinya.

"Kenapa kamu masih ada di sini?" tanya Dillian pada Violeta.

"Ng, sa-saya pikir ... Bapak akan butuh sesuatu lagi," ucap Violeta terbata-bata.

"Tidak. Kembali ke mejamu," ucap Dillian lalu kembali mengalihkan tatapannya pada layar laptop.

Violeta langsung keluar dari ruangan bosnya itu. Seketika ia merasa lega, bahkan seakan ruangan yang ia masuki tadi tidak memiliki oksigen yang cukup semenjak teguran dari atasannya itu. Violeta takut jika atasannya tidak suka dengan kinerjanya nanti.

Kamu bisa, Vio. Kamu bisa!

***

"Lipstik lu bagus, Lex."

"Iya dong. Gue beli mahal ini, secara limited edition."

"Wuahhh ... gue boleh coba pake gak?

"Enak aja! Kalau lu mau, ya beli sendiri!"

"Yah, kok lu gitu banget sih sama teman?"

"..."

"Ngomong-ngomong, lu udah lihat sekretaris barunya Pak Dillian?"

"Maksud lu perempuan yang ngebuat gue dipindah ke bagian keuangan??"

VioletaOù les histoires vivent. Découvrez maintenant