Part 6

28.9K 2.4K 287
                                    

Violeta keluar dari ruangan Dillian. Ia baru saja menandatangani surat perjanjian yang menyatakan kalau hal yang terjadi semalam merupakan rahasia mereka berdua. Dengan menandatangani surat perjanjian tersebut, Violeta juga menyetujui bahwa dirinya tidak akan pernah meminta pertanggungjawaban dalam bentuk apapun pada Dillian.

Ya, Violeta sudah memutuskan untuk tidak menoleh ke belakang. Bukan berarti ia tidak ingin mengetahui siapa pelakunya, hanya saja tidak ada niat sedikitpun di dalam diri Violeta untuk memanfaatkan atau mengambil untung dari kejadian malam itu. Biarlah, ia harus kehilangan sesuatu yang berharga baginya, asalkan ia masih tetap bisa bekerja. Ia tidak ingin melihat Bundanya khawatir.

Violeta memperhatikan jam dinding yang ada di ruangan itu, pukul 15.45. Entah berapa lama lagi waktu yang di butuhkan untuk mengetahui siapa pelakunya dan kenapa. Sudah sejak tadi pagi, Dillian menugaskan beberapa orang ahli untuk menyelidiki hal itu. Mereka tidak bisa memanggil polisi, karena tidak ingin hal itu sampai diketahui umum.

"Permisi."

Violeta langsung menoleh ke sumber suara tersebut.

"Ya, ada yang bisa saya bantu?" tanya Violeta.

"Kami sudah selesai melakukan penyelidikan," ucap seorang pria yang lebih gagah. Violeta tahu siapa kedua orang itu. Mereka adalah orang yang di bayar Dillian untuk menyelidiki masalah tersebut.

"Benarkah? Secepat itu??" Violeta langsung bangkit dari kursinya.

"Iya, Bu. Bisa kami bertemu dengan Pak Dillian?"

"Te-tentu. Silakan."

Violeta mengetuk pintu ruangan Dillian. Saat terdengar suara sahutan dari dalam, Violeta dan kedua pria tersebut masuk.

"Ada apa?" tanya Dillian saat pintu dibuka.

Violeta melangkah mendekat ke meja kerja Dillian sedangkan kedua pria itu menunggu di dekat pintu.

"Begini, Pak. Mereka mengatakan bahwa penyelidikan yang mereka lakukan sudah selesai."

Dillian menoleh kepada kedua orang itu. Ia lalu bangkit berdiri dan menghampiri kedua orang tersebut.

"Silakan duduk," ucap Dillian lalu duduk di single sofa, sedangkan kedua pria tersebut duduk di sofa panjang.

Violeta sebenarnya masih ingin tetap tinggal di ruangan itu, tetapi ia sadar jika Dillian tidak memintanya bergabung, itu artinya ia tidak diizinkan. Violeta lalu melangkah mendekati Dillian dan kedua pria itu.

"Saya permisi dulu, Pak," pamit Violeta. Ia masih dalam posisinya sejenak, menunggu jikalau Dillian memintanya untuk duduk. Namun pria itu sama sekali tidak menggubrisnya. Violeta akhirnya keluar dari ruangan itu.

Tiga puluh menit berlalu dan Violeta masih menunggu pintu ruangan Dillian dibuka.

Violeta langsung menjawab telepon saat benda itu berbunyi.

"Hallo."

"Hubungi Ibu Yessi dan katakan padanya untuk mengumpulkan seluruh karyawan lantai tiga di lobi sekarang juga. Tidak boleh ada satu orang pun yang berada di ruangan itu, terutama ruangan bagian keuangan. Satu lagi, mereka dilarang membawa barang apapun termasuk ponsel, pulpen, dan lain-lain."

"Ibu Yessy kepala keuangan, Pak?" tanya Violeta.

Sayangnya ternyata Dillian sudah memutuskan sambungan telepon tersebut. Violeta bingung dengan perintah Dillian itu. Ia tidak mengerti alasan atasannya memerintahkan hal yang aneh seperti itu.

***

Violeta menatap sosok wanita yang duduk di sofa itu. Sungguh ia tidak menyangka kalau perempuan itulah yang telah menjadi dalang dari semuanya ini. Dia merasa sangat bodoh, padahal beberapa hari yang lalu ia sudah mencurigai keberadaan perempuan itu di dapur. Harusnya ia menyadari apa yang sedang direncanakan oleh perempuan itu.

VioletaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang