Part 5

33.1K 2.4K 266
                                    

Violeta terbangun saat merasakan hawa dingin yang menusuk kulitnya. Perlahan ia membuka matanya dan mencoba beradaptasi dengan cahaya di ruangan itu. Tangan kanannya menarik selimut untuk lebih menutupi tubuhnya.

Tubuh?

Violeta merasa ada sesuatu yang aneh. Kulitnya dapat merasakan secara langsung selimut tersebut. Ia langsung melihat tubuhnya yang berada di balik selimut. Betapa terkejutnya Violeta saat melihat tubuhnya polos. Ia tidak mengenakan sehelai pakaian pun. Sontak ia langsung terduduk dan mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan itu. Violeta kembali dikejutkan saat melihat sesosok pria tidur di ranjang yang sama dengannya.

A-apa yang terjadi??

Violeta mencoba mengingat apa yang telah terjadi, namun tatapannya tertuju pada wajah pria yang ada di sebelahnya. Ia langsung berdiri dan menjauhi ranjang itu saat mengetahui jati diri pria tersebut

Gak ... ini gak mungkin!

Perempuan itu menggelengkan kepalanya, mencoba menyadarkan diri, dengan harapan semua ini hanyalah mimpi dan khayalannya saja. Violeta membuka matanya kembali. Namun harapannya tidak terkabul. Sosok yang sama tetap ada di sana, tertidur di ranjang yang ia tiduri tadi dan ... tanpa memakai pakaian sehelai pun.

Seketika kepanikan menyelimuti diri Violeta. Ia langsung memunguti pakaiaannya yang berserakan di kamar itu. Suara di kepalanya memerintahkan ia untuk secepatnya pergi. Violeta tidak mampu berpikir apapun, ia segera memakai pakaiannya dan keluar dari kamar itu.

Menyadari kalau dirinya masih berada di kantor, Violeta langsung menuju ke meja kerjanya. Dia mengambil jaket yang selalu ia kenakan dan mereseltingnya hingga atas, guna menutupi bajunya yang tidak terkancing sempurna karena beberapa kancing yang hilang. Violeta mengambil tasnya dan meninggalkan kantor itu. Saat ia mengira pintu lobi pasti sudah dikunci, namun nyatanya tidak. Sejenak ia melihat ke sekelilingnya yang tampak sepi. Seharusnya pintu tersebut sudah dikunci atau minimal ada satpam yang berjaga. Namun ia tidak mempedulikan lagi. Violeta langsung berjalan secepat mungkin, berharap secepatnya menjauhi gedung tersebut.

Jalanan sangat sepi, tidak ada mobil atau kendaraan umum yang lewat di sana. Violeta menghentikan langkahnya dan agak terhuyung. Untunglah ia dapat bersandar pada tiang yang ada di dekatnya. Ia tidak mengerti apa yang terjadi, bagaimana ia bisa berada di kamar yang ternyata berada di ruangan atasannya itu.

Dadanya terasa sesak. Ia tidak bisa berpikir jernih saat ini. Kenapa? Bagaimana? Apa yang terjadi? Pertanyaan-pertanyaan itu yang terus berputar di kepala Violeta. Kepanikannya tadi membuat ia hanya berpikir untuk pergi sejauh mungkin.

Violeta menatap jalanan yang kosong di hadapannya. Jam di handphonenya menunjukan jam setengah tiga pagi. Sudah pasti jika jam segini jarang ada kendaraan yang lewat. Apa yang harus ia lakukan? Ia tidak mungkin jalan sampai ke kost nya dan ia tidak mungkin juga memesan taksi. Jika ia memesan taksi, artinya jatah uang makan satu minggu ke depan harus ia kurangi.

Violeta memutuskan untuk berjalan hingga ke kost nya. Ia berusaha berdiri tegap kembali, namun, baru saja ia menggerakkan kakinya, bagian intimnya tiba-tiba terasa perih dan nyeri. Violeta langsung mencengkram tiang itu kembali, mencoba menahan tubuhnya.

Ada apa ini? Kenapa rasanya perih dan sakit? Apa ... jangan-jangan....

Berbagai pikiran kemungkinan-kemungkinan yang terjadi melintas di pikiran Violeta. Satu hal yang Vio harus lakukan saat ini, yaitu secepatnya pulang ke kost dan memastikan bahwa yang terjadi tidak seperti yang ia asumsikan.

Tuhan memang baik, tak lama muncullah sebuah taksi yang melintas di jalan itu. Melihat lampu di atas badan mobil menyala, Violeta langsung menghentikan taksi tersebut. Ia sudah membuang jauh-jauh pikirannya untuk mengirit uang, yang pasti saat ini ia harus memastikan bahwa dugaannya salah.

VioletaWhere stories live. Discover now