Part 8A

26.2K 2.5K 239
                                    

Violeta menatap bangunan dihadapannya. Biasanya di hari minggu pagi, Violeta akan mengunjungi panti asuhan. Tapi tidak dengan hari ini. Semalaman ia mencari informasi yang ia butuhkan, yaitu mengenai klinik yang sekarang ada di hadapannya. Klinik Kasih Keluarga, sebuah klinik yang dipilih Violeta untuk mengakhiri kehidupan dari janin yang tumbuh di kandungannya.

Saat memasuki klinik itu, Violeta melihat banyak ibu hamil yang duduk di sana. Ada yang seorang diri, ada yang didampingi seorang pria, ada juga yang didampingi oleh perempuan yang lebih tua. Kelihatannya yang datang ke ke klinik tersebut banyak juga yang sekedar memeriksakan kandungan.

Violeta menghampiri seorang wanita yang duduk di meja pendaftaran.

"Selamat pagi, Bu," sapa Violeta.

"Pagi."

"Saya ... mau menemui dokter Anna," ucap Violeta.

"Sebelumnya pernah datang ke sini?"

"Belum, ini pertama kali."

"Kalau begitu saya minta datanya dulu, ya," ucap wanita itu sambil tersenyum.

Setelah menjawab pertanyaan seputar data dirinya, Violeta menatap sekeliling ruangan itu sambil menunggu wanita di hadapannya mengisi beberapa data itu ke kartu pasien.

"Silakan Anda duduk dahulu," ucap wanita itu.

Violeta mencari kursi kosong untuk dirinya. Ia melihat seorang wanita berusia tiga puluhan duduk bersama seorang pria. Violeta duduk selang satu kursi dari wanita itu. Beberapa kali suara percakapan dan tawa mereka dapat terdengar oleh Violeta.

"Mau periksa?"

Violeta menoleh dan melihat wanita itu menatap dirinya sambil tersenyum.

"Iya," jawab Violeta singkat.

"Berapa bulan?" tanya wanita itu lagi.

"Belum tahu."

"Oh, pasti kamu periksa pakai testpack ya? Atau baru gejala-gejala?"

"Beberapa gejala dan juga dua garis pada testpack," jawab Violeta sambil berharap wanita itu berhenti bertanya padanya.

"Wah, jadi ingat waktu pertama kali aku tahu tentang Wawa. Aku sampai suruh suamiku untuk pulang ke rumah saat itu juga. Padahal dia sedang ada di Malaysia untuk seminar," ucap wanita itu sambil mengelus perut besarnya.

"Wawa?"

"Ah, itu nama sementara yang berikan selama di dalam kandungan. Sebenarnya, sih, karena aku suka drama korea. Jadi aku bersikeras memberi nama panggilan itu."

Jika aku hamil setelah menikah, pasti aku juga akan sebahagia dia. Aku tidak mungkin datang ke tempat ini untuk menggugurkan kandunganku.

"Tuhan memang baik. Sudah sangat lama aku dan suamiku menunggu kehadiran Wawa di tengah-tengah kami. Sepuluh tahun ... kami menunggu sepuluh tahun lamanya. Tapi sekarang ... penantian itu terbayarkan dengan kehadiran Wawa."

Violeta menatap wajah wanita itu.

Selama itukah waktu yang ia butuhkan untuk hamil? Sedangkan aku sendiri....

"Aku pernah marah besar pada saudaraku yang hendak mengugurkan kandungannya. Jujur saat itu aku merasa tidak terima pada Tuhan, di saat aku begitu menantikannya, orang lain justru memilih membunuhnya. Namun aku sadar, saudaraku saat itu tidak mempunyai pilihan lain....Ia diperkosa, sedangkan usianya saat itu baru delapan belas tahun.

Awalnya aku berpikir untuk mengadopsi anak tersebut. Namun seiring berjalannya waktu, naluri keibuannya timbul dan dia memutuskan untuk merawat anak tersebut. Tapi kembali, tidak ada yang tahu masa depan, ia mengalami keguguran karena terjatuh di eskalator."

VioletaWhere stories live. Discover now