Part 12

32.5K 2.6K 336
                                    

Violeta menatap buku dengan deretan angka di hadapannya, lalu menghela napas. Semalam, ia mencoba menghitung biaya yang akan diperlukan ke depan. Jika dulu Violeta bisa mengurangi biaya makan dengan mengkonsumsi mie instan, maka sekarang ia sudah tidak mungkin lagi melakukannya. Ada kehidupan di dalam rahimnya yang harus ia jaga. Setiap makanan yang ia makan tentu harus cukup untuk memberikan gizi demi perkembangan anaknya.

Ditutupnya buku itu dan kembali fokus pada berkas yang ada di meja. Ia mencoba berkonsentrasi pada pekerjaannya, walau sesungguhnya hal tersebut cukup sulit. Selain karena pikirannya, Violeta juga masih terus merasakan mual. Semua cara yang ia tahu untuk meredakan mual, sudah ia coba. Namun hasilnya nihil, mual itu tetap tidak juga hilang.

Ting

Suara dentingan dari lift mengalihkan perhatian Violeta dari berkas yang ditatapnya. Sesosok perempuan keluar dari lift dan berjalan menghampiri meja Violeta. Violeta terdiam melihat sosok yang sudah tiga kali ia lihat itu, termasuk hari ini.

"Pak Dillian masih ada di dalam?" tanya perempuan itu.

Violeta masih terdiam menatap perempuan cantik di hadapannya. Violeta yakin, walaupun tanpa make up, perempuan itu akan tetap cantik. Kulit putih tak bercacat membuat tubuh langsing itu terlihat sempurna.

"Hello?"

"Ah, ada yang bisa saya bantu?" tanya Violeta begitu tersadar dari lamunannya. Violeta menyesali pertanyaan bodoh yang baru saja keluar dari mulutnya. Tentu saja, perempuan itu datang untuk menemui atasannya.

Sebuah senyuman terukir di bibir perempuan itu, membuat Violeta semakin merasa malu.

"Kamu sekretarisnya Dillian, ya? Perkenalkan, namaku Eve Zivara. Kamu bisa memanggilku Eve," ucap Eve sambil mengulurkan tangannya pada Violeta.

Violeta membalas senyuman dan uluran tangan itu.

"Nama saya Violeta Diamona," ucap Violeta.

"Sudah berapa lama kamu menjadi sekretaris Dillian?" tanya Eve.

"Sudah lima bulanan, Bu," jawab Violeta.

"Jangan panggil aku dengan Ibu, panggil saja Eve. Sepertinya usia kita tidak terlalu jauh."

"Tapi—"

"Kalau kamu takut diomeli oleh Dillian, tenang saja. Bilang kalau aku yang menyuruhmu," potong Eve.

"Oh iya, Dillian ada di dalam, kan?" tanya Eve lagi.

"Ada, biar saya infokan—"

"Tidak usah, aku langsung masuk saja." Sebuah senyuman diberikan Eve sebelum melanjutkan langkahnya ke pintu ruangan Dillian. Harum parfum dari tubuh Eve membuat Violeta tidak mampu lagi menahan rasa mualnya. Ia langsung menuju ke kamar mandi saat merasakan suatu dorongan dari dalam dirinya.

Eve yang masih berada di depan pintu, menatap kepergian Violeta. Ia melihat perempuan itu tampak terburu-buru meninggalkan mejanya. Merasa bukan urusannya, Eve memilih untuk mengetuk pintu ruangan Dillian dan masuk menemui kekasihnya itu.

***

"Dili," panggil Eve setelah masuk ke ruangan Dillian.

Dillian menoleh dan melihat Eve berjalan menghampiri dirinya. Kedua sudut bibir pria itu langsung membentuk sebuah senyuman.

"Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Dillian sambil menghampiri Eve dan memeluknya. Keduanya duduk di sofa panjang yang ada di ruangan tersebut.

"Apakah aku tidak boleh memeriksa keadaan kekasihku?" protes Eve saat mendengar pertanyaan Dillian.

VioletaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang