·Chapter 17·

1.5K 272 37
                                    

Udah lama gak negur Silent reader nih ·
dear silent reader, hargai karyaku pliss... jgn baca trus gak ninggalin jejak ToT (ini buat yang wattpadnya ngehank gapapa) kalau kalian masih tetap setia jadi pembaca gelap entar aku suruh Jeff dkk buat ngerjain kalian #plak. sebenarnya aku mau nge-update PROBLEM minggu depan tapi kelamaan ya ga jadi deh...


                             Eyeless Jack menghela napas panjang, ia mendaratkan bokongnya disebuah kursi taman. St.Park Jeorje,nama taman kecil yang entah bagaimana bisa ada didekat hutan perbatasan kota. Mungkin, taman ini hiasan seseorang yang berbaik hati... atau mungkin, orang tersebut membangun taman ini untuknya sendiri? Memang tidak terlalu dekat dengan gerbang perbatasan kota sekitar 30 meter dari sana. Anehya, gerbang sangat sepi. Oh, iya hal ganjil lainnya ia menemukan beberapa orang yang tertusuk dan beberapanya lagi tertembak total 5 orang. Otak cerdas Eyeless Jack tidak perlu berpikir keras. Ini sudah pasti ulah Jeff. Ternyata ia masih membunuh, dan Eyeless Jack mengerang ketika membayangkan Jeff membunuh banyak orang didepa gadis itu. Andai saja Jeff disampingnya sekarang sudah dpastikan mereka akan bertarung gila-gilaan. Untunglah ini Eyeless Jack, ia seorang pemuda yang dapat menahan emosinya.

          Pemuda tersebut membenarkan posisi topengnya. Hening, tak ada suara selain suara jangkrik yang menghiasi malam. Ia mengadahkan pandangannya kelangit malam. Banyak sekali bintang, setidaknya ia tidak sendiri. Jauh didalam hatinya Eyeless Jack cemas tak karuan. Ia sangat sangat takut akan keadaan gadis bernama [Y.N] yang telah memikat hatinya itu. Semoga kau aman dimanapun kau berada batin Eyeless Jack.

          Tiba-tiba disaat yang hening seperti ini suara pekikkan seorang gadis membuat Eyeless Jack spontan menoleh. Ia mendapati seorang gadis bermata emerald dengan rambut merah menyala menjuntai tengah menatapnya. Jangan bilang gadis itu diam-diam membuntutinya, atau...

Eyeless Jack bangkit.

"sorry," ucap Eyeless Jack. Mungkin, gadis yang tampak sebaya dihadapannya ini si pemilik taman. Sedetik kemudian gadis itu mengulas sebuah senyuman tipis.

"it's okay, hanya terkejut saja." Gadis ini tidak takut padanya ya... sepertinya. Eyeless Jack meneliti gadis itu. Tak ada yang aneh.

"kau, Eyeless Jack?" tanya gadis berambut merah itu.

Eyeless Jack tidak menjawab ia hanya berdeham lalu menjawab hanya dengan dua konsonan kata yang entah apa maknanya –-'hn'

             Pasti gadis ini bukan manusia biasa, ia mungkin pembunuh atau semacamnya sehingga tidak takut padahal ia jelas-jelas melihat seorang kanibal pemakan ginjal Eyeless Jack dihadapannya. Rambut merah menyala yang mencolok, terurai dengan mata sebelah kiri yang tertutup poni panjang, mata emerald, wajah putih pucat... tak ada yang aneh, ah! Ada apa dibalik poni yang menutupi mata sebelah kirinya itu??

"Ah... silahkan duduk kembali," gadis itu membungkuk 90 derajat. Tak ada yang aneh, ia tampak seperti manusia biasa. Mungkin, keanehannya hanya pada poni yang menutupi mata emerald sebelah kirinya. Ada yang ganjil, ketika gadis itu membungkuk ia memegangi lututnya dan, lututnya terlihat bergetar. Reaksi semacam itu terjadi biasanya karena dua faktor ; pertama, ia ketakutan, kedua, ia tengah menahan sesuatu yang bergejolak.

"Rambutmu bagus," puji Eyeless Jack. Ia berjalan kearah gadis itu. Secepat kilat tanpa disadari si pemilik rambut merah, poni sebelah kirinya disapu keatas oleh tangan Eyeless Jack. Mata bewarna hitam pekat dengan garis-garis yang membentuk sebuah kaligrafi dibola matanya.

Gadis itu tersentak ia segera menepis tangan Eyeless Jack lalu menyisir poninya untuk kembali menutupi mata menyeramkan itu. Tidak,, mungkin Eyeless Jack-lah seorang yang mengatakan kalau bola mata itu indah.

"maaf, tapi perlakuanmu tadi tidak sopan!" ia berbalik meninggalkan Eyeless Jack.

"namamu siapa?" tanya Eyeless Jack tenang.

"M-maddie," jawab gadis itu gagap.

"hai, Maddie... apa kau pernah melihat gadis dengan rambut [H.C], mata [E.C], dan kulit bewarna [S.C] lewat sini?"

"tidak, aku tidak melihatnya."

"thank." Eyeless Jack berjalan kearah yang berlawanan dengan sang gadis tapi ia menghentikan langkahnya ketika sebuah ide cerah melintas dikepalanya.

"Maddie, maukah kau menemaniku untuk mencari seseorang?'

"H-hah??"

**

           [Y.N] memegangi perutnya, Ia mual sejadi-jadinya. Setelah menonton Jeff yang menayangkan bagaimana cara ia membunuh orang secara life action. Lain dengan Jeff yang berdiri didekat jendela apartemen, diam dan merasa bersalah. Seharusnya, ia tidak membiarkan nafsu membunuhnya keluar begitu saja tadi siang. Sekarang ia diselimuti rasa bersalah. [Y.N] tak henti-hentinya bolak balik kamar mandi untuk membuang isi perutnya. Memang, [Y.N] tidak melihat Jeff membunuh orang sampai akhir tapi tetap saja gadis polos itu ketakutan. Setelah bangun dari pingsan saat ia shock melihat Jeff melakukan hal itu [Y.N] sudah berada disebuah apartemen.

"dengar, aku minta maaf. Aku bersumpah tidak akan melakukan hal itu didepanmu lagi." Ucap Jeff sambil tetap melayangkan pandangannya keluar apartemen.

"itu menakutkan, kau jahat, brutal dan tidak punya hati!" [Y.N] menenggelamkan kepalanya kedalam lutut. Ia meringkuk diatas tempat tidur. Makanan fastfood berupa burger,french fries, dan cola yang terletak diatas buffet didekat tempat tidurpun belum disentuh [Y.N]. padahal, Jeff membeli itu repot-repot harus memakai topeng, topi dan mengganti hoodienya dulu demi [Y.N] ia tidak ingin gadis yang mulai ia sukai itu kelaparan. Tapi apa? Disentuhpun tidak.

"aku ingin pulang! Aku tidak mau disini! Aku tidak mau bersama seorang pembunuh!"

DEGG!!

Jeff tersenyum pahit. Sebuah kata-kata yang amat menyakitkan memasuki indra pendengarannya. Jeff memegang kusen jendela melampiaskan rasa sakitnya disitu. Ia tak pernah menyangka bahwa hatinya ternyata masih bekerja juga, buktinya ia bisa merasakan nyeri disana.

"aku tidak ingin berteman ataupun berhubungan dengan orang yang menanam dosa untuk dirinya sendiri, tak punya hati dan—"

"k-k-kumohon, maafkan aku." Jeff memotong perkataan [Y.N] suaranya terdengar bergetar.

"Aku memaafkanmu! Jika kau membiarkanku pulang...!"

Dan dengan sangat sangat sangat berat hati Jeff membiarkan [Y.N] pergi malam itu. Malam itu, untuk pertama kalinya seorang Jeff the killer mengutuk dan tidak akan pernah memaafkan dirinya sendiri.

    

         Ok, udah selesai nih.. panjang gak? Dapet gak feelnya si Jeff? Gomen, chapter ini gaada scene Ben mungkin chapter selanjutnya bakal fokus ke Ben, atau mungkin ketiga-tiganya. Kalo ada typo kasih tau ya jangan lupa kasih vomments sebagai bentuk penghargaan ke author! Ingat manusia yang menjalankan hak asasinya itu ialah ia yang menghargai orang lain! udah ah kebanyakan ngomong.

Sekian,

-FARRA


Problem[JTK,BEND,E.JxREADER]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang