[6] Celebrity's Girl

196K 13.6K 28
                                    

"Ini perasaan gue aja atau gimana sih, Ra?" tanya Tata dengan nada penasaran campur curiga saat Ara baru memasuki kelasnya di saat jam istirahat sudah hampir habis.

"Maksudnya?" Ara balik bertanya sambil merapikan mukenanya ke dalam tas.

"Pagi ini lo dateng pas bel masuk udah bunyi," Tata memulai analisis ala detektifnya. "Dan gue perhatiin, semenjak kelas 12 ini, lo itu selalu ngilang setidaknya lima menit pas istirahat. Entah sebelum makan, sebelum solat, atau kayak sekarang sebelum bel masuk."

Ara mati-matian menjaga agar dirinya tidak terlihat panik. Ia tidak menyangka kalau ternyata kedua sahabatnya itu memerhatikan waktu-waktu menghilangnya yang digunakan untuk wajib lapor pada Emil.

"Aku... ke toilet kok." Ara menjawab dengan tergagap.

"Serius lo?" Tata tidak bisa begitu saja percaya pada jawaban Ara.

Ara baru saja ingin mengelak, tapi Dhea keburu menyelak. "Tadi pagi gue liat lo keluar dari mobil, Ra. Lo nggak naik angkot atau ojek kayak biasanya?"

"I-itu..."

"Selamat siang."

Ara rasanya mau sujud syukur saat mendengar sapaan salam dari Bu Vella, guru bahasa Inggris mereka.

---

Ara berjalan sendiri keluar dari gedung sekolahnya. Dhea jelas begitu bel pulang berbunyi langsung buru-buru meninggalkan sekolah karena harus latihan wushu. Sementara Tata sudah janjian dengan ibunya untuk belanja ala ibu-anak yang memang biasa mereka lakukan berdua. Jadi, tinggallah Ara yang celingak-celinguk mencari angkot yang akan membawanya ke tempat les.

Baru saja Ara bersiap karena angkot yang ditunggunya sudah terlihat, sebuah mobil berhenti tepat di depannya. Mobil putih, yang persis dengan milik Emil. Ara secara naluriah membasahi kerongkongannya sendiri karena ia tahu siapa pemilik mobil itu.

Saat itulah sang pemilik sekaligus pengemudi mobil tersebut turun. Wajah riang itu langsung berhambur memeluk Ara, bahkan sebelum Ara membalas pelukannya, dirinya sudah ditarik paksa untuk memasuki kursi penumpang depan.

"Let's go, girl's time!"

Ara pasrah. Sudah pasti ia tidak bisa menolak apalagi menghindar dari seorang Kania Disha Hadijaya, kakak iparnya sendiri. Perempuan 27 tahun, kakak Emil satu-satunya yang super ceria, jahil –terutama pada Emil- dan hidup dengan santai seperti tidak punya beban.

---

Kania Hadijaya adalah istri dari seorang dokter spesialis anak. Sudah memiliki putri yang kini berumur empat tahun, Alika Dessyta. Apa Kania cantik? Jelas, sudah pasti keturunan Hadijaya memiliki rupa yang sedap dipandang mata.

Kini, Ara sedang menikmati cake cokelat yang luar biasa enak bersama Kania. Memang itulah yang dijadikan Kania sebagai alasan untuk 'menyeret' Ara ke rumah keluarga Hadijaya. Walaupun Ara senang bertemu dengan keluarga suaminya, tapi tetap saja rasanya kurang kalau tidak ada Emil.

"Ara! Ara!"

Teriakan tersebut sudah terdengar dari ruang terdepan dari rumah ini, membuat Kania dan Ara yang sedang ada di ruang makan saling pandang. Ara dengan tatapan bingung, sementara Kania sedang menutup mulut berisi cake-nya karena menahan tawa.

Saat itulah Emil datang dengan tergesa-gesa. Wajahnya sedikit berkeringat, mungkin ia melangkah sambil menahan kesal. Emil menghampiri dua perempuan yang menjadi bagian penting dalam hidupnya itu. Mengambil duduk tepat di samping Ara, di hadapan Kania. Duduknya merapat ke arah Ara dan tangannya sudah bertengger di pinggang Ara.

"Ngapain sih lo Kak? Pake acara nyulik istri gue segala? Ganggu orang mau pacaran aja!" repet Emil pada Kania. Memang benar, Emil sudah berencana menghabiskan sisa hari ini dengan berduaan saja bersama Ara. Ngobrol, bercanda, atau mungkin mengulang yang tadi pagi. Tapi, saat ia bangun dari tidur siangnya, untuk bersiap menjemput Ara di tempat bimbelnya, Emil malah mendapat pesan dari Kania bahwa Ara berada di rumah orang tuanya.

"Lebay lo, Gembil," gerutu Kania menyebut panggilan kesayangan pada adiknya. "Sebenernya nggak sengaja. Emang gue niat mau ngajak Ara ngemil cantik dan nginep manja di sini, eh nggak taunya pas gue tanya Gifar, lo lagi libur. Ya udah, semakin semangatlah gue eksekusi penculikan Ara," jawab Kania santai sambil menyuap cake terakhir yang ada di piringnya.

Belum sempat Emil menyambar ucapan Kania, suara seseorang sudah memotongnya. "Nia, Emil? Kalian ini apa-apaan sih?"

Mereka bertiga menoleh ke asal suara, ada Gendis Arumsari, bersama Lika dalam gendongannya. Nyonya Hadijaya memang baru saja menengok cucunya yang baru bangun tidur, Lika pun masih terlihat setengah tidur dalam gendongan Gendis. Semua perempuan yang penting dalam daftar hidup Emil berkumpul semua.

Melihat ibunya, Emil langsung menghampiri, lalu menyalaminya. "Halo, princess-nya Om," sapa Emil pada Lika sambil mengacak rambut anak yang sudah terlihat bibit cantiknya itu.

Merasa terganggu dengan ulah pamannya, Lika yang masih belum seratus persen hanya bergumam sambil menyingkirkan tangan Emil.

"Kalian ini masa ribut di depan Ara sih?" tanya Gendis heran.

Anehnya, mendengar nama Ara, Lika langsung bangun. Persis seperti tersengat listrik, matanya langsung terbuka lebar. Ia meronta minta diturunkan dari gendongan neneknya. "Kak Araaa." Lika langsung berlari dan menubruk tubuh Ara yang memang sudah siap menangkapnya.

Emil hanya bisa manyun melihat pemandangan itu. Lika dan Ara memang sangat dekat. Dan parahnya, Kania meracuni anaknya untuk memanggil Ara dengan sebutan kakak bukan tante yang seharusnya berpasangan dengan om.

Anak sama Maminya sama aja, batin Emil ketika dilihatnya Kania kembali menahan tawanya.

---

Salam,

rul

Celebrity's GirlWhere stories live. Discover now