[20] Celebrity's Girl

144K 9.9K 26
                                    

"Assalammualaikum."

Ara sedang bersandar di dada Emil saat salam itu terdengar, bertepatan dengan pintu kamar rawat Ara terbuka. Gina dan Triadi muncul di sana.

Awalnya Gina dan Triadi ragu-ragu saat ingin memasuki kamar rawat Ara. Mereka belum tahu bagaimana reaksi Ara saat mengetahui dirinya sedang mengandung. Gina dan Triadi memercayakan putrinya pada Emil untuk menjelaskan pada Ara, sementara mereka pulang untuk mengambil pakaian salin untuk Ara. Menurut dokter, sebaiknya Ara dirawat setidaknya sampai besok, setelah bertemu dengan dokter kandungan.

"Ayah, Ibu," ucap Ara riang bercampur haru melihat kedatangan kedua orang tuanya. Melihat itu Emil menyingkir.

Ghina dan Triadi langsung memeluk Ara erat-erat. Kegembiraan yang diiringi tangis haru langsung memenuhi ruang rawat Ara.

Emil memerhatikan kejadian yang di hadapannya ini dengan perasaan yang membuncah. Bayangan ia dan Ara akan memeluk anak kandungnya sendiri beberapa bulan lagi membuatnya bahagia luar biasa.

Sesekali Emil mendengar kata maaf dan terima kasih di antara sela isak tangis Ara. Entah karena pengaruh kehamilannya atau bukan, Ara menjadi lebih sentimentil dari biasanya. Mungkin Ara akan terus begini hingga beberapa bulan ke depan, tapi Emil siap. Ia bertekad dalam hati, bahwa ia akan mendampingi Ara selalu.

---

Emil melepas topi, masker, dan kacamata hitamnya begitu menduduki jok mobilnya. Kemudian ia menyalakan pendingin, serta membuka zipper jaket kulitnya. Di sampingnya, Triadi menunggu sambil memerhatikan segala gerak-gerik menantunya.

Sekarang, Emil memang sedang berada di mobilnya. Setelah acara tangis-tangisan di kamar rawat Ara, Triadi memang mengajak Emil untuk bicara empat mata. Mereka memutuskan untuk berbincang di mobil Emil. Jadilah Emil menyamarkan dirinya selama perjalanan dari kamar rawat Ara hingga ke parkiran rumah sakit.

"Maaf, Yah," ucap Emil membuka obrolan mereka. Emil menundukkan kepalanya. Bukan karena takut pada Triadi, tapi Emil bersikap sebagai seorang anak yang dengan tulus mengakui kesalahannya pada ayahnya. "Emil tahu, seharusnya Emil bisa menjaga diri dan lebih berhati-hati ketika berhubungan dengan Ara. Emil juga nggak menyangka, Yah. Apalagi Ara hanya tinggal beberapa bulan lagi sebelum ujian kelulusannya."

Triadi berdeham sedikit, ia memijat pelipisnya pelan. Seharusnya ia marah, tapi kebahagiaan bahwa dirinya akan menjadi seorang kakek, berhasil menutupinya. Apalagi melihat sikap Ara yang bisa menerima kehamilannya, entah apa trik yang Emil pakai. "Lalu bagaimana selanjutnya?"

"Terus terang Emil belum membicarakannya dengan Ara. Sepertinya Ara masih tetap ingin sekolah –"

"Itulah masalahnya. Bagaimana dengan sekolah Ara?" potong Triadi cepat. Hati kecilnya sebagai ayah sekaligus seorang pendidik ingin sekali anaknya mencecap pendidikan setinggi mungkin. Ia tidak ingin anaknya putus sekolah. Di lain sisi hatinya, Triadi luar biasa bahagia dengan adanya calon cucu dalam kandungan Ara. "Kamu tahu kan bagaimana Ara? Ara anak yang suka belajar, dan punya cita-cita. Lalu bagaimana kelanjutan masa depan pendidikan Ara?"

Emil menarik napas dengan berat. Dalam hal ini, posisi Emil adalah kepala keluarga, tanggung jawab dan perwalian dari ayah mertuanya sudah ada di pundaknya. Kini Emil yang harus mengambil keputusan untuk masa depan Ara. "Sudah Emil pikirkan, Yah. Emil akan membicarakannya dengan Ara, setidaknya menunggu besok, setelah bertemu dokter untuk memastikan kondisi Ara serta anak kami."

Triadi menganggukkan kepalanya, lalu menepuk pundak menantunya itu untuk menyampaikan bahwa dirinya percaya pada Emil. Percaya bahwa Emil akan bertanggung jawab sepenuhnya atas hidup putri dan calon cucunya.

---

Salam,

rul

Celebrity's GirlWhere stories live. Discover now