[24] Celebrity's Girl

133K 9.5K 52
                                    

"Ra, menurut kamu gimana kalau Bi Isa nginep aja di rumah?" tanya Emil pada Ara.

Mereka baru saja selesai makan malam, dan sekarang sedang duduk pangku-pangkuan di sofa bed ruang keluarga mereka. Untung saja Emil hari ini pulang sebelum pukul tujuh malam, jadilah mereka bisa makan malam bersama dan mesra-mesraan seperti sekarang.

Ara mengangkat wajahnya dari dada Emil, menatap suaminya dengan kening berkerut. Kenapa tiba-tiba Emil minta Bi Isa menginap di rumah. Padahal, Emil sendiri yang menginginkan kalau ia dan Ara punya kebebasan terhadap privasi hubungan mereka berdua kalau sedang di rumah. Coba bayangkan kalau ada Bi Isa di saat seperti ini, Ara pasti malu dan memilih untuk bermesraan di ruangan yang terkunci.

Emil dan the junior kan punya pikirannya sendiri, kalau tiba-tiba ingin 'menyerang' Ara di dapur, di meja makan, atau di sofa sekalipun, bisa berabe kalau ada orang lain di rumah mereka. Makanya, Emil lebih suka hanya berduaan saja dengan Ara. Ini kok malah tiba-tiba begini?

"Emang kenapa? Kok tiba-tiba kepikiran begitu?"

Emil menghela napas dan mengecup kening Ara sebelum menjawab pertanyaan Ara. "Aku khawatir sama kamu. Tadi kamu masak lho, Ra. Kamu ingat kan dokter yang di Bandung waktu itu bilang apa?" Emil sekali lagi mengecup Ara, kali ini hidungnya. Wah, ini pasti upaya pengalihan isu, biar Ara hilang fokus. "Usia kandungan kamu baru tiga minggu. Masih rentan. Belum lagi kondisi fisik kamu yang drop kemarin gitu. Kamu nggak boleh kecapekan."

Selain fisik Ara yang memang bisa sewaktu-waktu drop, usia Ara yang baru tujuh belas tahun dinilai masih belum siap untuk menghadapi kehamilan. Masih terlalu muda, kata dokter. Jangan samakan kesiapan seorang perempuan muda untuk hamil pada zaman sekarang dengan zaman dulu. Perempuan zaman dulu bahkan ada yang sudah melahirkan di usia di bawah lima belas tahun. Tapi sekarang? Dokter menyebutkan bahwa rahim perempuan yang paling siap untuk mengandung dan melahirkan adalah 20-35 tahun. Alasannya? Liat saja apa yang masuk ke dalam tubuh perempuan zaman sekrang, junk food, polusi, makanan dan minuman tidak sehat lainnya. Belum lagi perkembangan zaman yang membuat pola pikir perempuan berubah. Secara psikologis, perempuan di bawah dua puluh tahun pada masa sekarang lebih memilih untuk menikmati hidup dan menuntut ilmu dibanding menjadi ibu muda.

Ara terlihat berpikir. Emil mengambil kesempatan itu untuk mencium tepat di lipatan dahi Ara yang mengerut. "Aku nggak masak kok," ujar Ara akhirnya. "Aku cuma ngangetin masakan Bi Isa tadi siang aja. Lagian aku tau batas kondisi fisikku. Kalo capek, aku bakal istirahat. Kalo aku ngerasa butuh Bi Isa untuk nginep, aku bakal bilang. Jadi ..." Ara mengelus pipi kanan Emil, sementara pipi kiri Emil sudah dihujani kecupan kecil dari bibir mungil Ara. "... Bi Isa nggak perlu nginep di rumah untuk saat ini."

Wah, gawat ini. Sepertinya Ara berhasil mengalihkan isu. Buktinya Emil hanya mengangguk pasrah dan kini, gantian Emil yang menghujani seluruh wajah Ara dengan ciumannya.

---

Ara terkikik geli saat melihat Emil keluar dari kamar mandi dengan tampang lesu. Setelah hujan ciuman di sofa tadi berubah menjadi badai gairah, Ara dengan tegas mengingatkan Emil kalau mereka belum bisa melangkah lebih lanjut. Dokter sendiri yang mengingatkan mereka untuk menahan diri setidaknya sampai pemeriksaan berikutnya, yang akan Ara lakukan tiga minggu lagi di Jakarta.

Pada akhirnya, Emil harus lari terbirit-birit ke kamar mandi, untuk mendinginkan tubuh sekalian mengambil wudu. Ara dengan mukena yang sudah terpasang di tubuhnya masih sempat-sempatnya mengulum senyum saat Emil memakai sarungnya. Senyum jahil Ara hilang berganti senyum rasa syukur saat Emil sudah siap untuk menjadi imam solat Isya untuknya. Ketapampanan Emil bertambah dua ratus kali lipat saat sudah berwudu dan memakai sarung serta baju koko.

Ada ibadah lain yang lebih utama dan yang bisa mereka lakukan bersama. Contohnya seperti solat berjamaah ini.

Usai solat, berzikir, dan berdoa mereka lakukan, Emil menoleh ke belakang. Ke arah istrinya yang masih terduduk dengan mukena yang terpasang rapi. Membuat istrinya seribu kali lebih cantik. Adem rasanya lihat Ara seperti ini.

Ara menghampiri Emil, mengambil tangan yang selalu hangat memeluknya itu, lalu menciumnya dengan segenap perasaan sayang serta cinta dan penuh rasa hormat. Sementara Emil membalasnya dengan mencium kening Ara. Dalam dan lama. Sedalam cintanya pada Ara, selama-lamanya.

---

Eittttsss, direm ya. Jangan ada adegan plus plus di antara kita, eh maksudnya antara Emil-Ara. Tapi emang aku nggak bisa bikin yang begitu sih. Hehe.

By the way, selamat menjalankan ibadah puasa untuk kalian yang berpuasa. Maapin aku ya kalau ada salah. Semoga puasa kalian lancar. Doain aku juga ya, biar puasa dan ide-ide menulisku diberi kelancaran. Aamiin.

Paypay

--- 

Salam,

rul

Celebrity's GirlWhere stories live. Discover now