[First Kiss]

135K 8.2K 149
                                    

Itu di mulmed yang jadi Si Gemilang Arka Hadijaya lho

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.

Itu di mulmed yang jadi Si Gemilang Arka Hadijaya lho...

---

"Gimana bro, cewek-cewek SMA?" tanya Gifar yang hari ini sedang berkunjung ke rumah sepupunya, Emil. Sudah hampir dua bulan Emil duduk di bangku SMA, sementara Gifar sendiri masih SMP.

Emil mengangguk-anggukkan kepalanya. "Cantik-cantik banget sih," ujar Emil terdengar mengambang.

"Kok pake 'sih'?" tanya Gifar lagi yang tidak puas dengan jawaban Emil.

Emil mem-pause game yang sedang dimainkannya bersama Gifar. Membuat Gifar yang sebenarnya sudah hampir membuat gol, berjengit kesal. Hampir saja Emil mengajukan protes, tapi begitu melihat wajah Emil yang suram, Gifar pun urung.

"SMA pulangnya lama. Jam dua-lima belas baru balik. Nggak kayak SMP, jam satu udah balik. Mana sekolahnya jauh banget lagi dari rumahnya Gamal," keluh Emil.

Gifar mencebik, meledek ucapan Emil. "Gamal apa Ara?"

"Yaa ... mereka kan serumah."

Gifar baru saja ingin meledek Emil kembali, saat salah satu PRT keluarganya datang. "Den Emil, ada telepon dari temennya, namanya Gamal," ujar wanita berusia empat puluhan itu. Tangannya memegang telepon wireless.

"Siniin, Bi." Tangan Emil segera merebut gagang telepon itu dengan semangat. "Ya, Mal?" jeda sejenak, "oke."

"Eh, eh, mau ke mana lo?!" teriak Gifar karena Emil sudah beranjak usai bertelepon dengan Gamal.

---

Setelah memarkirkan motornya, Emil bergegas mengetuk pintu bercat cokelat itu. Tak lama kemudian, pintu terbuka dan menampakkan gadis cantik yang sedang memeluk bantal berbulu halus.

"Kak Emil?"

"Assalammualaikum, Ara," ucap Emil sambil tersenyum.

"Waalaikumsalam. Masuk, Kak." Ara membuka pintu rumahnya lebih lebar, mempersilakan tamunya untuk masuk.

Emil mengikuti langkah kecil Ara dua langkah di belakangnya. Ya ampun, Ara imut banget memakai rok selutut bergambar Snow White itu. Tadi, Gamal menghubunginya, meminta Emil untuk datang ke rumah keluarga Triadi. Gamal sedang sakit di kamarnya, sakit cacar air. Triadi sedang keluar kota, menjadi pembimbing untuk mahasiwa yang sedang KKN, Gina harus ke apotek menebus obat untuk Gamal. Sedangkan Bi Isa, kebetulan sedang izin pulang kampung sejak kemarin. Jadilah, Gamal menghubungi Emil untuk menemani Ara, karena dirinya sedang diisolasi di kamar. Orang tuanya melarang Gamal dan Ara berdekatan sementara.

"Kak Emil kok jarang ke sini sih?" tanya Ara yang membawa Emil ke ruang keluarga rumahnya. Terlihat buku-buku Ara berserakan di sana. Ara pasti sedang belajar atau mengerjakan PR. Tipikal Ara sekali.

"Kakak kan udah SMA, tugasnya banyak. Kegiatannya juga banyak," jawab Emil seadanya.

Ara mengangguk-anggukkan kepalanya. "Iya sih, Kak Gamal aja latihan basket terus," keluh Ara. Ara sudah kembali pada posisinya, siap untuk melanjutkan belajarnya yang tertunda.

"Itu ... apa, Ra?" tanya Emil gelagapan.

Ara mengernyit bingung dengan pertanyaan Emil. "Ini kacamata," jawab Ara kembali melepas kacamata yang baru saja ia pakai.

"Maksud Kakak, kamu sekarang pake kacamata? Sejak kapan?"

Ara memanyunkan bibirnya sebelum menjawab, tampak kesal dengan jawaban yang akan diutarakannya. "Seminggu yang lalu, Kak. Abisnya waktu itu aku kebagian duduk di paling belakang di kelas, eh tulisan bu guru di papan tulis nggak keliatan. Burem. Terus, diajak ayah ke klinik mata. Kata dokternya, aku harus pake kacamata mulai sekarang."

Dengkul Emil lemas rasanya melihat Ara yang cantik, imut, dan seksi banget dengan kacamata berbingkai hitam itu. Ara boleh dibawa pulang aja nggak sih?

---

Kepala Emil masih pusing rasanya, setelah tadi membantu Ara mengerjakan soal-soal Sains. Soal Sains SD zaman sekarang susah-susah, pikir Emil. Maklumlah, kalau Emil berpikir pelajaran SD susah, namanya juga Emil. Disuruh buka buku saja sudah seperti disuruh jalan kaki dari Jakarta ke Bogor. Berat, bro!

Pusing di kepala Emil langsung hilang saat melihat Ara yang mengantuk sampai kepalanya terantuk-antuk. Mereka sudah selesai mengerjakan PR Ara, eh, ujung-ujungnya memang Ara sendiri sih yang mengerjakannya.

Emil menangkup kedua pipi Ara agar kepala gadis manis itu tidak sampai miring-miring atau terjatuh. Telapak tangannya bisa merasakan pipi Ara yang sangat halus dan lembut. Hormon remaja puber dalam diri Emil bangkit seketika.

Nekat, Emil menempelkan bibirnya ke pipi kanan Ara yang sebelumnya ia jaga agar tidak jatuh. Sumpah, jantung Emil berdegup kencang sekali. Emil sampai takut kalau jantungnya tiba-tiba loncat dan keluar dari dadanya.

Perlahan, Emil menyandarkan kepala Ara di bahunya. Senyum Emil bertahan bahkan hingga seminggu berikutnya.

---

Maafin Emil ya temen-temen. Emil emang suka gitu. Gantengnya suka nggak wajar...

 Gantengnya suka nggak wajar

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.

Salam,

rul

Celebrity's GirlWo Geschichten leben. Entdecke jetzt