Lesson 1: Rival

1.3K 45 5
                                    


Kita ini lawan, bukan kawan. Akan selamanya bersaing, tanpa mengenal kata 'berteman'.

Jakarta, setahun kemudian..

Stadion basket GOR SMA Purnama selalu didatangi oleh kerumunan siswi kelas 10 dan 11 yang masing-masing membawa bekal makan siang serta minuman untuk diberikan pada Samuel. Terlebih, di sela waktu istirahat latihan basket seperti ini akan menjadi kesempatan mereka untuk mencuri perhatian kapten basket sekaligus MVP White Eagles tersebut. Kirana, murid kelas 10 MIA 2 menghampiri Samuel lebih dulu. Ia merapikan bandana pita berwarna magenta yang tersemat di kepalanya, berharap akan tampak cantik di hadapan kakak kelas idolanya itu.

"Kak Samuel, ini aku buatin kakak smoothie buah dan sayuran. Cocok banget, diminum sehabis olahraga. Pasti, kakak bakalan tambah semangat deh latihannya. Apalagi, kalau aku teriakkin nama kakak dari tribun. Suara aku tuh, selalu jadi yang paling keras diantara cewek-cewek lainnya."

Seva, murid kelas 11 IPS 2 tak mau kalah dan menggamit lengan Samuel seraya menyodorkan kotak bekal berisi bento berbentuk love yang terlihat manis.

" Samuel, gue enggak tidur semalaman karena bikin bento istimewa buat lo. Harus dimakan, ya? Jangan dibagi sama teman-teman lo, oke? Samuel ganteng kan, mesti berenergi setiap saat. Soalnya, jadi kapten basket itu capek dan menguras tenaga karena latihan rutin."

Ramona, kapten tim cheerleader Pink Girls pengganti Jessica yang juga terkenal sebagai siswi tercantik di SMA Purnama, tak segan menyerobot kerumunan siswi di hadapannya. Sambil memasang senyum semanis mungkin dan mengibas rambut panjangnya, ia optimis Samuel mau menanggapi perhatiannya.


"Samuel, mendingan lo minum lemon tea buatan gue aja.. dijamin rasanya segar dan manis, kayak gue. Pokoknya kalau lo minum ini, lo bakal selalu terbayang-bayang sama senyum gue. Oh ya, tumbler-nya enggak usah lo balikin, gue sengaja beli yang mahal supaya bisa lo pakai tiap hari."

Samuel hanya merespon dengan anggukan datar, meski dalam hati ia ingin sekali membentak mereka semua agar cepat pergi dari hadapannya. Cara mereka menarik perhatian, ocehan menyebalkan disertai nada yang dimanis-maniskan, membuatnya agak merinding. Jika kebanyakan remaja laki-laki merasa senang karena populer diantara para remaja perempuan, Samuel malah merasa sebaliknya.

Ia risih, melihat tingkah lebay cewek-cewek yang menamakan diri mereka sebagai fans-nya. Mau berapa kali pun, Samuel berusaha memasang wajah datar dan sejutek mungkin untuk merespon, mereka tetap tak urung menyerah untuk mendekatinya.
Rasa-rasanya, stadion basket seakan berubah menjadi stadium konser penyanyi idola.

Sebab, tribun penonton seringkali dipenuhi puluhan siswi yang berteriak histeris ketika Samuel tengah menaklukkan benda bundar berwarna oranye di lapangan.

Ia pernah protes pada Coach Danny untuk membubarkan atau melarang siswi-siswi itu menonton sesi latihan dan turnamen, namun beliau berpendapat bahwa kehadiran mereka mengundang euphoria serta semangat di arena stadion. Singkatnya, hal semacam itu sudah menjadi tradisi di sekolahnya.

Sambil menenteng tas-tas berisi botol minuman dan kotak bekal makan siang, Samuel berjalan mendatangi teman-temannya yang sudah menanti di tribun GOR. Ia meletakkan tas-tas tersebut di hadapan mereka, bahkan Jason pun ikut-ikutan tak lain tak bukan karena tahu kalau Ramona; pujaan hatinya turut berpartisipasi memberikan minuman segar untuk kembarannya.

Samuel mengurut keningnya, lalu misuh-misuh dengan wajah gusar. Membuatnya tanpa sadar membuka sebotol smoothie buatan Kirana yang masih tersisa di dalam tas, dan meneguknya sedikit sebab rasa minuman tersebut lebih mirip obat alias pahit tak karuan.

SAMUEL AND SAMANTHA  : TROUBLE COUPLE SERIES 0.1 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang