Lesson 12 : Rumor

321 20 5
                                    


-Aku lelah, mendengar kata-kata mereka yang menikam perasaanku. Inginku tutup telinga, hentikan waktu, agar bisa kubiarkan hati ini menangis dalam sepi-

Di hari kedua classmeeting, Coach Danny mempertimbangkan untuk mengatur ulang jadwal pertandingan basket dengan kemungkinan bahwa Jason harus keluar dari White Eagles. Insiden kemarin menyebabkan dadanya memar, dan menurut dokter, Jason harus rehat dari bermain basket karena khawatir cedera tersebut mempengaruhi penyakit asma akut yang dideritanya.

Samuel sangat sedih, sebab sang adik tidak akan bisa meraih mimpi bersamanya lagi. Diagnosa dokter William juga membuatnya was-was, akan kemungkinan terburuk mengenai kondisi kembarannya itu.

Tetapi, ia juga takkan mampu memaksa Jason dan bertekad untuk meneruskan cita-citanya demi sang adik. Janji mereka tidak boleh terlupakan, apalagi sia-sia.

“Gue pasti bakal lolos seleksi DBL, dan gabung sama tim basket nasional buat lo Jas. Gue akan memenangkan banyak turnamen, supaya lo bisa lihat gue main basket setiap saat. Jadi, lo harus punya semangat buat sembuh. Lawan penyakit lo, Jas. Karena gue tahu, lo kembaran gue yang paling kuat.”

“Jangan mellow gitu Sam, kayak gue mau ninggalin lo aja. Daripada mikirin itu, mending lo prepare latihan lagi buat gantiin gue tanding, sambil nunggu jadwal pertandingan ulangnya.”

Jason tertawa, seakan tidak merasakan sakit sama sekali meski sedang terbaring lemah di ruang klinik sekolah. Wajahnya terlihat begitu pucat, suaranya pun terdengar lirih.

Samuel berdecih dan mendengkus, menahan air mata di hadapan Jason dan mengomeli adik kembarnya itu seperti biasa. Bila saja Jason tahu kenyataannya, pasti ia akan semakin rapuh.

“Lagi sakit begini, lo sempat-sempatnya ketawa! Bikin gue makin cemas, tahu! Pokoknya Jas, lo mesti cepat sembuh ya? Kalau enggak, jatah cokelat lo gue bagi ke Dylan semua.”

“Iya Sam, enggak usah marah-marah melulu. Ntar cepat tua, lho. Awas ya, kalau cokelat gue lo kasih ke Dylan, gue sumpahin lo jadian sama Samantha.”

Jason malah semakin mengeraskan tawanya, meringis kecil seraya memegangi dadanya lalu menggoda Samuel dengan pura-pura mengancam.

Samuel merasakan pipinya memanas dan degup jantungnya berpacu begitu hebat. Tidak, ada apa dengan dirinya, sih?

Mengapa ia selalu merasakan debaran tiap mendengar nama Samantha disebut?

Dan sekarang, garis bibirnya pelan-pelan membentuk senyum salah tingkah.

Membuat Samuel menepuk pipinya untuk  menyadarkan dirinya kembali ke realita, lalu menyahut pada Jason.

“Sembarangan aja lo Jas, nyumpahin kok aneh begitu! Ya udah, gue mau ke GOR. Lo istirahat ya, tidur kek, chat Ramona biar dia perhatian sama dia lo. Lakukan deh tuh, aktivitasnya ababil.”

“Memang kembaran gue paling tahu, bisa aja dia baca pikiran gue di saat gue kangen sama Mona. Tsah!”

Jason terkikik, puas membuat kakaknya malu karena ia tahu bahwa Samuel tak bisa membohongi perasaannya.

Cowok itu lalu meraih ponselnya, berniat menghubungi Ramona. Namun, sebuah notifikasi dalam grup chat angkatan SMA Purnama mengejutkannya.

SAMUEL AND SAMANTHA  : TROUBLE COUPLE SERIES 0.1 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang