Lesson 10 : Consequence

359 20 4
                                    


-Setiap perbuatan, baik dan buruk selalu menuntutmu untuk mempertanggungjawabkannya. Meski menyakitkan sekalipun, kau harus bisa menerimanya-


“Mau kemana lo, bajingan?!”

“Siapa yang lo panggil bajingan,hah?! Jaga mulut lo, Ian. Berani banget lo datang lagi, setelah nyaris membunuh adik gue, sialan!”

“Seenggaknya, adik lo masih mampu bernapas dan hidup bebas, Samuel. Gimana dengan gue, yang harus mendekam di penjara dan juga putus sekolah?! Pasti elo kan, yang laporin gue sama Ardi dan Sonny? Lo memang suka ya, jadi pahlawan kesiangan?”


“Gue sama sekali enggak tahu soal perbuatan kalian, sampai Coach Danny bertindak tegas. Semestinya, lo renungi kesalahan dan enggak menyalahkan orang lain, karena itu ciri seorang pengecut.”

“Oh, kalau gitu kita buktiin sekarang. Duel karate, di dojo SMA Purnama. Kita lihat, siapa pengecut yang sebenarnya.”


“Dengan menyalahgunakan sabuk hitam karate yang lo dapat, untuk mempertahankan harga diri dan melampiaskan kemarahan? Kalaupun salah satu dari kita menang, itu enggak bakal—“

Tanpa ba-bi-bu, Ian menghajar Samuel habis-habisan di lapangan parkir SMA Purnama yang lantas dipenuhi murid-murid. Mereka menonton kedua cowok itu bertengkar, tanpa berani melerai.

“HIDUP GUE HANCUR KARENA LO, SAMUEL!  LO MEREBUT SEMUA HAL YANG PERNAH GUE MILIKI, DAN INI AKIBATNYA! SETELAH POSISI GUE SEBAGAI MVP, VERO, JUGA KEHIDUPAN SEKOLAH GUE YANG SIRNA, APALAGI YANG MAU LO REBUT?”

“Gue… enggak pernah mau merebut kebahagiaan siapapun. Mestinya, lo enggak biarin rasa iri dan cemburu buat lo gelap mata dan mungkin itu alasan kenapa Coach Danny pilih gue sebagai MVP, menggantikan nama lo..”

Gara-gara perkelahiannya di hari pertama terpilih menjadi wakil ketua OSIS, Samuel harus membuat surat permintaan maaf bermaterai yang diberi tanda tangan oleh orangtuanya. Meski ia kena teguran Raymond dan Grace, paling tidak dirinya terbebas dari sidang hukuman bersama dewan guru.

Namun, jabatannya sebagai kapten White Eagles dicabut sementara waktu oleh Coach Danny yang akan digantikan oleh Kevin sampai Samuel bisa belajar dari kesalahannya.

Beliau jelas sangat kecewa, sebab Samuel dinilai tidak dapat mengendalikan sikap. Dan apapun penyebab pertikaiannya dengan Ian, tak ada toleransi untuk memakluminya.

Samuel mengangguk lesu di hadapan Coach Danny, pasrah menerima hukuman yang diberikan beliau. Jika saja ia tak lantas membiarkan Ian mengaduk-aduk emosinya dan mengurungkan niat untuk membalas dendam, pasti semuanya takkan runyam seperti ini.

Sialan, batinnya kesal seraya menggeram.

Apa mungkin, Ian memang menjebaknya untuk terbawa amarah dan mencelakainya?


Mengapa pula, Ian sangat yakin bahwa Samuel yang mengadukan perbuatan bekas MVP White Eagles itu dan teman-temannya?

Kevin mendekati Samuel di jeda latihan basket, ia tak tahu harus merasa senang karena diberi tanggung jawab baru, atau sedih lantaran temannya harus merelakan posisinya sebagai kapten tim tergantikan.

“Sam, semangat ya. Gue janji enggak bakal buat White Eagles kecewa selama gantiin lo, dan kita tetap akan berjuang sama-sama. Lo juga enggak boleh nyerah, buat mewujudkan mimpi jadi pemain basket nasional.”

SAMUEL AND SAMANTHA  : TROUBLE COUPLE SERIES 0.1 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang