Lesson 15 : Patience

355 23 0
                                    


-Kesabaran mengajarkanmu untuk mengerti, bahwa luka hati lama kelamaan akan sembuh, dan kamu akan mendapatkan kembali kebahagiaanmu-

Sorak-sorai kegembiraan memenuhi lapangan basket GOR SMA Purnama, kelas 11 IIS 1 berhasil memenangkan pertandingan dengan skor 56-42 atas kelas 10 IIS 3 di hari terakhir classmeeting. Samuel tersenyum sumir dari kejauhan, duduk di tribun sambil memandangi raut wajah Dean, Kevin, Bima dan Dewa yang berjingkrakan memegang piala juara pertama.

Tidak sia-sia Samuel berlatih dan membagi waktunya untuk menjenguk Jason, ia juga berharap White Eagles bisa memenangkan pertandingan antar provinsi bulan depan.

Pialanya, akan Samuel persembahkan untuk Jason sebagai hadiah kesembuhan kembarannya itu. Ia sudah membayangkan, betapa gembiranya Jason bila  dirinya membawa pulang piala tersebut.

Samuel hampir tersedak minuman tehnya, begitu Bima menyorot wajahnya ke arah kamera ponsel. Teman sekelasnya itu memang dikenal  selalu eksis di sosial media, dan senang mengabadikan momen meski kadang tak terlalu penting.

“ Ini dia nih, jagonya basket di SMA Purnama; Samuel Leonard! Wagelaseh, tanpa ada Samuel, kita enggak bakalan menang, guys! Enggak salah deh, kalau dia jadi MVP-nya White Eagles.”

“Lebay lo, Bim! Kalian semua juga bagus kok, mainnya. Apalagi Dean sama Kevin tuh, mereka yang paling banyak cetak skor, kan? Jadi, kemenangan ini hasil dari kerjasama.”

Samuel tertawa, menutup wajahnya sebab ia silau dengan flash kamera dari ponsel Bima. Sementara, Dewa tak mau ketinggalan nimbrung seraya menyorot kamera ke wajah Dean lalu meng-upload video itu ke Insta-Story.

“Mantap, gue juga salut sama Dean. Padahal lagi sibuk latihan karate, tapi masih bisa fokus sama pertandingan basket. Keren lah, tenaganya enggak habis-habis! Kayak baterai hape yang baru di-charge…”

Wildan menghampiri kakak-kakak kelasnya dan menyalami mereka satu per satu dengan sportif. Walau ia berusaha tersenyum lebar, tampak jelas cowok itu tidak berani berkontak mata dengan Samuel.

“Selamat ya, kalian menang. Gue akui deh, senior gue ini semuanya luar biasa… sampai gugup nih, lawan Kak Samuel, apalagi Kak Dean. Mungkin karena kita lebih sering tanding dalam satu tim, begitu jadi lawan rasanya kayak awkward aja…”

“Tapi tetap ada yang kurang, yaitu Ricky. Mestinya, dia juga ikut berpartisipasi. Sayang, gara-gara satu orang pengkhianat Ricky jadi kena skorsing. Orang itu enggak sadar, kalau bukan cuma dia yang pengin menang dalam semua pertandingan dan lolos seleksi DBL. Kayaknya dia udah lupa, pernah punya mimpi yang sejalan sama kita.”

Dean meletakkan piala juara pertama yang berhasil dimenangkan tim sekelasnya, ia . tak terlihat senang mendengar Samuel mendapat pujian dan mencibir sambil mendelik tajam.

Dewa langsung menimpali dan meluruskan ucapan Dean yang menurutnya hanyalah sebuah prasangka. Sebagai anak guru, dia cukup tahu tentang siapa saja pembuat onar di sekolahnya. Itu pun, berkat curahan hati ibunya.

“Ricky kan di skors, karena salahnya sendiri gabung sama Andromeda. Katanya, dia udah dekat sama anak-anak geng motor itu dari kelas 10 semester dua. Yang aneh, Ricky sama sekali enggak pernah ketahuan sampai akhirnya terciduk sama Bu Jesslyn dan Bu Anin.”

“Parah. Sebandel-bandelnya gue, paling mentok enggak ngerjain PR dan dihukum nulis seratus kalimat. Enggak bakal berani deh, gabung sama geng motor. Serem bro, bisa hancur masa depan gue kalau dihabisin buat balap liar, taruhan dan durhaka sama orangtua. Terlambat masuk kelas aja, gue udah kalang kabut takut dicecar Bu Anin.”

SAMUEL AND SAMANTHA  : TROUBLE COUPLE SERIES 0.1 Where stories live. Discover now