Tiga~

50.4K 3.2K 38
                                    

First, gue minta maaf kalo ngepost part tiga ini dua kali. Iya. Soalnya part tiga yang kemaren itu kepisah sendiri jadi cerita yang lain. Gak tau kok bisa. Gue akhirnya harus ngapus cerita sebelumnya itu dan ngepost lagi deh :(Jadi, maaf ya. Mohon vomment-nya kembali. Tapi gue bakal ngepost part empatnya juga kok. Oke. Makasih.

------------------------------------------------------------------------------

ARIC melempar tas karung berasnya ke atas sofa di ruang tengah. Lalu dia langsung uring-uringan di sofa. Kebetulan di atas coffee table ada es jeruk yang kayaknya enak banget. Aric langsung menyambar dan meneguknya hingga habis tak tersisa. Ia menghidupkan tv dan menonton.

“Eh, buset! Lo apain es jeruk gue?”

Aric menghela napas. Bisa gak sih, sehari aja dia gak denger adeknya yang satu ini cerewet. Tiap hari cerewet.

Vivid menaruh piring berisikan pisang goreng yang kayaknya baru digoreng ke atas coffee table. “Bang, lo apain es jeruk gue?”

“Gak gue apa-apain.” Jawab Aric yang lagi nonton.

“Ya kalo gak diapa-apain terus kenapa malah kosong beginian? Lari kemana isinya?” Tanya Vivid yang kayaknya udah frustrasi.

“Nih. Kesini larinya.” Jawab Aric menepuk perutnya dengan pelan. “Thanks ya buat es jeruknya.”

Vivid mengacak rambutnya. “Argh! Kenapa sih gue punya abang yang ngeselin kayak elo?”

“Kenapa juga gue bisa punya adek yang bawelnya gak berhenti-henti kayak elo?” Tanya balik Aric dengan nada datar.

Vivid duduk di sofa lain dan menatap tajam Aric yang sibuk nonton.

“Vid.” Panggil Aric.

“Apa?” Tanya Vivid dengan nada tinggi.

“Bisa bantu gue?”

“Gak!”

“Gue disuruh buat surat cinta nih sama panitia MOS. Ya gue mana pernah buat surat cinta. Itu kan gak gue banget. Jadi gue minta tolong sama lo ya. Lo kan suka tuh baca novel cengeng, nonton film yang aww banget, dan elo juga melankolis bener.” Kata Aric.

“Lo minta tolong buatin surat cinta sama gue?” Tanya Vivid menunjuk dirinya. “Wah! Gue mau banget! Ya udah, gue buat sekarang ya.”

“Lebih cepat, lebih baik. Gue mau main basket dulu. Kalo udah, lo samperin aja gue di belakang.” Kata Aric seraya bangkit dan berjalan ke halaman belakang.

Aric mengambil bola basket dan mulai mendribble bola itu menuju tengah lapangan basket yang kecil.

“Gue suka banget cowok yang bisa main basket.”

RELATIONSHITWhere stories live. Discover now