Dua Puluh Delapan~ {END}

40.4K 2.4K 458
                                    

Gak sabar pengen nyontrengin cerita ini jadi completed. Mwahaha.

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Aric mematikan mesin mobil. Dia menghembuskan napas panjang.

"Bang, lo serius mau masuk ke dalam?" Tanya Vivid menatap Aric dengan seksama.

Aric memejamkan mata dan menyandarkan punggungnya ke sandaran jok mobil. "Gue masuk kok. Lo deluan aja. Entar gue susul."

Vivid menghela napas. "Kalo lo gak kuat buat ngeliat semuanya yang ada di dalam, lo mending pulang aja. Entar gue pulang naik taksi kok."

"Gak perlu." Sahut Aric membuka matanya. "Gue gak apa-apa kok."

"Bang, lo pulang aja."

"Vivid, gue gak apa. Gak mungkin gue pulang. Ini adalah hari dimana cewek yang gue cintai bakal bahagia ke depannya."

Vivid terdiam. Daritadi dia udah bujuk Aric buat gak masuk ke dalam gedung dimana pernikahan Kinar dan Niko dilaksanakan. Tapi Aric tetap gak mau.

"Ya udah. Lo mau serempak gue gak masuk ke dalam?" Tanya Vivid.

Aric melepaskan sabuk pengaman. "Iya. Turun lo."

Mereka berdua udah turun dari mobil dan berjalan menuju gedung. Gedung itu didominasi dengan hiasan putih. Semuanya serba putih. Termasuk tuxedo Niko dan kebaya Kinar.

Aric berhenti di dekat meja tamu. Ia menatap diam Kinar dan Niko yang sedang berada di atas panggung. Sedang menyalami tamu-tamu. Mereka berdua tersenyum. Aric tau jika senyum mereka adalah senyum paksaan.

"Udah ijab Kabul katanya tadi." Kata Vivid yang kini di samping Aric. "Mau nyalamin mereka gak?"

"Iya. Bentar dulu. Lihat-lihat dulu. Lo serempak gue aja."

Vivid menurut. Vivid berdiri diam di samping Aric. Untung dia mendapatkan teman bicara, kalo gak udah bosan setengah mati di samping Aric yang daritadi diam menatap kedua sejoli itu.

Aric tersenyum getir. Pikirannya melayang-layang. Gimana kalo dia yang ada di posisi Niko ya? Pasti dia bahagia banget. Banget.

"Salamin mereka yuk, Vid." Ajak Aric sambil berjalan mendahului Vivid.

Vivid mengekori Aric dan sibuk mengoceh tentang dekorasi ruangan gedung itu.

Mereka sampai di pinggir panggung. Dimana mereka harus antri untuk bersalaman. Aric segera berpindah ke belakang Vivid. Vivid hanya pasrah dan berjalan maju.

Giliran Vivid yang menyalami Niko. Aric dari belakang, bisa melihat muka Niko yang tiba-tiba langsung datar menyadari kehadiran Aric. Apalagi Kinar. Mukanya itu... kayak udah ngelihat setan.

Aric menyalami tangan Niko dan tersenyum. Lalu memeluk Niko dengan sebelah tangan sambil menepuk punggung Niko dengan ringan. "Bahagiain Kinar, Nik. Bahagiain Kinar untuk gue. Gue mohon. Gue relain Kinar buat lo. Jaga dia baik-baik. Kalo gak, siap-siap aja gue rebut." Bisik Aric.

Niko tersenyum miring dan mengangguk pelan. "Lo tenang aja. Tanpa lo suruh, gue juga bakal begituan."

Aric mengangguk pelan. Ia bergeser ke kanan. Ia langsung diam menatap Kinar.

Kinar hari ini cantik banget. Banget. Dengan balutan kebaya putih yang elegan. Wajahnya yang cantik dilapisi dandanan tipis nan natural. Dan rambutnya yang disanggul. Kinar. Sumpah. Cantik. Banget.

"Cantik." Gumam Aric menatap Kinar dengan lekat. Tangan kanannya yang tadi udah menyalami Kinar, kini menggenggam erat tangan Kinar.

Kinar tersenyum pelan. Matanya mulai berkaca-kaca. Bibir bergetar hendak bicara. Tapi gak ada suara yang kunjung keluar.

"Jangan nangis lagi. Gue mau kalo lo ketemu gue itu senyum dan bahagia. Bukannya nangis. Gue gak mau lagi ngelihat lo nangis. Sedih. Ini hari bahagia elo, Kin. Gue mohon, senyum, Kin. Senyum." Kata Aric pelan mengusap tangan Kinar.

Kinar mengangguk. Tapi dia malah menitikkan air mata. Untungnya nggak merusak dandanannya. "Maaf."

Aric tersenyum. "Semoga lo bahagia. Lo bahagia, gue juga bahagia. Bahagia buat gue. Buat lo. Buat semuanya."

Kinar tersenyum getir. "Lo juga harus bahagia. Buat gue. Bahagia buat gue. Gue selalu doain lo supaya lo ketemu dengan seorang cewek yang lebih dari gue. Yang bisa ngertiin elo. Yang bisa buat lo senyum dan ketawa. Yang bisa berdiri terus di sisi lo."

"Makasih atas doanya." Ucap Aric pelan. Dia melirik Niko yang ikut tersenyum. "Nik, gue boleh..." Aric menggantungkan kalimatnya karena takut Niko akan mengamuk.

Niko terkekeh pelan. "Boleh. Tapi untuk yang terakhir ya. Hei, dia milik gue." Kata Niko dengan nada lucu dan tawanya yang renyah.

Aric ikut terkekeh dan mengangguk. "Ini buat terakhir. Lo tenang aja."

Aric pun menatap Kinar lagi. Perlahan dia maju dan memeluk Kinar dengan erat.

"Aric, lo minta gue bahagia. Lo juga harus bahagia. Ingat." Bisik Kinar yang suaranya mulai serak basah.

Aric mengangguk. Ia menghirup pelan aroma tubuh Kinar. Dia gak bakal lupa dengan aroma ini. Gak bakal pernah lupa.

Dengan enggan, Aric melepas pelukannya dan menatap Kinar. "Gue bakal ke Bali. Pindah kesana. Bokap buat cabang disana dan nyuruh gue buat ngontrol."

"Gue doain semoga lo sukses disana." Kata Niko melempar senyum.

"Semoga ketemu jodoh yang tepat disana." Kata Kinar ikut tersenyum juga. Tersenyum sendu.

Aric mengangguk dengan semangat. "Pasti." Katanya pelan. "Langgeng sampe tua ya lo pada. Jangan lupa keponakan gue ya."

Niko terkekeh pelan, sedangkan Kinar tersenyum kecil. Aric tau, Kinar tidak tersenyum. Bibir bisa saja berbohong.

Aric menatap Kinar sebentar sebelum ia meninggalkan panggung. Saat berjalan keluar dari gedung. Aric menelan ludah dan memejamkan mata. Membiarkan air mata menuruni pipinya.

Cuma Kinar yang bisa buat air matanya keluar. Cuma. Kinar.

Will he love you like I loved you?
Will he tell you everyday?
Will he make you feel like you're invincible
With every word he'll say?

Can you promise me if this was right?
Don't throw it all away

Can you do all these things?
Will you do all these things
Like we used to?
Oh, like we used to

*

Finished at : 3 Desember 2013

Yaaah. Ending nih. Yaaaah. Pada kecewa ya kalo Aric gak sama Kinar.

Udahlah. Kinar kan sama Niko. Niko kan anaknya baik.

Kalo Aric... yaudah gue obral aja. Yang mau Aric. Yang mau Aric.

Gini aja. Kita doain supaya Aric bisa bahagia dan dapat pasangan *mulai yasinan*

Mwahahaha.

Makasih buat vote sebanyak ini. Astaga... Gak nyangka *ngelap ingus*

Makasih buat comment kalian yang kadang bikin gue ngakaks abisss.

Gue sayang kalian semua yang baik mau baca dan kasih feedback buat RELATIONSHIT.

NO SEQUEL YA. Kan siapa tau pada minta cerita tentang Aric nyari jodoh kan. Etdah.

Wabillahi taufik walhidayah.
Wassalamu'alaikum wr. wb.

*tebar kecup basah*

RELATIONSHITWhere stories live. Discover now