Lima~

43.4K 3K 4
                                    

KINAR membawa beberapa buku tebal milik guru Kimia-nya ke kantor yang berada di dekat lapangan volley. Di tikungan koridor yang lumayan sepi-mengingat jika jam segini anak sekolah udah pada pulang-tapi ada kok beberapa anak, Kinar berbelok dan bruk.

Kinar bersungut-sungut. Ini masa kayak sinetron sih jadinya. Ia merapikan roknya lalu berjongkok untuk merapikan buku. Orang yang menabraknya hanya berdiri diam. Kinar belum tau siapa orangnya. Yang jelas saat sedang merapikan buku-buku, Kinar melihat sepasang sepatu converse abu-abu itu hanya diam di depannya.

Kinar kini bangkit dan terkejut. Ia langsung mendengus. Kenapa bisa ketemu anak anjrit satu ini.

"Jalan tuh pake mata." Ujar Aric seraya memasukkan kedua tangannya di saku celana.

Kinar menghela napas. Sekarang dia lagi malas berdebat. Ia pun bergeser ke kiri agar bisa lewat. Tapi Aric menghadangnya. Kinar bergeser ke kanan, Aric kembali menghadangnya.

"Kenapa sih lo?" Tanya Kinar yang kini sudah kesal.

"Lo belum ngucapin kata maaf." Sahut Aric.

Kinar menaikkan alisnya. "Maaf? Gue? Harusnya elo yang ngucapin. Kenapa jadi gue sih?"

"Karena elo yang nabrak."

"Elo kali yang nabrak gue. Gue itu udah jalan di jalur kiri."

"Iya sih lo udah jalan di jalur kiri, tapi pas tikungan tadi itu, lo kan nabrak gue. Gue yang mau lurus ke depan jadinya ketabrak."

Kinar menghela napas. "Udah deh. Gue mau lewat."

"Minta maaf ke gue dulu."

"Jangan cari masalah deh. Gue lagi malas berantem sama lo."

Aric terkekeh pelan. "Berantem? Kita ini tiap hari adu mulut. Bukan berantem. Kalo berantem, gue gak level sama cewek."

"Oh." Kinar bergeser ke kanan. Tapi Aric kembali menghadangnya.

"Geser gak." Kata Kinar.

"Gak." Sahut Aric.

Kinar menenangkan dirinya agak tidak meledak. "Geser."

"Gak."

Kinar menghembuskan napas. Ia pun menginjak kaki kiri Aric. Aric segera meringis kesakitan. Pada saat itu, Kinar pun melaju menuju ruang kantor guru untuk meletakkan buku. Setelah meletakkan buku, Kinar langsung melesat keluar. Ia terbengong melihat ternyata kini mulai hujan. Dengan secepatnya, Kinar berlari ke kelasnya untuk mengambil tasnya.

"Tambah deras." Keluh Kinar menyampirkan tasnya ke bahu saat sudah berada di luar kelas. Kinar melihat lapangan basket yang basah dan ada genangan air.

RELATIONSHITWhere stories live. Discover now