Sembilan Belas~

31.2K 2.1K 104
                                    

“MAKSUD gue nemuin lo berdua itu kan biar hubungan lo berdua itu baik. Biar masalah lo berdua itu selesai. Lo kenapa malah ninggalin dia? Sebenarnya apa sih yang ada di pikiran lo? Sumpah gue gak pernah ngerti sama jalan pikir lo! Apa sih susahnya maafin dia. Apa sih susahnya bilang ‘iya, gue maafin lo kok’ dan senyum lebar ke dia? Susah banget ya kayaknya. Lo Cuma perlu bilang itu dan silahkan lo tinggalin dia. Lihat kan jadinya. Ini udah melenceng dari rencana gue!”

Itulah yang keluar dari mulut Kinar saat Kinar sudah sampai di rumah sakit. Aric hanya bisa diam di kursi ruang tunggu. Cinta emang udah ditangani dengan dokter. Kata dokter, Cinta gak kenapa-napa. Paling dua hari lagi, dia udah bisa keluar dari rumah sakit.

Aric masih duduk di kursi di depan ruangan Cinta. Dia masih mengenakan baju seragam sekolah yang masih lembap karena hujan. Ia menatap lantai rumah sakit berwarna putih tulang. Kinar udah pergi sejak setengah jam yang lalu.

Lo harus tanggung jawab dengan apa yang udah lo lakuin, Ric.” Kata-kata Kinar yang Kinar ucapkan sebelum ia pergi ninggalin Aric itu terngiang-ngiang di benak Aric.

Aric tersadar dari lamunannya ketika terdengar pintu ruangan Cinta terbuka. Keluarlah seorang suster sambil membawa kotak entah apa. Aric segera bangkit.

“Sus, pasien dalam ruangan ini udah sadar?” Tanya Aric.

“Belum. Tapi tadi pasien sempat mengigau gak jelas.” Jawab suster. “Kalo gak salah tadi dia manggil nama seseorang.”

Aric menelan ludah. Pasti manggil nama dia. Setelah mengucapkan terimakasih, Aric segera masuk ke dalam ruangan itu. Aric berjalan beberapa langkah dan menemukan Cinta yang sedang berbaring lemah di tempt tidur khas rumah sakit. Kepalanya diperban. Sebelah kakinya keluar dari selimut dan kaki itu diperban juga. Kata dokter, kaki kanan Cinta tulangnya agak retak. Tapi tidak terlalu parah.

Aric berjalan pelan mendekati Cinta. Ia menarik kursi dan duduk.

“Maaf.” Ucap Aric dengan pelan seraya menggenggam sebelah tangan Cinta yang terbebas dari imfus.

“Maafin gue. Gue emang jahat. Jahat banget.” Gumam Aric sambil menatap wajah Cinta.

Beberapa menit, Aric hanya diam sambil menatap wajah Cinta dan menggenggam hangat tangannya.

Tiba-tiba Cinta mengingau. “Maaf. Gue minta maaf. Gue minta maaf, Ric. Maaf. Maaf banget. Gue nyesal. Gue nyesal banget, Ric.”

Aric segera bangkit dan menenangkan Cinta. “Ssshh. Udah. Udah.”

“Gue nyesal. Gue minta maaf. Maafin gue.” Cinta masih mengigau. Air mata keluar dari matanya yang terpejam.

Aric kembali menenangkan Cinta. “Cinta, udah. Ini gue Aric. Gue udah maafin lo.” Kata Aric mengusap pelan rambut Cinta.

Kelopak mata Cinta terbuka pelan. Ia pun mengerjapkan mata dan tersenyum kecil pada Aric.

“Akhirnya lo sadar juga.” Gumam Aric tersenyum.

RELATIONSHITDär berättelser lever. Upptäck nu