Tujuh Belas~

34.2K 2.3K 111
                                    

HARI ini adalah hari dimana try out pertama dilaksanakan. Tapi ini udah try out hari keempat. Anak kelas tiga yang try out memang diperbolehkan pulang cepat dari jam pulang yang sudah ditentukan.

Aric berjalan menuju parkiran sambil memainkan kunci motor. Hari ini dia memang pengen bawa motor. Di koridor kelas 1, dia bertemu dengan Recky yang sedang memalak anak kelas 1.

"Elah, Ky. Masih aja lo suka malakin anak kelas 1. Entar kalo lo didoain kaga lulus gimana coba?" Tanya Aric menggelengkan kepala melihat Recky.

"Lah, emang mereka yang nentuin gue lulus apa nggak?" Tanya balik Recky.

Aric berhenti di depan papan mading yang sepi gak kayak biasanya. "Doa orang yang sering ditindas itu lebih sering terkabul. Mati lo kalo lo didoain kaga lulus. Mau lo?"

"Ah masa iya?" Tanya Recky mulai was-was.

"Iya. Mending lo balikin dah uang anak bau kencur tuh."

Recky pun menuruti apa yang dibilang Aric. Segera ia berjalan menuju kelas 1. Aric pun melanjutkan langkahnya menuju parkiran. Pandangannya menyapu parkiran. Beberapa parkiran mobil kini kosong. Anak kelas 3 memang banyak yang bawa mobil. Tapi tiba-tiba Aric menyeret pandangannya ke dekat pos satpam. Ada seorang cewek dengan cowok yang sedang berbicara. Aric menyipitkan matanya.

Itu Kinar dan Bagas. Bagas kini sudah duduk di motornya. Kinar masih menyender di tembok pos satpam. Gak tau kenapa, Aric merasa panas. Ya panas ngelihat mereka berdua. Segera kakinya berjalan menghampiri keduanya.

Aric berdeham. "Eh, ada apaan nih?"

Bagas dan Kinar segera menoleh ke arah sumber suara. Bagas yang melihat Aric, mukanya langsung mengeras. Sedangkan Kinar hanya bisa mendengus. Aric pun bingung melihat Kinar begituan. Harusnya Kinar senang karena Aric datang untuk menyelamatkannya.

"Ngapain lo disini? Mau cari masalah lagi?" Tanya Bagas yang segera turun dari motornya.

"Gue nyari masalah? Elo tuh yang dari dulu nyari masalah sama gue. Mau apa lo sama Kinar?" Tanya Aric dengan nada tinggi.

"Gue lagi ngomong sama dia. Emang lo siapanya dia? Pacar bukan." Bagas menyilangkan kedua tangannya.

Aric terdiam. Ya benar kata Bagas. Dia bukan pacarnya Kinar juga. Kok dia juga sewot. "Lo juga bukan pacarnya Kinar. Kenapa lo juga sewot?" Tanya Aric.

Bagas kini terdiam. Mungkin lagi mikir apa yang dibilang Aric tadinya. Ketika Bagas akan membuka mulut, seorang temannya menghampirinya dan mengatakan jika kepala sekolah memanggil Bagas. Dengan berat hati, Bagas pun segera meninggalkan Kinar dan Aric.

"Lo gak diapa-apain Bagas kan?" Tanya Aric.

Kinar menatap tajam Aric. "Lo kenapa sok perhatian gitu sama gue?"

"Gak kenapa-napa kok." Jawab Aric. Gue juga gak tau kali, Kin.

"Apa jangan-jangan misi di klub lo itu berhubungan lagi ya sama gue?" Tanya Kinar memicingkan matanya.

Aric segera mengangkat kedua tangannya ke atas. "Whoaaa. Bukan kali, Kin. Sembarang lo tuduh-menuduh. Gue gak maksud apa-apa kali."

"Oh." Kinar manggut-manggut. "Ya udah, gue pulang dulu ya."

"Pulang sama siapa?" Dengan cepat Aric menanyakan itu.

Kinar menautkan alisnya. "Ada jan-"

Ponsel Kinar berbunyi nyaring. Kinar segera mengeluarkan ponselnya dari saku rok dan menatap layar ponsel sambil mengerutkan kening. Kinar menaruh ponselnya di telinga kanan.

RELATIONSHITOnde as histórias ganham vida. Descobre agora